Serendipity 7

440 47 19
                                    

Hophop gengs, views cerita ini lumayan menurut aku, cuma yang kurang vote sama komentar ni, aku minta support kalian buat vote dam komen cerita aku, supaya aku semangat, dan bikin banyak cerita baru untuk kalian.

Vote, dan komentar jangan lupa, baybay🏂🏂🏂

Paraplegia atau yang biasa disebut spinal cord injury adalah kondisi bagian tulang belakang yang memproduksi sel, dan membantu menyalurkan darah ke otak rusak, bisa juga putus akibat benturan, ataupun kecelakaan. Akibat dari rusaknya tulang belakang, bagian perut hingga kaki akan mati rasa, kebas, dan kesakitan. Bukan hanya kaki, tetapi tangan terkadang mengalami lumpuh fungsi dari setiap bagiannya. Dampak yang dihasilkan dari Paraplegia ini adalah, kelumpuhan total, berkurangnya fungsi bagian vital dan bokong, serta hilangnya kemampuan dalam berhubungan intim.

Kejadian masa lalu Garka yang sempat membuat hidupnya hancur, serta menyesal seumur hidup selalu menghantui dirinya. Berusaha dengan keras Garka mencoba bangkit dari keterpurukannya, dia melakukan terapi, rehabilitasi dengan cepat, akibat dari semangat Garka, dia masih bisa berada diposisinya sekarang.

Garka. Nama itu membuat Maureen seketika berbunga, namun seketika mencekam. Maureen mencoba mencintai Garka, dan Garka menolak Maureen secara terang-terangan.

Kini Garka dan Maureen duduk bersebelahan dikursi business class pesawat. Lelaki itu tidur dengan sangat nyeyak, namun terkadang kaki Garka bergerak-gerak sendiri, itu disebabkan spasme otot akibat kelumpuhan yang terjadi.

"Ini untuk kamu," Lion memberikan kotak Smartphone canggih merk terbaru, dan harganya bisa ditaksir hampir setara dengan motor. "Papa tau kamu tidak punya Hp, jadi Papa belikan. Ini sudah sempat Papa buka Hp nya, sudah Papa masukan nomor kamu, Papa, Garka, dan Lion."

Maureen tersenyum lebar, impiannya kini sudah tercapai, dia ingin memiliki Handphone yang bisa untuk belajar, dan foto. Maureen senang memotret sesuatu, dia selalu minjam handphone milik Alvin untuk memotret sesuatu yang menurutnya indah.

"Terimakasih, Pa. Maureen suka banget," balas Maureen sembari membuka kotak itu.

Maureen tidak kolot dengan tidak memakai Hp, dia mengerti cara mengutak-atik ponsel bagus, Maureen sering bermain Warnet ketika ada tugas, menurut Maureen dia cukup pandai dalam bermain teknologi.

Suara yang mengganggu telinga membuat Garka menguasap matanya menyamarkan silau matahari yang menyengat dari kaca. Dia menekan tombol disalah satu kursi pesawat, hingga kursi yang berbaring kini menjadi tegak lurus. Dia memicing saat melihat Maureen tengah bermain Hp, yang merk nya sama seperti punya Garka.

"Papa yang belikan untuk Maureen," kata Lion tegas saat Garka nampak bingung.

Namun setelah itu Garka hanya memperhatikan perempuan itu. Dia terlihat norak memakai ponsel, namun Garka terus memperhatikan Maureen. Perempuan itu menginstal aplikasi Chat, dan Media sosial. Sejauh apa Maureen tau tentang itu semua.

"Nanti saat di Bandara, Papa akan berpisah dengan kalian. Namun Papa sudah menyuruh Om Azke untuk mengantar kalian ke hotel, dan mengajak kalian berjalan-jalan." Kata Lion sembari mengusap kepala Maureen dan melirik Garka. "Kamu bisa bahasa Inggris, Maureen?"

"Hmm, tidak bisa, Pa. Tapi ngerti kok sedikit," kata Maureen.

***

Garka mengeram pelan, ketika melihat Maureen tengah memeluk dirinya. Wajah Maureen terlihat lebih jelas dari yang Garka bayangkan, dia dapat melihat lebam, dan bintik hitam dihidung perempuan itu. Maureen cantik, namun tidak terlalu cantik, ketika disandingkan dengan pesona ketampanan Garka, Maureen akan kalah jauh dengan lelaki itu, namun Maureen memiliki pesonanya sendiri, Maureen yang anggun, sopan, semakin menambah kecantikan yang dimiliki.

Merasakan ada yang menatapnya, Maureen mengerjap. Dia melihat Garka dengan ketampanannya, sontak saat pandangan mereka beradu, Garka langsung mengalihkan pandangannya dari perhatian Maureen. "Shalat subuh dulu, Mas," kata Maureen langsung bangkit.

Shalat? Kapan terakhir Garka shalat? Entahlah dia sendiri lupa kapan terakhir Garka shalat. Namun saat ini Maureen mengajaknya shalat, apa mungkin Garka akan menolak ajakan tersebut, sedangkan Garka adalah seorang imam bagi keluarganya.

Maureen menepikan kursi roda tepat disebelah posisi Garka tidur, dia membantu Garka untuk melepas celana pendeknya. Ya kebiasaan seorang lelaki adalah tidur tanpa mengenakan pakaian, Garka tidak mengelak hal itu, dia selalu tidur tanpa pakaian. "Saya bisa sendiri," kata Garka yang ingin beringsut pindah ke kursi roda.

"Aku bantu, nanti jatuh," Maureen langsung meraih kaki lunglai tersebut, dia mengapitnya dengan kaki Maureen, dan menyempilkan tangannya diantara paha Garka.

Posisi yang tepat saat jantung Garka berdegup lebih kencang dari biasanya, dia nyaman ketika Maureen ada di sebelahnya. Maureen sudah mempelajari tentang penyakit Garka, dia juga sering bertanya pada Bik Sri tentang kebutuhan Garka. Garka melakukan bowel program sebelum mandi, dia juga mengganti kateter urin yang biasa Garka pakai. Jijik? Entahlah, Maureen tidak merasa jijik melakukan itu, dia melakukannya dengan telaten.

Garka cukup terkejut ketika Maureen membantunya mandi, dan melakukan semua kebutuhan Garka yang biasa dilakukan Rion. Namun Garka tak bergunjing ketika Maureen kini sudah mengusap badannya dengan sabun, dia malu, namun Maureen sepertinya lebih malu, Garka merasakan hawa panas di sekitar mereka.

Maureen seketika mencium leher Garka, perempuan itu seperti kerasukan setan yang menghisap dengan keras. Sontak Garka terkejut, namun desahan keras keluar dari mulut Garka. Bukannya marah, Garka menarik leher itu agar mengigitnya lebih dalam. "Ahhhhhhhhh," desah Garka.

Maureen yang sudah keburu sadar langsung mendorong tubuh Garka hingga sedikit terlonjak kaget. "Aku, Aku minta maaf, tadi aku...." Maureen berkata gugup.

"Selesaikan, saya ingin keluar setelah ini."

***

TBC

Duh baper dan panas bgt suasananya, cpk ah bucin mulu. Bye gesss

SERENDIPITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang