14

763 109 32
                                    

Ini udah tepat dua minggu, Jennie memutuskan kontak apapun dengan Jisoo. Akses Jisoo ditutup rapat. Pria itu berkali-kali mencoba menghubungi, mendatangi butik, sampai rela menunggu Jennie dari pagi sampai malam hanya untuk berbicara. Tapi, ya itu... Akses Jisoo ditutup rapat untuk bertemu Jennie. Tidak terbayangkan semarah apa Jennie pada Jisoo. Bukan Kim Jisoo namanya kalau nyerah begitu saja. Apapun Jisoo lakukan hanya untuk berbicara dengan Jennie tentang mereka.

Di sinilah sekarang Jisoo, menunggu Jennie tepat di samping mobil Jennie yang terparkir rapih di basemen apartemennya.

Jam 07:30 Jennie keluar dari pintu lift yang terbuka. Berjalan kearah mobilnya. Saat matanya menatap Jisoo yang sedang menunggu, tatapan Jennie langsung menghunus, sangat tajam. Dia terus berjalan saat tepat disamping mobilnya ingin membuka pintu kemudi. Tangan Jisoo menahan.

"Jen..." tetapi Jennie menepis tangannya.

"Aku udah bilang, aku gamau melihatmu lagi" kata Jennie ketus dan mencoba menghindari Jisoo.

"Jen, sampai kapan kita seperti ini? We need talk, Jennie" Jennie membuka pintu mobil saat Jisoo tidak menahannya lagi.

"Selamanya!" balasnya ketus, lalu masuk ke mobilnya.

Deru mobil Jennie pun terdengar. Dia jalankan mobilnya, meninggalkan Jisoo begitu saja.

Di dalam mobil, Jennie melirik spion tengah yang memperlihatkan Jisoo dengan raut frustrasi. Pria itu tidak mengejarnya sama sekali. Jennie berpikir sejenak, lalu memutuskan menghentikan mobilnya dan turun untuk menghampiri Jisoo.

"Oke, bilang apapun yang kamu mau. Setelah itu jangan temui aku lagi." kata Jennie suaranya dingin.

"Aku mau bilang sama kamu, betapa menyesalnya aku, Jen. Kalau aku bisa membalikkan waktu, akan aku lakukan. Tapi, aku tidak bisa" suara Jisoo terdengar bergetar. Mata pria itu terlihat berkaca-kaca dan sangat menyesal.

"Kamu tau kan kita berdua sama-sama mabuk? Tapi, aku tak akan pernah menyakiti atau memaksamu melakukan hal yang tidak kamu mau" Jisoo usap wajahnya frustrasi. "Tidak akan pernah kulakukan, Jen. Aku sangat....sangat mencintaimu, Jennie"

"Kamu masih ingat dengan perkataanku tentang pria hanya mencintai satu kali? Aku mengalaminya. Aku tidak bisa mencintai wanita lain. Hanya kamu yang pertama dan satu-satunya" Jisoo lihat raut wajah Jennie yang tidak bisa dia baca apa yang tersirat.

"Dan bodohnya, aku mengacaukan semuanya"

"Aku tau dengan aku mengatakan aku sayang dan cinta sama kamu, tidak akan membuatmu memaafkanku. Tapi sejujurnya, aku hanya ingin mengatakan perasaanku. Aku tidak mau kita selesai karena kebodohanku. Aku ingin ada terus untukmu, Jennie."

"Kamu mau aku melakukan apapun untuk menebus dosaku? Akan kulakukan. Kalau kamu hamil, aku siap jadi ayahnya...."

"Oke, cukup." potong Jennie, "Kamu udah mengucapkan semua yang perlu kamu katakan ke aku. Aku cuma mau jawab aku ga bisa. Aku ga bisa ketemu kamu lagi, aku ga bisa mengenal kamu lagi, aku ga bisa balik ke persahabatan kita sebelum malam ketika kamu, sahabat aku, Ji, sahabat aku sendiri.... Kayanya ga usah aku ulang kejadian menjijikan itu. Anggap aja semuanya udah selesai. Kalau masalah nanti aku hamil atau tidak, itu kita bahas belakangan. Yang pasti itu tidak akan terjadi!"

Dan Jennie melangkah pergi kembali ke mobil.

"Jen!" tangan Jisoo menahannya. Jisoo tersentak dengan nada suaranya sendiri terdengar seperti membentak.

"Mengapa kamu mudah sekali mencintai orang lain, tapi sulit melihat aku yang selalu ada untukmu? Mengapa sulit sekali memiliki hatimu, Jennie? Selama ini aku selalu ada untukmu, kan? Mendengarkan semua keluh kesahmu tentang apapun. Aku harus bagaimana lagi supaya kamu mau memaafkan ku?!"

Mesin Waktu (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang