[dix - matahari]

31 4 2
                                    

Happy reading 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 💗

.

"Orang sering mengatakan bahwa motivasi tidak bertahan lama. Nah, begitu juga dengan mandi itu sebabnya kami merekomendasikannya setiap hari."
-Zig Ziglar-

.

"Ini punya lo kan?"

Lentera mendongak menatap pria yang memberikan benda itu dan langsung mengambilnya dari tangan sang pemberi.

"Lo dapet ini dari mana?"

Pria yang ternyata adalah Sagara itu menjawab, "Di parkiran, kemarin."

"Oh, thanks kalo gitu."

Saat Lentera ingin beranjak pergi, tiba-tiba Sagara mencekal pergelangan tangannya, "Tunggu."

Lentera membalas dengan decakan kesal, "Apaan?"

Sagara mengambil tiga buah buku tebal dari ranselnya, "Dari Pak Bashori."

Setelah menaikkan alis keheranan, Lentera langsung mengambil buku tersebut dari tangan Sagara lalu menatap pria di depannya dengan senyuman.

"Kalo dipikir-pikir belakangan ini kita makin sering berinteraksi ya? Padahal dulu kita gak sedekat ini."

"Gak usah sok deket, urusan gue sama lo cuma sebatas Olimpiade," ucap Sagara lalu pergi meninggalkan Lentera yang hanya mengedikkan bahunya.

Sagara memang tau semua hal tentang Lentera, termasuk perasaan gadis itu padanya, namun rasa bencinya mengalahkan kekagumannya pada gadis itu.

.

Prankkk

Brukk

Bian yang baru saja memasuki rumahnya, langsung berlari menuju kamar sang ayah ketika mendengar suara ada yang terjatuh dan pecah.

"Uhuk uhuk."

Dengan tergesa, Bian langsung mengangkat tubuh ayahnya yang berada di lantai ke arah kasur. Selepas itu ia langsung mengambilkan gelas lain yang ada di atas nakas untuk minum.

Bian mengusap punggung ayahnya yang sedang minum, "Ayah udah enakan?"

Pria paruh baya itu hanya mengangguk kecil dan menatap putranya dengan tatapan sendu.

"Ayah gak mau ke rumah sakit lagi? Disana ada banyak dokter dan perawat yang bakal jagain ayah."

"Ayah gak suka rumah sakit, Bian. Baunya gak enak."

Bian terkekeh kecil.

"Nanti kan bisa bawa pengharum ruangan yah, biar gak bau rumah sakit."

Toni, ayah Bian tetap menggeleng, "Ayah gak mau berhutang banyak lagi sama tuan Pasha, kita udah banyak ngerepotin keluarga mereka. Sekarang aja karena membantu pengobatan ayah, kamu jadi disuruh untuk menjaga putri tuan Pasha. Ayah sangat kenal sama kamu, pasti kamu merasa terbebani."

km jelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang