"Uh, ada tugas lagi dan Kim Namyuk mendiamiku" Jeon menggerutu pelan di dalam selimut tebalnya.
Kuliah di jurusan komputer, apalagi dosennya sangat rajin memberinya tugas membuat Jeon kadang muak.
Biasanya, dia tidak akan ambil pusing karena masalah tugas akibat Kim Namhyuk selalu membuatkannya. Bukannya Jeon tidak bisa mengerjakan tugas itu, tapi dia terlalu malas. Waktunya selalu dipergunakan untuk hal lain.
Ketika akan memejamkan mata,
Ting
Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
'Sudah tidur sayang? Ini om Vic'
Om Vicle?
Jeon langsung merona ketika mengingat kejadian malam kemarin. Begitu panas dan bergairah. Jeon masih ingat bagaimana tampan dan jantannya om Vicle ketika menginvasinya. Itu pengalaman pertama, namun manis sekali. Jeon masih merasakan bagaimana kecupan lembut di dahinya dan usapan menenangkan pada rambutnya ketika dia menahan sakit. Masih mengingat bagaimana sexy nya suara berat dan serak itu ketika memanggil namanya. Namun setelah itu menyerangnya bertubi-tubi tanpa memberinya waktu istirahat, membuatnya memekik berkali-kali sampai serak.
Om Vicle lembut dan br*ngs*k di waktu yang bersamaan membuat jantungnya menggila. Sepertinya dia benar-benar menyukai paman tirinya itu?
Jeon menggeleng brutal di dalam selimutnya.
"Apa yang aku pikirkan! Dia sudah punya istri! Dokter pula, dan aku masih mahasiswa! Tidak tau diri!" ujarnya kemudian menendang-nendang selimut, hingga benda itu teronggok tidak berdaya di lantai.
Jeon langsung menghapus dan memblokir nomor itu. Tidak boleh pokoknya dia berhubungan dengan om tampan yang membuatnya serasa terbang ke langit malam tadi.
.
.
."Kau tidak pernah memperhatikanku"
Vicle menoleh ke arah istrinya. Kim Yoona.
"Mau perhatian bagaimana lagi sayang?" ujar Vicle lembut.
"Kau tidak seperti Vicle yang aku kenal"
"Kau membuatku bingung Yoona"
"Kita dekat, namun aku merasa jauh. Aku sudah rela meninggalkan semua tanggung jawabku demi berdua bersamamu. Tapi kau malah berbeda"
Vicle menghela nafas mendengar penuturan dari sang istri. Dia dan istrinya baru saja selesai melakukan hubungan suami istri. Vicle tidak mengerti kenapa istrinya itu malah menggerutu.
"Berbeda apa sayang?"
"Vicle, kau tidak lagi hangat. Semua yang kau lakukan tadi seperti terpaksa dan tidak menikmati. Semua raut wajahmu menjelaskan semua"
Vicle terdiam. Lama-lama Yoona menjengkelkan juga.
"Dengar Yoona, bukan kau saja yang meluangkan waktu untukku. Tapi aku juga. Ada projek besar untuk pembuatan game selanjutnya. Dan aku sebagai programmer senior harusnya ada disana sekarang. Tapi aku rela meninggalkan semua itu demi kau. Kita impas" ujar Vicle dingin, membuat hati Yoona tercubit.
Saat itu juga, Vicle segera memakai pakaiannya kembali dan keluar dari kamar itu.
Alisnya bertaut, bibir cherrynya berkomat-kamit membaca deretan aksara yang terpampang di layar laptopnya.
Ditemani secangkir cappucino yang baru saja diseruputnya beberapa detik lalu, meninggalkan jejak yang tidak disadarinya.
Malam itu, Jeon Jung Hwa datang ke sebuah cafe. Kenapa cafe? Itu untuk mengumpulkan mood membuat tugasnya. Separuh tugas itu sudah selesai, namun ada beberapa jejak kesalahan yang harus dia perbaiki.
"Serius sekali. Tugas atau nonton film biru?"
Jeon segera melihat ke depan. Membulatkan matanya ketika menyadari paman tirinya yang tampan itu tiba-tiba di depannya.
Mata bulatnya berkedip-kedip beberapa saat.
"Kutanya. Serius sekali. Membuat tugas atau nonton film biru?"
Puk.
Sebuah buku tebal tentang perkodingan mendarat tepat di wajah tampan Vicle.
"Jaga mulutmu om! Tentu saja sedang buat tugas"
Vicle tertawa pelan sambil mengelus-elus pucuk hidung mancungnya yang lecet.
Jeon kembali fokus pada laptopnya. Tapi pikiran dan perasaannya fokus pada lelaki 36 tahun itu. Padahal Vicle hanya memakai kaos lengan pendek hitam dan celana training abu-abu, tapi Jeon serasa kena mental dengan ketampanan paman tirinya itu.
"Sudah selesai sayang?"
"Jangan memanggilku sayang om. Ingat istrimu. Lupakan kejadian malam itu, anggap tidak pernah terjadi" ujar Jeon tanpa melihat ke arah laptop.
Vicle tersenyum miring, melipat tangannya di depan dada, menatap lurus ke arah pemuda cantik berumur 20 tahun itu.
'Kemarin anak ini menjerit dan memelukku erat sekali. Bahkan minta lebih, dan sekarang dia seakan-akan tidak kenal denganku? Hm.' batin Vicle.
Sudah jam sepuluh malam. Cafe sudah sepi, hanya mereka dan ada dua orang lainnya sebagai pengunjung cafe itu.
Vicle tetap memperhatikan keponakan tirinya yang cantik itu. Ketika wajahnya serius, membuat Vicle gemas sendiri ketika Jeon mengerucutkan bibirnya sesaat ketika mengetikan jarinya di atas keyboard laptop.
"Apa kau kesusahan? Aku bisa membantumu. Aku seorang programmer game, aku dulu juga mengambil jurusan kuliah yang sama denganmu" ujar Vicle, namun tidak ada respon.
Otak licik dari Vicle mulai berjalan,
Lelaki itu melepas sandalnya, dan menggerakan kakinya ke arah s*l*ngk*ng*n Jeon.
Sett
Brakk.
Tbc....
Kalau kalian bertemu om ganteng macem Kim Vicle terus kelakuannya begitu, kalian bakal ngapain gengs?
>.<
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUER
RomanceKim jatuh cinta pada keponakan tirinya, bagaimana dia menghadapi keluarga besar yang mengutuk perbuatannya itu?