Part 14

160 24 0
                                    

Happy reading

🦭

*****

"Lo tau Visgan?" Gadis dengan julukan biang gosib memulai pertanyaan yang cukup menimbulkan rasa penasaran. Dia adalah Siska, bersama sahabatnya yang setia mendengarkannya.

"Si kutu buku?" tanya Leny, cukup penasaran.

Siska mengangguk sebagai jawaban. "Dia kemarin berduaan sama cewek!"

Leny membolakan kedua bola matanya, terkejut. Di sekolah ini, selain terkenal sebagai kutu buku, Visgan juga dikenal dengan julukan laki-laki anti gadis. Jadi, tidak menutup kemungkinan bahwa semua murid akan terkejut jika mendengar berita ini.

Bruk

Leny dan Siska tiba-tiba terlonjak dari tempat duduknya saat tepukan cukup keras di atas meja mereka terdengar.

Chafel sebagai pelaku lantas membalik kursinya dan duduk berhadapan dengan Siska. Lumayan, bisa mendengar info gratis mengenai Visgan dan Feli kemarin.

"Lanjut!" kata Chafel, sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Siska dan Leny sontak saling melempar tatapan bingungnya. Chafel yang mereka kenal adalah Chafel yang selalu menghentikan kegiatan menggosip mereka, tapi sekarang? Apa Chafel salah minum obat?

"Lo sehat?" tanya Leny, dengan pandangan tak percaya.

Chafel berdehem sejenak, sedikit membenarkan cara duduknya. "Mau gue laporin karena gosip di kelas?"

Siska merotasikan kedua bola matanya, malas. "Emang lo siapa? Presiden?"

Chafel menarik kerah bajunya, merapikan jas sekolahnya, lalu menunjuk fotonya di belakang kelas yang terpampang sangat besar, disertai jabatannya di kelas ini.

Siska serta Leny sontak mengikuti arah tujukkan Chafel, detik berikutnya Siska kembali merotasikan kedua bola matanya.

"Eh Chafel, posisi lo itu cuma sebagai sekertaris, di sini gue yang ketua kelas!" ujar Siska, mengingatkan.

Chafel manaikkan sebelah alisnya. "Emang gue—"

Tok

Tok

Tok

Ketiga manusia di dalam kelas itu sontak menoleh ke arah sumber suara, di sana terlihat sosok Oliv dengan pakaian olahraga yang melekat di tubuh mungilnya.

"Kalian belum ganti baju? Pak Arlan udah nunggu di lapangan!" kata Oliv, memberitahu. Lalu masuk ke dalam kelas untuk meletakkan seragam sekolahnya.

Siska berdecak, malas. Namun, tetap bangkit dari duduknya dan keluar dari kelas, diikuti Leny yang malah memasang wajah bahagianya.

"Lo gak ke lapangan?" Oliv menatap Chafel.

"Gak enak badan!" jawab Chafel, bohong. Jujur saja, pelajaran Pak Arlan adalah salah satu pelajaran yang tidak ia sukai.

Oliv melangkahkan kakinya mendekati Chafel, menggerakkan tangannya untuk menyentuh dahi laki-laki itu. "Badan lo gak panas!" katanya.

"Sakit kepala!" Chafel memegang bagian tubuh yang ia maksud.

Oliv terdiam. "Itu perut."

****

Feli mengedarkan pandangannya ke sekeliling perpustakaan, mencari keberadaan Elvanka. "Vanka mana, sih?" kesalnya. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya untuk menelusuri rak-rak buku di perpustakaan itu, hingga sangking fokusnya dia tidak sadar bahwa tubuh mungilnya hampir menambrak dinding di depannya, kalau saja tidak ada Visgan yang menahan dahinya.

Sepuing Harapan (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang