Happy Reading ❤
*****
Vana masuk ke dalam klab dengan langkah santainya, kedua tangan dia masukkan ke saku hoodie yang tengah ia pakai, tak lupa dengan topeng yang biasa dia gunakan. Vana menghentikan langkah kakinya saat matanya menangkap dua manusia yang sedang berjalan menjauhi kerumunan. Mereka adalah Eci dan Alfa.
Vana kembali melangkahkan kakinya, berniat untuk mengikuti kedua manusia itu. Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok Bana yang sedang dikelilingi para wanita. Vana terkekeh. Kali ini dia akan melewati Bana, karena Alfa dan Eci yang akan menjadi incarannya.
Vana terus melangkahkan kakinya sampai dia menangkap sosok Alfa dan Eci kembali. Dia mengeluarkan benda pipih berwarna silver miliknya. Kali ini Vana dibuat tertawa dengan kelakuan dua manusia itu, Alfa dan Eci bahkan lebih gila dari Bana yang sudah dicap sebagai makhluk paling mesum di sini.
Drett
Drett
Ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Vana menghentikan kegiatan merekam adegan Alfa dan Eci saat panggilan telepon dari pemilik klab masuk ke dalam ponselnya. Dia menjauhi keduanya sebelum menerima panggilan itu.
"Kenapa?" tanya Vana.
"Mereka semua minta musik, buruan!"
Vana mendengus geli. "Naikin dulu gaji gue!" katanya.
Terdengar suara kekehan di sebrang sana. "Dua kali lipat buat malam ini, kalo lo bisa buat semua orang seneng!"
Kini giliran Vana yang terkekeh. Sepertinya bosnya ini meremehkan kemampuannya. "Deal!"
****
Chafel keluar dari dalam kamarnya dengan tergesa-gesa, menuju ruang tamu setelah melupakan fakta bahwa Oliv sedang berada di rumahnya.
"Mama, kapan pulangnya?" Chafel menatap wanita cantik di ruang tamu dengan penuh tanda tanya.
Wanita cantik bernama Chani Anggary itu menatap Chafel. "Tadi," jawabnya.
Chafel hanya tersenyum simpul, sedikit tak enak, lalu ikut duduk di sofa ruang tamu. "Mama kenapa gak bangunin Chafel?"
Chani mengembuskan napas kasarnya. "Kamu tidur aja kayak orang mati!" ujar Chani. "Tadi temen kamu udah pulang, Mama juga udah kasih buku yang dia minta!" lanjut Chani, lalu mengalihkan pandangannya dari Chafel. Dia kembali menatap televisi yang masih menyala.
"Ma," panggil Chafel.
Chani menatap Chafel, lalu tersenyum dengan paksa. "Kenapa? Mau bilang makasih? Gak usah, percuma. Nanti juga bakal kamu ulangin lagi!" ujar Chani, sudah hafal dengan tingkah Chafel.
Chafel cengengesan tak jelas. "Chafel laper!" celetuknya, sangat santai.
Chani menatap datar Chafel. "Udah Mama masakin!" katanya, membuat Chafel berdiri dengan semangat.
Chafel segera berlari kecil menuju dapur, ingin cepat-cepat mengisi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi.
"JANGAN DIHABISIN, TINGGALIN BUAT ADIK KAMU!"
"NASINYA?" tanya Chafel, sembari berteriak.
"PIRINGNYA."
****
Wajah Moka malam ini sungguh berseri-seri, sedari tadi senyum manis terus menghiasi wajah cantiknya.
"ADA KABAR BAHAGIA APA NIH? DARI TADI SENYUM MULU!" ujar Bana, sambil berteriak, takut Moka tidak mendengar ucapannya karena musik yang sanggup menulikan perdengaran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepuing Harapan (TAHAP REVISI)
Ficção AdolescenteCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** "Dia itu Kakak lo!" "Gue benci dia! **** "Lo yakin Rania di rumah?" **** "Elvanka juga gak tau, lagian Rania boleh juga!" "Kalo ketauan gimana?" "Elv...