[ 9 ] BBS • BK

1.2K 104 4
                                    

"Antarkan surat ini ke tangan orangtua kalian masing-masing." Bu Susi memberikan Keano dan Alfa selembar kertas yang berisi surat panggilan untuk orangtua mereka, surat itu diberikan bertujuan untuk membahas kejadian hari ini.

Keano dan Alfa mengambil amplop berisikan surat itu dengan enggan dari tangan Bu Susi.

Bu Susi juga termasuk salah satu dari top 10 guru killer disekolahnya, dia guru BK yang emosinya tidak tertolongkan alias darah tinggi terus.

Dengan penggaris panjang yang selalu dibawanya saat razia tak luput dari penglihatan semua orang di sekolah itu, dan membuat mereka tidak lupa akan wajah garang yang selalu terpancar di raut mukanya.

"Jika besok pagi orangtua kalian tidak datang ke ruangan saya, maka saya sendiri yang akan mendatangi rumah kalian masing-masing. Paham?" Dengan kepala yang tertunduk, mereka mengangguk paham.

"Kalian tidak diajari sopan santun?! Jika seseorang sedang berbicara itu lihat ke wajahnya! Bukan malah lihat ke lantai, kalian pikir wajah saya sudah berubah menjadi datar dan mulus?!"

Sontak saja, Keano dan Alfa menggeleng serempak, kepalanya sudah ditegakkan lurus kembali.

"Dan karna ulah kalian yang membuat keributan dikelas, serta membuat anak kelas lain berkumpul dan berdesakan didepan kelas kalian, kalian mendapatkan 10 poin."Bu Susi berkata tegas.

Alfa melebarkan mulutnya, baru kali ini Ia mendapatkan poin, dan itu karna anak disampingnya ini.

Sedangkan sang tersangka hanya diam dan duduk tenang, wajahnya biasa saja. Ia sudah berpengalaman, di sekolah sebelumnya, Ia dipindahkan karna kasus-kasus yang sudah Ia perbuat.

Poin yang didapat oleh mereka bukan poin atas kebaikan, namun poin atas tingkah nakal yang sudah mereka lakukan.

Jika poin seseorang sudah mencapai 100 maka Ia akan dikeluarkan dari sekolah.

Alfa mencubit kencang paha Keano sehingga yang dicubit memekik tertahan karna kesakitan.

"Oi! Sakit cok!" Keano berbisik, raut wajahnya tampak menahan sakit, dengan tangannya yang mengusap-usap pahanya itu.

"Gara-gara lo gua dikasi poin, sat." Alfa ikut berbisik, raut mukanya berubah menjadi kesal.

"Ya salah lo juga, kenapa ga nurutin maunya gua, kan kalo lo nurut semuanya gabakal ribet." Ucapnya.

"Bajing-"

"Kenapa kalian bisik-bisik, hah?! Benar-benar tidak ber-etika." Bu Susi berkata lantang, membuat dua sejoli itu terdiam.

"Saya akan menelfon Anita. Sebagai tanda berbaikannya, kalian pergi ke UKS, dan kamu.. " Bu Susi mengarahkan telunjuknya kearah Alfa.

"Obati luka temanmu itu." Bu Susi menggerakkan dagunya kearah Keano sebelum Ia meraih ponsel yang berada di sakunya.

"Loh, Bu.. Keano punya tangan, dia bisa sendiri lah, Bu.." Alfa mengeluh.

"Kamu berani melawan?" Sontak Alfa langsung menggeleng.

Bu Susi memencet medial nomor Bu Anita, dokter yang bertugas di UKS sekolah mereka.

"Halo, Anita?"

Terdengar jawaban sapaan dari seberang sana.

"Iya, Bu? Ada yang bisa dibantu?"

"Begini, nanti ada murid bernama-" Ia menunda ucapannya.

"Hei, nama kamu siapa?" Tanya Bu Susi kepada mereka.

"Keano."

"Alfa, Bu." Bu Susi mengangguk.

"Keano dan Alfa, mereka akan keruang UKS untuk mengobati luka memar karna ulah mereka sendiri, jadi saya minta tolong untuk pantaukan mereka disana nantinya."

Brother but Stranger [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang