Serendipity 5

553 51 10
                                    

Maureen untuk kali ini tidak terlambat, hal tersebut menarik perhatian sang Ketos--Alvin yang langsung merangkul Maureen saat baru masuk ke gerbang, "Vin! Bikin gue kaget deh!!" ujar Maureen menjauh dan sedikit mendorong tubuh Alvin.

"Tumben lo berangkat jam segini? Ga kerja?"

Maureen tak merisaukan ucapan Alvin. Dia hanya bergedik malas untuk membalas perkataan tersebut. "Baju lo baru ya, Ren? Lo hari ini kelihatan cantik banget," Alvin memperhatikan Maureen yang nampak beda dari biasanya. Maureen terlihat lebih segar hari ini, dengan rambut yang di ikat kuda, menyisakan sedikit poni panjangnya. "Pulang mau jalan?"

"Gabisa gue, sibuk," balasnya acuh.

"Iya sipaling sibuk! Gue padahal mau traktir lo makan, sama nonton. Soalnya udah tayang film Iko Uwais," Alvin sedikit menyenggol bahu Maureen membuat Maureen terbelalak. "Yakin mau sia-siain hal ini?"

Duh Maureen rasanya ingin pergi bersama dengan Alvin. Terlebih kali ini Alvin yang mentraktir dirinya, membuat Maureen tidak perlu keluar uang untuk menonton. Iko Uwais adalah salah satu aktor yang sangat di gemari oleh Maureen, sebab Bramasta--ayah Maureen senang menonton bersama Maureen pada saat itu. Namun Maureen tidak bisa menyanggah bahwa dia sibuk. Istirahat di jam 12, Maureen harus kembali ke rumah untuk membantu Bik Sri masak dan menyiapkan makanan. Karena Garka pasti akan makan siang dirumah. Lalu Maureen kembali ke sekolah dan fokus belajar, setelah pulang sekolah dia harus berada di rumah untuk melayani Garka. Maureen tidak bisa seenaknya untuk saat ini, dia sudah memiliki suami yang harus dia urus. 

Masalah kejadian semalam, Maureen memang tidak tidur seranjang bersama dengan Garka. Tetapi sepertinya Garka tidur di ruang kerja. Maureen tidur di kamar sendiri. Saat pagi tadi sebelum berangkat sekolah, Maureen sedikit berkonflik dengan Garka, lelaki itu tidak ingin melihat Maureen berada di ruang makan. Maureen memakaikan sepatu Garka namun Maureen di dorong hingga tersungkur. Maureen menangis? Tentu saja dia menangis, bukan ini yang Maureen harapkan setelah pernikahan. Banyak sekali cobaan yang dihadapi, tak peduli bagaimana, Maureen harus menyelesaikannya. Selepas kepergian Garka, Maureen berangkat sekolah dengan berjalan kaki tanpa membawa uang saku. Kesal dengan sikap Garka namun Mauren harus bertahan.

"Ga bisa Vin," kata Maureen.

"Yaudah lain kali aja, gue tau lo sibuk," Alvin mengacak rambut Maureen pelan. "Istirahat pertama ketemuan di kantin, makan siang bareng ya?" ajak Alvin.

SMA Stereo, memiliki 2 kali jam istirahat. Istirahat pertama dimanfaatkan para siswa untuk makan siang, yaitu pada jam 10. Sedangkan istirahat kedua biasa dipakai untuk shalat Dzuhur berjamaah, biasa disebut juga Ishoma, istirahat, sholat, dan makan. Maureen akan pulang pada istirahat kedua, yaitu saat Dzuhur, dia akan menyempatkan shalat, habis itu pulang untuk membantu membereskan makan siang. Walaupun itu bukan menjadi tugas Maureen, dia sudah terbiasa. Saat dirumah bibinya dulu, Maureen selalu menyiapkan makanan, entah itu sarapan, makan siang ataupun makan malam. Maureen tak kenal lelah, dia hanya memikirkan orang lain. Saat Maureen mengundurkan diri kemarin, dia hanya mendapat pesangon kecil, uang tersebut dibelikannya make up untuk acara pernikahan, serta pakaian yang bagus, karena bibinya Maureen sama sekali tidak mengurus hal tersebut. Sekarang Maureen sama sekali tidak pegang uang, ingin meminta kepada Garka namun tak enak hati. Maureen tidak memiliki apapun, termasuk Ponsel. Ponsel yang dia dambakan sampai saat ini belum tercapai untuk dibeli, karena gaji Maureen cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Agak kesulitan memang untuk hidup tanpa menggunakan ponsel, namun Maureen bisa apa, dia menjalani saja apa yang dia kerjakan. Jika memang ada rejeki, Maureen ingin sekali membeli ponsel.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Maureen bergegas meninggalkan sekolah. Jarak antara rumah Garka dengan sekolah tidak terlalu jauh, lebih jauh rumah bibi Maureen. Melihat Maureen yang berjalan, Bik Sri langsung segera memanggil dirinya, "Nyonya! Kenapa Nyonya ada disini?" tanya Bik Sri kaget melihat Maureen berkeringat. "Nyonya tidak sekolah?"

