7

480 89 36
                                    

Jisoo POV

Aku berpikir, apakah aku ada?

Ku pejamkan mata mencoba meresapi suara indah ombak laut. Mencoba hanyut bersamanya dengan aroma kopi hitam menemani. Saat ini aku tengah duduk di sebuah  kedai kopi sederhana di pesisir pantai. Terkadang  aku berpikir untuk pindah ke tempat seperti ini dan membuka kafe sederhana seperti ini. Aku hanya ingin minum kopi sendirian sambil memandangi laut. Aku sangat menyukai suasan ini, duduk sendirian ditemani secangkir kopi long black dan sebatang rokok, melihat ke sekelilingku beberapa warga lokal kembali dari kegiatan berlautnya, beberapa turis dalam negri dan luar negri asik berselancar, dan beberapa dari mereka juga hanyut menikmati keindahan ini, bersamaku.

Ku seruput kopi dihadapanku ini sebelum mengetikan sesuatu pada layar laptop ku yang terus menyala namun tak tersentuh sedari tadi. 

"Apakah aku ada?" gumamku sambil mengetik kalimat itu.

"Apakah aku ada dipikirannya selama kami tak bertemu?" tanyaku pada diri sendiri. 

Ini adalah bulan ketiga aku dan dia tidak bertemu dan tidak saling berkomunikasi dalam bentuk apapun. Oh Tuhan, aku sangat merindukannya.....Apakah dia juga merasakan hal yang sama? Hmm.....seharusnya iya, karna kami selalu bersama sejak pertama berkenalan lalu dekat hingga saat ini. 

Selama tiga bulan ini, aku belajar satu hal, segala sesuatu yang sudah terencana sesempurna apapun, mungkin saja bisa gagal jika memang bukan takdirnya. seperti takdirku, disini. Tujuanku pulang ke rumah Eomma ternyata bukan untuk berpamitan sebab aku ingin berlayar, tapi aku malah menemani seseorang yang aku sayangi, menemaninya dimasa-masa terpuruknya, berusaha menopangnya saat ia lelah dan ingin menjatuhkan diri karna terlalu lelah dengan keadaan. Akhirnya aku membatalkan rencanaku. 

 Apakah takdirku yang lainnya juga akan tak sejalan?

Selama kami tak bertemu, aku merasakan kekosongan dihati. Dia yang kucinta memang sudah mempunyai tempat spesial dihatiku. Aku merencanakan untuk menyatakan apa yang kurasakan untuknya, nanti saat kami bertemu. Semua sudah tertata rapih, hanya saja..... hanya saja keyakinanku tak terisi setengah persenpun. Apakah takdir akan menggagalkan rencanaku ini? Ku harap tidak. Oh Tuhan, sungguh ku harap tidak. Aku tidak pernah jatuh cinta selain padanya. Dia yang pertama dan mungkin akan menjadi yang terakhir. 

Aku harus kembali ke rumah untuk berkemas. Besok adalah waktunya kami bertemu. Dan aku sudah tidak sabar akan datangnya esok.

Jisoo POV End

Jisoo melipat kembali laptopnya lalu memasukannya kedalam tas selempangnya. Tidak lupa untuk meneguk tegukan terakhir dari kopinya.  Hati Jisoo gembira sekali hari ini, sebentar lagi ia akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang sudah membuatnya rindu setengah mati. Terutama sekali Jennie. Waktu tiga bulan ini membuat Jisoo yakin tidak yakin tapi tetap harus yakin kalau ia memang sudah saatnya untuk jujur sama Jennie tentang perasaannya. Ia juga sudah tidak sabar mendengar cerita dari masing-masing temannya itu. 

______________________________

Hari yang dinantikan oleh Jisoo dan juga teman-temannya tiba juga. Jisoo sudah mengirimkan remainder di grup chat mereka, bahwa pertemuan ini akan bertempat di rumah Joy dan ia juga sudah menyebutkan apasaja yang harus disiapkan.

Saat ini Jisoo sedang dalam perjalan menuju rumah Joy, sendirian. Rose ia titipkan kepada sang Eomma di Gunpo. Sebenarnya tak enak hati saat ia berkunjung ke rumah Joy tapi tidak mengajak Rose. Ini terdengar seperti ia sedang menculik Rose dari keluarganya. Walaupun keluarga Joy mengetahui kalau Rose hanya sedang pergi liburan. 

Mesin Waktu (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang