BRAKK
Sebuah pintu yang dibuka secara keras itu seketika membuat Ainsley menoleh terkejut. Ya Tuhan siapa yang berani membuka pintu kamarnya dengan tidak sopannya itu? Ainsley baru saja ingin memarahi sang pelaku, namun ketika melihat wajah gadis yang dikenalinya masuk, sontak membuatnya terdiam dan menelan kembali amarah tersebut.
"Ivory! Kau sungguh membuatku terkejut!" Seru Ainsley dan langsung mendekati gadis berambut pirang tersebut. Lalu dengan cepat ia pun memukul bokong gadis itu.
"Akh! Kak!" Ivory berlari menjauhi Ainsley dan berdiri dibalik sofa yang ada di kamar tersebut.
"Kemari kau! Aku akan memukulmu!"
Ivory menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku. Aku hanya terlalu semangat ingin menemui mu, karena itu aku langsung membuka pintu kamarmu. Aku tidak tahu hal itu akan menimbulkan suara yang keras dan mengagetkan mu."
Mendengar penjelasannya, Ainsley hanya bisa menghela napas. Kemudian ia pun berjalan dan duduk di sofanya. "Tapi tetap saja itu tidak sopan, Ivory. Jika ibu-ibu yang ada disini tahu akan hal ini, aku yakin kau pasti akan menjadi seorang perawan tua sama seperti ku. Tidak ada yang ingin menikahkan putranya dengan seorang wanita yang tidak sopan sepertimu!"
Ivory tertawa pelan seraya mendekati Ainsley dan duduknya disebelahnya. "Kau sepertinya sangat bangga ya dengan julukan mu itu?"
"Perawan tua maksudmu?" Ainsley mendengus geli. "Aku tidak bangga. Hanya saja sebenarnya itu cukup membuatku kaget. Maksudku, ya umurku masih dua puluh tiga tahun, namun aku sudah dibilang sebagai perawan tua oleh kalangan masyarakat. Padahal aku merasa aku masih muda kau tahu."
"Kenapa kau masih kaget? Padahal kita sangat tahu bahwa jika seorang wanita sudah menginjak umur dua puluhan maka dia sudah akan dianggap sebagai perawan tua. Dan walau kau tahu, kau tetap saja tidak ingin mencari seorang suami." Ucap Ivory.
Ainsley kembali mendengus geli. Ya Tuhan, jika Ivory tahu bahwa di tempat aslinya berasal, diumur dua puluh tiga tahun itu masih tergolong muda. Bahkan diumur segitu banyak para wanita baru lulus pendidikan. Kecuali diumur tiga puluhan, itu biasanya akan dipanggil sebagai perawan tua. Namun tidak juga sih menurut Ainsley. Karena nyatanya, banyak di negara-negara besar yang ia tahu, wanita diumur segitu masih dianggap normal jika belum menikah.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau menemui ku?" Tanya Ainsley mengubah topik pembicaraan mereka.
"Aku kesini hanya ingin menemui mu. Kau tahu kan malam ini adalah malam kedua setelah aku debut, dan jujur aku masih merasa gugup." Ivory menatap Ainsley dengan lekat.
Ainsley menggenggam tangan Ivory dengan erat. "Kau gugup karena kau takut bahwa tidak akan ada yang tertarik padamu?" tanyanya dan seketika Ivory menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku takut jika aku tidak mendapatkan seseorang untuk kunikahi, apa yang akan terjadi padaku?"
"Kau tidak perlu takut, Ivory." Ucap Ainsley seraya menggelengkan kepalanya. "Dengar! Kau itu sangat cantik! Apa kau lihat tatapan semua orang padamu saat di hari debut mu itu? Semua orang terpukau melihat mu. Kecantikan mu, keanggunan mu, sikap mu, dan juga wawasan mu. Semua nya sangat sempurna. Bahkan aku yakin para wanita yang baru debut merasa cukup segan dengan mu."
"Apa benar seperti itu?"
Ainsley mengangguk dengan cepat. "Iya. Percaya lah padaku. Kau akan segera mendapatkan seseorang yang kau cintai. Dan... sebenarnya jangan terburu-buru untuk memikirkan pernikahan mu, Ivory. Nikmati saja hidup mu. Jangan pedulikan ucapan orang lain."
"Para orang tua itu berkata bahwa seseorang yang tidak segera menikah ketika dia debut tidak akan bahagia. Tapi apa kau lihat aku tidak bahagia? Justru aku sangat bahagia bukan? Hidup bebas tanpa ada tekanan dari seorang suami, iya kan?"
Ivory menganggukkan kepalanya setuju. Kini Ivory pun tampak lebih percaya diri dengan dirinya berkat perkataan Ainsley. "Terima kasih, Kak. Kau sungguh membuatku lebih percaya diri dan semangat."
"Aku bersyukur mendengar nya."
"Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku. Aku ingin memilih gaun yang akan kupakai untuk pesta dansa malam ini," ucap Ivory dan kemudian berdiri dari tempatnya.
"Baiklah."
Lalu Ivory pergi meninggalkan kamar Ainsley.
Selepas kepergian gadis tersebut, Ainsley pun menghela napasnya. Ivory sungguh gadis yang baik dan lugu. Dia tidak punya pikiran jahat. Yang ia inginkan hanya mendapatkan seorang suami yang bisa mencintainya dan menerimanya. Setelahnya ia bisa hidup bahagia bersama suami. Namun sayang, di cerita, gadis itu malah ditakdirkan mati ditangan suaminya sendiri.
Sungguh Ainsley tidak tega jika melihat gadis itu mati kelak. Gadis itu terlalu lugu. Dan dia juga masih muda.
Sebenarnya tempat yang saat ini Ainsley tempati bukan tempat dimana Ainsley berasal. Bahkan tubuh yang ia tempati ini juga bukan tubuh aslinya, melainkan tubuh seorang gadis bernama Ainsley Osmond. Yang merupakan salah satu karakter sampingan di cerita novel yang pernah Ainsley baca di kehidupan aslinya.
Di cerita itu, kelak Ivory akan mati dibunuh oleh suaminya sendiri, yaitu Duke Egerton. Karena Ivory yang berselingkuh darinya. Tapi perselingkuhan Ivory bukan tanpa alasan. Suaminya sendiri tidak pernah peduli padanya, karena itu lah dia pergi mencari seseorang lain yang bisa membuatnya bahagia. Dan orang itu adalah James, penjaga kandang kuda di kediaman Duke.
Jika saja Duke bisa sedikit peduli pada Ivory, Ainsley yakin gadis itu tidak akan berani berselingkuh dari suaminya sendiri. Dan Ainsley rasanya benar-benar kesal dengan pria itu yang hanya menikahi Ivory agar posisi Duchess terpenuhi.
Karena itu lah, ketika memasuki tubuh Ainsley Osmond, kakak Ivory, Ainsley bertekad agar Ivory tidak menikah dengan pria bajingan itu. Dan disini lah posisi Ainsley, sebagai tameng yang akan mencegah Nicholas Pierre Friedrich, Duke Egerton, masuk ke dalam kehidupan Ivory.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY AINSLEY
Historical FictionAinsley Osmond, seorang wanita yang merupakan kakak dari tokoh utama wanita -Ivory- dalam sebuah novel romansa berlatar belakang kehidupan bangsawan kerajaan. Sedangkan Ainsley Mariana, wanita modern yang malah terjebak di tubuh Ainsley Osmond ketik...