"Bik, saya bantu bibik siapkan makan siang," kata Maureen tergopoh-gopoh habis lari. "Mas Garka sudah pulang kerja?"

"Sudah, Tuan sedang mandi."

"Yasudah, saya harus bantu siapkan, keburu Mas Garka selesai mandi," kata Maureen. Bik Sri yang melihat hal itu takjub sendiri dengan sikap Maureen. Tidak salah pilih Lion--Papanya Garka terhadap calon menantu. Sosok yang telaten namun bijaksana, Bik Sri terharu melihat momen tersebut.  "Bik ayo, waktunya mepet," ajak Maureen melihat Bik Sri masih melamun.

Maureen menyiapkan segala makanan yang sudah dimasak oleh Bik Sri, walaupun Maureen tidak membantu Bik Sri dalam hal mengolah makanan, Bik Sri cukup masih terkagum kepada anak seusia Maureen.

Garka yang melihat Maureen berada di ruang makan sembari terkekeh bersama Bik Sri langsung terkejut, "Kenapa dia disini? Bukankah dia sekolah?!" ujarnya dengan penekanan kepada Rion.

"Saya tidak tau, Tuan. Nyonya sudah berangkat tadi pagi," balas Rion mendorong kursi roda Garka menuju meja makan, "selamat siang Nyonya, kenapa Anda disini?" tanya Rion.

"Pak Rion, saya siapin makanan untuk Mas Garka, walaupun ini Bik Sri yang masak sih," kata Maureen terkekeh. "Mas mau makan pakai apa?"

Garka sama sekali tidak bergeming dari tempatnya, sikap Garka yang dingin membuat Bik Sri takut jika Garka mengamuk sampai membanting benda benda disekitarnya. "Biar bibik saja, Nyonya," ucap Rion merasa atmosfer disekitar Garka dingin. 

"Saya kesini buat nyiapin masakan ini untuk Mas Garka, kalau tetap Bik Sri yang nyiapin, mending saya tidak usah kesini," ujar Maureen tidak kalah ngotot dan mendekat ke arah Garka.

Garka mengepalkan tangannya, kesal. Tak pernah ada seorangpun menentang Rion, karena hanya Rion yang dapat mengerti Garka. "Bisakah kamu tidak bersikap seperti ini?!" tekan Garka. 

"Saya menikah dengan kamu, bukan kehendak saya. Papa saya membayar kepada keluarga kamu dengan jumlah fantastis!!! Jadi kamu perempuan murahan tidak perlu berpura-pura baik untuk mendapatkan harta lagi!!!"

Tunggu, maksudnya? Harta? Atau bagaimana. Banyak pertanyaan terbesit di kepala Maureen, jadi ini yang dimaksud oleh Maura. Bibinya menjual Maureen, lalu menikmati uang itu sendiri. Dan ini bukanlah kehendak Garka, melainkan kehendak Lion--Papanya, berarti benar perasaannya, bahwa Garka sama sekali tidak mencintai Maureen. Tapi Maureen bukanlah perempuan murahan, Maureen sama sekali tidak menyentuh uang Garka.

"Maksud perkataan Mas apa?! Aku sama sekali gak ada niatan untuk ngambil harta milik Mas!! Mas pikir aku perempuan murahan?!"

"Memang kalau bukan murahan apa?! Kamu dan keluargamu sama saja! Seorang kaparat harta! Ayahmu seorang koruptor dan penipu...!!"

Belum selesai dalam perkataan Garka, Maureen sudah lebih dulu menampar Garka dengan kencang, membuat Rion langsung menahan Maureen, begitupun Bik Sri. 

Namun perkataan Garka tidak hanya sampai situ, dia kembali melanjutkannya, "Jangan berlagak! Ayahmu punya hutang 3 Milyar ke perusahaan saya, tidak akan saya biarkan keluarganya hidup tenang!!!"

🏂🏂

Minta vote dan komennya bundiess. Sebab chapter selanjutnya bakalan banyak konflik.

Kalian harus bersabar menunggu banyak cerita update dari akun ini. By the way, anyway busway, aku bakalan bikin S2 cerita sebelah, tapi masih jedag jedug buat cerita ini. Kalian tungguin aku update aja terus yaaa!!!

Sebisa mungkin update sehari sekali/2 hari sekali/1 Minggu sekali. Bayyyyy🏂🏂

SERENDIPITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang