Aku bingung koe kabeh podo meh lanjut ceritane iki opo ora?
Jgn lupa vote~
Pagi ini minggu, dan Johnny masih harus ke kantor untuk memantau pekerjaan sekalian juga memantau Tasya yang dalam masa percobaan 1, dengan malas Johnny pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.
"Bilang pada Haechan, aku pergi ke kantor tak lama kok" ujarnya pada seorang bibi.
Panggil saja dia bibi Rum, wanita tua itu mengangguk mengerti. Dia juga pengasuh Haechan sebagai ganti Johnny saat dia sibuk bekerja seharian. Atau kepentingan lain yang membuatnya tak bisa di rumah menjaga Haechan.
"Baik tuan"
"Jangan lupa, buatkan kue kesukaannya jika dia ingin cemilan" setelah berpesan begitu Johnny pamit untuk pergi.
Di kantor tak banyak karyawan yang bekerja di hari minggu, karena memang waktunya untuk berlibur. Di sepanjang jalan seluruh karyawan di gedung besar itu menyapanya, hanya yang berpapasan saja tentunya.
"Selamat pagi tuan presdir" sapa Lisa.
Johnny mengangguk sebagai tanda dia mendengar dan membalas sapaannya. Lalu Johnny masuk ke dalam ruangannya.
"Apa Jung Aecha masuk hari ini?" tanya Johnny pada asistennya.
Wanita disampingnya mengangguk.
"Seminggu ini dia bekerja dan datang lebih cepat dari saya tuan" jelasnya.
"Oh ya? Bagus. Hem Jennie, tolong buatkan aku segelas susu" kata Johnny memerintah.
Jennie awalnya terkejut, bukan kopi tapi susu. Biasanya Johnny akan minum susu hanya di rumah buka di kantor itu sudah biasa dia ketahui, tapi entah kenapa bosnya itu meminta dia membuatkan susu.
"Baik tuan" Jennie melenggang pergi, dia juga berpikir mungkin saja suasana hati Johnny sedang bagus.
Makanya dia minum susu di kantor, itu yang ada dipikiran Jennie. Setelah itu dia meletakan susu hangat di atas meja milik Johnny, pria itu mengucapkan terima kasih padanya.
Dua jam berlalu, Jennie yang bosan duduk di sofa yang disediakan di sana untuk tamu. Dia benar-benar tak melakukan apapun hari ini, hanya memperhatikan Johnny sesekali dan membaca banyak buku juga mengecek hp nya memastikan apa ada pesan penting atau tidak.
"Tuan saya-
"Aku tau, pergilah Jen. Ini sudah mulai siang, kau juga punya kegiatan bukan di jam segini di rumah?" tanya Johnny lebih ke menebak apa yang Jennie lakukan.
Wanita itu tersenyum semringah, lalu kemudian dia berjalan hendak keluar kalau saja Johnny tak menahannya dengan suara.
"Jennie, apa Lisa hari ini ada kegiatan?" tanyanya.
Jennie baru saja bernafas lega, tapi ya begitu sang bos dia selalu saja mengulur waktu para karyawannya untuk tetap tinggal.
"Aku rasa dia tak ada kegiatan, bukannya hari ini dia pergi untuk menjemput anaknya di bandara." kata Jennie.
Johnny terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia memutuskan bicara.
"Dia mau menjemput anaknya? Bukannya Mark kesini taun depan?"
"Ya mana saya tau tuan, itu yang dibilang Lisa pada saya" Jennie merasa dia harus istirahat jadi dia pergi tanpa banyak bicara lagi.
Meninggalkan Johnny sendirian yang sedang berpikir keras tentang Lisa dan anaknya, dia yakin sekali wanita itu bilang jika anaknya Mark, akan pulang taun depan untuk sekolah di Seoul.
"Hem ada yang aneh" gumamnya.
Saat sedang berpikir tiba-tiba Lisa masuk ke dalam dan menyerahkan beberapa brankas.
"Maaf menganggu tuan, ini adalah sisa uang dari rencana logo makanan tiga bulan yang lalu. Semuanya sudah selesai, jadi uangnya dikembalikan untuk keperluan lain. Jika anda perlu mengeceknya silahkan" ucap Lisa.
Johnny mengangguk paham, saat Lisa akan pergi Johnny menahannya.
"Lisa, bisa bicara sebentar" Lisa menurut saja.
"Ya tuan"
"Hari ini kau akan menjemput anakmu di bandara?"
Wajah Lisa tampak terkejut tak lama kemudian tenang lagi, sudah Johnny duga kalau tak ada yang beres kali ini.
"Ya tuan, tapi bukan menjemput anak saya"
"Siapa?" entah apa yang dipikirkan Johnny saat ini.
"Ah dia mantan suami saya tuan,"
"Dia pulang ke Korea, karena ada urusan dan tentu saja sebagai istri saya tau kalau, Mark ingin tau apakah ayahnya kembali dengan selamat atau tidak untuk memastikan saya akan memotret nya dan kirim ke Mark. Kalau ayahnya baik-baik saja"
"Kau masih memikirkan anakmu rupanya" balas Johnny.
Lisa tersenyum, dia tentu saja tak bisa egois terus untuk menahan anaknya bertemu dengan sang appa.
"Dengan siapa kau kesana?" Johnny lagi-lagi tak tau apa yang dipikirkannya saat bicara.
"Saya pergi dengan Ten"
Johnny mengangguk karena mengenal Ten, pria itu sahabat Lisa sekaligus pengusaha yang sering bekerja sama dengan perusahaannya.
"Baik, pergilah hati-hati dan selamat istirahat" kata Johnny.
Lisa mengangguk, Johnny mengambil kesimpulan dari kisah wanita itu. Banyak cerita dan rasa sakit yang dia dapat, tapi wanita itu memilih pada kedamaian. Tak sepertinya terus menerus memaksa takdir untuk menunjukan dimana keberadaannya sekarang, dan memilih untuk tak jatuh cinta lagi.
"Kau wanita yang kuat, Lisa" gumam Johnny.
Sesekali dia mengelus poto yang ada di mejanya, poto dirinya dan Haechan yang sedang berpelukan taun lalu.
"Ah, daddy hanya punya kamu sekarang nak" kata Johnny menatap poto Haechan.
Betul Johnny harus bahagia, setidaknya untuk Haechan dan untuk anak itu dia bisa tersenyum.
"Tuan" panggil Lisa memunculkan kepalanya sedikit.
"Ya bicaralah"
"Terima kasih mengizinkan saya pulang, dan selamat menikmati akhir pekan anda" ujar Lisa.
"Ya terima kasih Lisa, kau juga nikmatilah harimu" balasnya.
"Suatu saat, saya akan membalas kebaikan anda"
"Tak perlu sungkan, anggap saja aku ini temanmu yang selalu mendukung" katanya.
Lisa menundukan kepala beberapa kali sebelum akhirnya pergi dari sana, Johnny bisa melihat ada banyak kelelahan dari mata wanita itu. Tapi dia memilih untuk tetap menahannya, mungkin saja Lisa yang kuat juga akan runtuh dan menangisi nasib pada Tuhan.
"Wah, aku kagum sekali. Dia seperti mendiang eomma..." Johnny memutar kursi kerjanya dan menghadap kaca yang menampakan pemandangan kota Seoul di siang yang hampir sore hari ini.
Johnny memejamkan mata, merilekskan otot-otot yang sudah tegang selama satu minggu terakhir ini. Masa percobaan 1 untuk Tasya juga sudah selesai. Dan ini hari terakhirnya melalui masa percobaan.
Ingatannya tertuju pada lelaki kecil yang pernah ada dalam hidupnya, sampai mereka memiliki seorang anak yaitu Haechan. Di dunia saat ini sudah tak asing bagi manusia jika berhubungan akan mendapatkan seorang anak. Terlepas dari jenis kelaminnya.
"Ah, sebenarnya kau dimana?" tanya Johnny pelan masih dalam keadaan mata tertutup.
Eomma Haechan bukan seorang wanita cantik, tapi dia tak kalah cantik dengan seorang wanita. Bahkan wajahnya bisa saja menandingi seorang wanita, benar sekali eomma Haechan seorang pria. Mungkin aneh kalau mendengarnya, tapi itulah kenyataan.
"Cepat pulang... Taeil" Johnny merancau.
Setetes air mata jatuh ke pipinya, ada sensasi sesak dan sakit di dadanya. Kenangan itu terus berputar dikepalanya tanpa mau pergi.
Dijawab mo lanjut apa gak
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk EOMMA (JOHNIL)
أدب الهواة"Daddy, kemana eomma pergi?" "Eomma sedang dalam perjalanan bisnis sayang" Mau sampai kapan Johnny berbohong kepada anaknya? JONHIL AREA! NGAK SUKA? SILAHKAN PERGI! YUPS