6

479 82 20
                                    

Sebulan kemudian

"pria sialan.. !! Bikin sebal..!! Dasar pengecut! Udah senang ada teman curhat, eh...." wanita cantik dengan rok dan blazer cokelat muda + blus putih ketat yang sangat serasi dengan kulitnya yang putih menggumam kesal tidak karuan. Pasalnya teman curhatnya di salah satu aplikasi chat anonim tiba-tiba offline saat mereka baru saja ingin saling mengungkap identitas diri. Untungnya Jennie belum mengungkapkannya. Iya, wanita cantik itu Jennie Kim.

Lehernya yang putih menengok manja sekelebat sambil melipat tangannya di dada. Dia memandang hujan dari jendela kantornya yang berada dilantai 3, hujan semakin deras, menurunkan beribu kata yang hinggap di matanya.

'kangen....kangen...kangen, lagi apa ya dia? - jeritan suara hatinya yang merindu.

"Heh! Melamun aja. Pulang yuk...." suara asisten sekaligus temannya, berhasil menarik Jennie dari lamunan rindu.

"Yuk!" tangannya mengapit tas Chanel hitam sekalian membawa gelasnya ke pantry.

Dor..!!

"hehehehe.... Kaget ya, Bi? Aku mau taruh gelas, tolong cucikan ya, Bi. Terima kasih.. " Petugas pantry pun tertawa renyah mengangguk ramah dan diam-diam mengagumi kecantikan dan keramahan wanita di depannya. Jennie Kim terkenal dengan keramahannya pada siapapun tanpa memandang posisi.

Bibi Song masih terus menatapnya kagum.

"oh iya, Bi, ini aku ada roti dari rapat tadi dan ga aku makan. Buat bibi Song aja. Belum aku buka kok" ucap Jennie sembari menyodorkan sekotak roti ke tangan bibi Song.

"ga usah non, itu kan roti mahal"

"ambil aja, bi. Aku udah kenyang" Jennie menyodorkan kembali, "buat si kecil dirumah"

Bibi Song takluk dengan kelembutan Jennie. Kapan lagi ada boss yang bilang terima kasih karna udah dicuciin gelasnya?

Jennie dan asistennya pun berjalan menuju lift. Di dalam lift turun, pikiran Jennie berkelana kemana-mana.

"heh! Melamun terus..." senggol sang asisten, "ngelamunin apa sih?"

Jennie hanya tersenyum sambil berjalan keluar dari lift untuk menuju parkiran.

"Chache, kau yang nyetir ya. Aku sedang tidak mood" ucap Jennie dengan menyodorkan kunci mobil audi r8 nya yang berwarna putih.

"supir kau yang biasanya itu kemana?" tanya Chache menggoda, "si Jisoo Jisoo itu"

"gatau" jawabnya ketus, "udah sebulan ga ketemu"

Chache pun dengan sangat maklum mengambil kunci mobil dari tangan Jennie. Membiarkan Jennie untuk tenang dengan lamunannya. Toh, malam ini dia akan menginap dirumah Jennie. Dan tak lama kemudian mobil Jennie keluar dari parkiran butik yang megah dan melaju diantara hujan yang terus mengguyur disekitar mereka. Suara hujan yang sangat deras menghunjam keras di kap mobil, mengeluarkan suara yang tidak enak, sama tidak enaknya dengan hati Jennie yang lagi kehilangan sesuatu.

Jennie menarik napas panjang dan dalam.

"Chache, aku mau cerita"

Dan semuanya pun mengalir deras dari hati Jennie, tentang teman-teman gilanya yang bikin rindu, 3 bulan mereka tidak bertemu, dan yang paling dalam dan bikin Chache terbengong-bengong adalah bagaimana Jennie sangat mencintai salah satu dari
mereka. Bagaimana selama ini Jennie selalu menyimpannya dengan baik beralaskan harap, berbungkus mimpi ceria dan kerinduan. Tidak berani mengungkapkan semuanya atas nama wanita.

-------------

Sabtu siang menjelang sore.

Wendy terjebak di antara kemacetan jalanan Gangnam. Lengan kekarnya yang memegang stir keras merekam rasa degdeg-kan di dalam dirinya.

Mesin Waktu (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang