Part 13

176 25 0
                                    

Kembali lagi bersama acku!

Jangan lupa tinggalkan jejak dan bernapas

Happy reading 🧡

*****

Chafel menuruni anak tangga dengan satu tangan yang dia masukkan ke dalam saku celananya. Ia mulai menggerakkan matanya sebelum bergerak menuju dapur. Ingin mengisi perut kosongnya.

"Roti, satu!" celetuk Chafel dengan mata yang tertuju pada Areal.

Areal yang hendak menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya terpaksa berhenti, melirik sekilas ke arah Chani, lalu berdehem sejenak sebelum membuatkan roti untuk sang Kakak, Chafel yang melihat pergerakkan Areal lantas langsung duduk di samping Chani.

Chani mengerutkan dahinya, tumben sekali kedua anaknya tidak ribut pagi ini. Biasanya sudah seperti kucing dan anjing.

Chani melirik ke arah Chafel. "Tumben gak ribut?" tanyanya, penasaran.

Chafel menatap Chani, melepas pandangannya dari benda pipih di tangannya. "Sekali-kali baik sama anak pungut!" ujarnya, sangat santai.

Chani hanya bisa mengembuskan napas kasarnya, menatap tak percaya ke arah Chafel. Mungkin ucapan anaknya tadi pertanda akan mulainya perdebatan pagi ini. Namun, dugaan itu salah, hingga beberapa detik menunggu pun tidak terjadi perdebatan. Areal bahkan hanya tertawa mendengar ucapan Chafel tadi.

"Silakan dimakan Bang Chafel!" ujar Areal, dengan cengiran kudanya.

Chafel menaikkan sebelah alisnya, lalu berdehem sejenak sebelum bangkit dari duduknya. "Chafel berangkat dulu ya, Ma. Takut telat!" ujarnya dengan santai, dan langsung pergi begitu saja tanpa memakan roti yang telah dibuatkan oleh Areal. Bukan tidak menghargai atau hanya mempermainkan pemuda itu. Hanya saja, saat Areal tertawa tadi ia tidak sengaja melihat air liur pemuda itu meluncur dengan lancar dan mendarat begitu saja di roti itu. Untung saja dia melihat kejadiannya, dan untuk berjaga-jaga ia harus pergi dari sana sebelum dipaksa untuk memakan roti tersebut.

"Bang, jangan lupa!" kata Areal, sedikit meninggikan nada bicaranya hingga Chani menatap ke arahnya, bingung.

"Lupa apa?" tanya Chani.

Areal menggelengkan kepalanya sambil tersenyum penuh arti. "Gak papa!" ujarnya, dengan senyumnya bertambah lebar saat melihat Chafel mengacungkan jari jempolnya tanpa membalik badan.

****

Chafel berjalan santai dengan satu tangan yang dia letakkan di saku celana. Terus berjalan dengan tujuan bukan ke ruangan kelasnya. Langkah kakinya itu berhenti tepat di depan kelas Elvanka. Memeriksa keberadaan Elvanka sebelum masuk dan langsung duduk di samping gadis itu.

"Nih, makan!" Chafel meletakkan sebungkus roti isian cokelat di hadapan Elvanka, entah kenapa saat ini ia sangat yakin kalau Elvanka belum sarapan. Jadi, sebelum menghampiri Elvanka dirinya menyempatkan untuk mampir ke kantin.

Elvanka menolehkan kepalanya ke arah Chafel. "Ini bukan kelas lo!" katanya, dengan wajah datar.

Chafel berdecak kecil. "Numpang ngadem!"

Elvanka mendengus geli, lalu membuka bukus roti itu. Ingin melahapnya. "Cuma roti? Gak ada minumannya?" tanyanya.

"Minuman mahal!"

Elvanka melirik Chafel. "Mau gue mati keselek?"

Kini giliran Chafel yang mendengus geli. Ia sontak bangkit dari duduknya. "Tungguin!" Chafel mengacak gemas rambut Elvanka sebelum pergi dari sana, meninggalkan Elvanka yang kini tengah menggerutuk. Tak suka karena rambutnya diacak oleh Chefel.

Sepuing Harapan (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang