11

3.7K 224 18
                                    

Pagi itu, hanya dentingan sendok yang terdengar di ruangan itu sebelum,

"Kau pulang jam berapa?"

Mama Yeeri membuka pembicaraan.

"Jam sebelas malam ma" ujar Jeon cepat.

"Bohong, kau pulang jam tiga pagi kemarin"

Jeon membeku ketika mamanya mengetahui kalau dia berbohong. Padahal, Jeon sudah memastikan kalau tidak ada orang yang melihat ketika dia pulang.

"Apa yang kau lakukan sampai jam tiga malam bersama paman tirimu itu" ujar mama Yeeri yang sukses membuat Jeon tersedak.

"Uhuk...uhukk..."

Dan mamanya juga tahu dia bersama om Vicle.

"Katakan, kau pikir mama tidak tau? Kemarin malam mama berada di dapur untuk minum, dan mama diam saja ketika melihatmu diam-diam masuk rumah seperti maling. Dan mobil yang mengantarmu tadi malam adalah milik adik tiri mama. Vicle" ujar mama Yeeri dingin.

"Apa yang kau lakukan bersama om Vicle nak?" ujar papa Daejoon.

"Hanya membuat tugas, aku menumpuk tugasku. Dan sialnya akan disetor pagi ini, jadi aku terpaksa begadang membuatnya di apartemen temanku. Daniel" ujar Jeon, jantungnya berdetak cepat sekali.

Ya, kemarin Jung Hwa memang pamit membuat tugas ke apartemen temannya. Jadi, mama Yeeri sedikit menimang-nimang. Jung Hwa adalah anak penurut dan baik dimatanya jadi,

"Oh baiklah, besok-besok hubungi mama atau papa kalau begadang mengerjakan tugas. Jangan diam saja begitu" ujar mama Yeeri.

Dan akhirnya Jeon bernafas lega,

Tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan perutnya terasa mual.

'Apa aku harus periksa ke dokter? Sudah seminggu aku begini' batin Jeon.

.
.
.

"Sayang, bangun! Apa kau tidak ke kantor?"

Yoona membangunkan Vicle, suaminya itu tampak sangat kelelahan. Tapi, jam sudah hampir menunjukan pukul 7, jika tidak dibangunkan sekarang, Yoona takut kalau Vicle tidak terbangun karena wanita itu akan berangkat bekerja sekarang dan tidak ada siapapun di rumah untuk membangunkannya.

"Vicle bangun! Vic! Bangun! Ba-" Yoona terhenti ketika secara tidak sengaja wanita itu menyingkap baju Vicle hingga punggung lebar itu terlihat dan ada bekas cakaran di punggung lebar suaminya.

Yoona berpikir, apa yang mungkin bisa membuat cakaran seperti itu di punggung?

Berpikir lebih jauh,

Itu cakaran kuku. Yoona bukanlah wanita polos. Dia tau cakaran itu karena apa. Kepalanya langsung mendidih.

PLAK!

"Ouh..."

Vicle langsung terbangun, meringis memegangi pipinya. Nyawanya belumlah terkumpul, namun terpaksa membuka mata ketika merasakan tamparan panas di pipinya. Langsung terduduk di tepi ranjang dan menatap malas pelaku penamparan itu.

"Kenapa kau menamparku Yoona?"

"KAU BR*NGS*K! DENGAN SIAPA KAU BERC*NT* HAHH!?"

Vicle tertegun, rasanya cakaran dua hari lalu dari keponakan tirinya yang cantik itu sudah hilang, tapi-,

Astaga, Vicle baru ingat kalau baru kemarin malam dia mendapatkan cakaran itu lagi. Dirinya memutar otak untuk mendapatkan jawaban yang tepat.

"Apa yang kau pikirkan? Bukankah kemarin malam kau sendiri yang melakukannya?" ujar Vicle tenang, agar tidak terlihat menyembunyikan sesuatu.

BLUERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang