Ancaman

5.7K 359 5
                                    

Gavin mengusap mukanya yang dibasahi keringat dingin. Jantungnya terasa dingin dan detaknya melambat. Ingin rasanya berteriak sekeras-kerasnya atau mengamuk membalikkan meja tempat berlangsungnya akad.

Sayang sekali, tempat itu dipenuhi tamu. Ia tak mau mengambil risiko merusak nama baik keluarga dan memberi kesempatan bagi netizen mengunggah postingan negatif. Terlebih, pernikahan hari itu memang di-setting rahasia dari publik, selain kerabat dari pihak Nalini dan penduduk desa tempat ibu Nalini tinggal.

Berdenyut pening pelipis dokter yang menjadi pemimpin rumah sakit di usia muda itu. Terbayang pengorbanannya yang luar biasa untuk memperjuangkan cinta dan meresmikan hubungannya dengan Nalini.

Ia bahkan rela menuruti mamanya untuk tidak merayakan pernikahan besar-besaran. Mama papanya menganggap Nalini yang mantan PSK tidak layak mendapatkan kehormatan itu. Untungnya, Nalini sabar, sehingga Gavin terharu dan makin cinta. Namun, apa yang terjadi? Segala susah payahnya musnah dalam sekejap bagai kemarau terhapus hujan sehari.

Mungkinkah kejadian hari ini, arti dari mimpi anehku tadi malam? Gavin membatin, frustrasi.

Semalam ia bermimpi menikah dengan seorang gadis berkerudung dan gaun panjang. Wajah gadis itu menunduk, sehingga wajahnya tak terlihat. Mereka berada di taman yang semarak berbunga. Saat terbangun pagi-pagi, Gavin merasa sangat bahagia, meski agak ganjil. Sebab Nalininya selalu fashionable tanpa kerudung.

Semua orang kelihatan gembira dan bahagia. Hanya Gavin yang terlihat pucat dan muram. Sebagian orang melongokkan kepala ke ruang tengah, ingin melihat pengantin wanita. Mereka menanti prosesi selanjutnya. Sesuai kebiasaan, setelah akad nikah, pengantin putri keluar untuk menandatangani buku nikah. Selanjutnya, ada acara tukar cincin. Pengantin wanita akan mencium tangan pengantin pria.

Namun, yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Malah terdengar keributan kecil dari ruangan khusus wanita. Bisik-bisik tanya mulai berdengung di antara tamu pria.

Sarah, ibu Nalini, dengan sigap memberi isyarat ke panitia konsumsi di dapur untuk mulai menghidangkan makanan, agar perhatian para tamu teralihkan. 

***

Empat jam sebelumnya.

Belum tuntas Prisha berdoa selepas salat Subuh, suara ketukan di pintu terdengar bertalu-talu. Gegas gadis berusia 22 tahun itu bangkit dan membuka pintu.

Hari itu adalah hari istimewa yang sangat dinanti-nanti ibunya. Mereka pasti bakal sibuk. Para tetangga di desa sudah sejak kemarin gotong royong membantu masak-memasak dan persiapan lainnya. Konon, pernikahan pertama ibunya berlangsung siri dan tak dihadiri Sarah, neneknya. Itulah sebabnya, di pernikahan kedua ibunya kali ini, meski digelar sederhana, neneknya tetap ingin menyiapkan walimah terbaik.

Jadi Prisha pikir, wajar jika pagi-pagi pintu kamarnya sudah digedor. Mungkin Nenek butuh bantuan. Mungkin—

“Prisha!” Nalini menghambur masuk, lalu memeluk putrinya sambil menangis sampai terguguk.

“Mami, kok, nangis? Duh, sabar, sabar ....” Prisha mengelus-elus punggung ibunya. “Mami gugup, ya?” Gadis itu tersenyum kecil. Ia teringat beberapa kawan sekampungnya yang menikah di usia muda. Menjelang akad nikah, persis ibunya sekarang. Ternyata, gugup sebelum nikah tidak hanya dialami gadis muda. Pikirnya.

Bayangan seorang pemuda ber-snelli dan berkacamata, berkelebat di benaknya. Prisha tersipu sendiri, teringat khitbah Dokter Salman yang belum dijawabnya.

Tangis Nalini yang kian menghebat, membuat Prisha heran sekaligus cemas. Instingnya sebagai seorang mahasiswi kedokteran, mengisyaratkan ada yang tidak beres.

“Mami, ada apa? Jangan cemas. Mami, kan, udah yakin kalau Om Gavin lelaki baik?” Prisha menatap penuh selidik. “Prisha bakal melabraknya kalau dia—“

Terpaksa Jadi Pengantin Pengganti IbukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang