Happy reading 💗
.
"𝕺𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖇𝖎𝖏𝖆𝖐 𝖇𝖊𝖑𝖆𝖏𝖆𝖗 𝖐𝖊𝖙𝖎𝖐𝖆 𝖒𝖊𝖗𝖊𝖐𝖆 𝖇𝖎𝖘𝖆. 𝕺𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖇𝖔𝖉𝖔𝖍 𝖆𝖐𝖆𝖓 𝖇𝖊𝖑𝖆𝖏𝖆𝖗 𝖐𝖊𝖙𝖎𝖐𝖆 𝖒𝖊𝖗𝖊𝖐𝖆 𝖙𝖊𝖗𝖕𝖆𝖐𝖘𝖆."
.
Sia mengompres luka di sudut bibir Atta dengan telaten, sesekali ia ikut meringis melihat raut kesakitan Atta.
"Maaf ya, Ta. Kali ini aku pelan-pelan kok."
Atta mencoba untuk tersenyum meskipun sakit, "Gak papa kok, Sia. Terimakasih karena kamu mau nolongin aku."
"Iya, sama-sama."
Sia menyudahi pekerjaannya, "Dah, beres. Nanti di rumah diganti ya perban di siku sama lutut lo."
"Oke, Sia."
"Ah gimana kalo nanti gue ke rumah lo? Gue bakal rawat lo sampe sembuh, tenang aja."
Seketika mata Atta berbinar, "Kamu serius?"
"Iya dong, Ta. Sekalian mau nengokin Kak Bintang. Semoga aja dia inget sama gue."
Detik itu juga senyum Atta luntur, memang tidak seharusnya Atta yang tidak ada apa-apanya untuk terlalu berharap. Apalagi kepada Sia.
.
Lentera bingung menatap layar ponselnya, mengapa pria suruhan Kakeknya tidak bisa di hubungi.
Sebenarnya Lentera juga kurang percaya dengan lelaki yang katanya seumuran dengan Lentera.
Akhirnya dia memutuskan untuk mematikan hp nya lalu tidur.
Namun, dering ponsel baru saja berbunyi dan itu sangat mengganggunya.
Pria itu menelpon.
Tetapi setiap akan di angkat, pria itu selalu memutuskan sambungannya.
Langit
hai, maaf gk tau kalo lo hubungin gue,
abis mandi soalnya hehebkn urusan gue
gue perlu ngomong 4 mata sm lo
bs kita ketemu?
maaf, tapi gk bisaknp?
knp lo selalu nolak nunjukin muka dan suara lo?
lo jelek?
bkn
bicara lewat cht ajaalamat lo dmn?
gue mau ngirim barang
KAMU SEDANG MEMBACA
km jelek
Teen Fictionapa lu? gausah nungguin lg . "Apa kalian yakin kalau mereka akan berubah?" -RAG "Urusan hasil bisa dipikir nanti, yang terpenting kita harus berusaha terlebih dahulu." -AED "Jalan satu-satu nya adalah kita harus masuk ke dalam sana dan mengambil sem...