5

474 90 18
                                    

Banyak typo bertebaran

"Ji-Jisoo"

"aku hamil"

"A-apa?" lidah Jisoo kaku.

Pengakuan Rose sungguh membuat perasaan Jisoo bercampur aduk. Terkejut, sedih, khawatir, dan marah. Marah lebih mendominasi. Jisoo tau bajingan yang harus bertanggung jawab atas hal yang menimpa Rose. Sebab itu ia sangat marah.

"JIMIN, BANGSAT!!!" teriaknya tertahan. Tak ingin mengundang kehebohan dirumah ini. Dan Rose pasti tidak ingin jika ada yang tau masalah ini selain dirinya .

Rose sudah kembali terisak tanpa airmata. Bahkan airmatanya sudah tidak keluar lagi. Sejak ia memberanikan diri untuk melakukan test kehamilan dengan test pack 3 hari lalu, airmatanya terus mengalir deras. Hingga saat ini hanya tersisa rintikan dan suara isak tangis yang ia tahan.

"apa kau yakin, Rosie?" tanya Jisoo memastikan. Ia masih ingin percaya dengan kemungkinan-kemungkinan kecil. Yah, walaupun itu hanya 0,1%.

Rose mengangguk kecil. Masih dengan suara isakannya yang tertahan. Ia benar-benar tak bisa menghentikan tangisnya. Walaupun airmata sudah kering, bahkan tak keluar lagi.

"aku sudah melakukan test dengan test pack dan hasilnya positif, Jisoo" Rose terus menunduk. Terisak.

Jisoo menghela nafas lemah. Kemungkinan 0,1% itu lenyap. Jisoo bangkit dari duduk bersimpuhnya. Ia mengacak-acak wajah serta rambutnya secara kasar. Ia benar-benar frustrasi dan menyesal.

"seharusnya kau tidak menahanku untuk membunuh kaka tirimu itu. Seharusnya Jimin masuk penjara sejak pertama kali melakukannya padamu!"

"Arghh...!!" erangnya frustrasi.

"Jimin harus bertanggung jawab, Rosie. Dia harus masuk penjara" Jisoo kembali bersimpuh seraya menggenggam kedua tangan Rose yang tak berhenti bergetar.

Rose menggelengkan kepalanya.

"aku tidak bisa membiarkan masalah ini begitu saja. Begitupun dengan kau. Kau tidak bisa hanya diam saja, Rosie!!" ucap Jisoo dengan meninggikan suara dikalimat akhir.

Rose kembali menggelengkan kepalanya.

Jisoo marah dengan Rose yang hanya diam pasrah saja dilecehkan kaka tirinya.

"paman Park harus tau tentang ini, Rosie. Tentang apa yang terjadi pada keponakannya"

"begitupun dengan Lisa" sontak Rosie menatap Jisoo saat pria yang bersimpuh dihadapannya itu menyebutkan nama seseorang yang sangat ia cintai.

Tatapannya menyiratkan untuk Jisoo tidak memberitahukan ini pada Lisa. Ia terlalu menjijikan untuk berdampingan dengan pria itu. Dan tak ada muka untuk bertemu dengan Lisa. Lagipula, apakah Lisa masih menerimanya dengan keadaannya yang seperti ini?

—————————

Kita sedikit menoleh kebelakang.

Park Chaeyoung atau lebih dikenal dengan nama panggilan Rose adalah anak tunggal dari pasangan Park Seojoon dan Park Minyoung. Ibunya adalah adik perempuan dari paman Park, Daddy Joy. Namun kejadian tak diinginkan menimpa Park Seojoon. Pria itu mengalami kecelakaan pesawat dan meninggal. Saat itu Rose baru saja masuk sekolah menengah pertama. Dua wanita Park jelas sangat bersedih dan berduka. Mereka terpuruk cukup lama. Tak mudah bagi Park Minyoung melupakan Seojoon. Tidak, sebelum bertemu dengan Park Hyung Sik.

Setelah menjalani hubungan yang disebut sebagai status pacaran, Park Hyung Sik melangkah maju melamar Minyoung. Merekapun melaksanakan pernikahan dan masing-masing memiliki seorang anak. Minyong dengan Rose yang saat itu kelas 12 senior highschool dan Hyung Sik memiliki seorang putra bernama Park Jimin, saat itu putranya sedang menempuh pendidikan dijurusan manajemen bisnis, semester 4. Usia keduanya terpaut 2 tahun.

Mesin Waktu (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang