Tiga Detik

5.3K 345 14
                                    

Karina dan Nalini terperangah. Nyali Prisha betul-betul di luar dugaan. Karina gemas sekali. Tak terhitung bunga cantik dari jajaran level atas, yang berebut melompat ke pangkuan putranya. Prisha yang tak perlu bersusah payah, malah menolak!

Lebih parah lagi, Gavin jatuh cinta pada ibu Prisha yang mantan PSK. Sungguh tidak masuk akal. Karina nyaris kejang-kejang memikirkan itu. Andai tak ada sesuatu yang dikejar, sudah dari dulu ibu dan anak itu dihabisinya.

“Prisha, bukankah kita sudah sepakat?” Nalini gemetar saat mendapati sorot membunuh yang menguar dari mata Karina.

“Prisha berubah pikiran! Bukan hanya Mami yang bisa plinplan. Prisha juga!” tandas si gadis, gelap mata.

“Sha!” Nalini bangkit. Tangannya bergerak secepat kedipan mata.

Plakk!

Prisha terjajar mundur dua tiga langkah. Refleks dipeganginya pipi yang pedas bekas tamparan ibunya barusan. Gadis itu terbelalak. Syok. Perihnya tamparan, tembus sampai ke hatinya. Sakit.

Suasana sekejap hening. Beberapa detik kemudian, sesosok tubuh tinggi tegap menyibak tirai. Tatapan tiga pasang mata dari Karina, Nalini, dan Sarah beralih ke arah seorang pemuda tampan berjas hitam, yang tahu-tahu sudah masuk kamar pengantin.

Wajah elok berhidung bangir tampak muram. Sepasang mata abu-abunya memancarkan aura dingin yang bikin orang merinding hingga serasa suhu tubuh masing-masing turun beberapa derajat. Bibir kemerahan terkatup rapat. Rahangnya membesi, mencerminkan situasi hati yang buruk, yang justru mempertajam garis ketampanannya.

Nalini merasa seakan-akan jantungnya putus dan jatuh ke bawah tatkala sinar mata yang sangat tajam itu menyambar wajahnya. Ada riak protes, kekecewaan, frustrasi, luka, dan tuntutan penjelasan dalam sepasang telaga bening pemuda itu.

Gavin, maafkan aku. Rintih wanita cantik itu dalam hati. Paras sensualnya menyiratkan penderitaan.

“Minta batalkan, heh?” Suara rendah penuh daya magnetik, terkekeh sinis saat fokusnya berputar ke arah gadis muda yang masih belum pulih dari rasa terkejut habis ditampar.

Tiba-tiba, pemuda itu mengayun langkah lebar, setengah melompat maju menuju Prisha. Satu kerling tajam, ia lemparkan ke arah Nalini sebelum menyeringai, lalu meraih pinggang Prisha.

Bagai terbalik dunia Prisha tatkala bibirnya tersengat sentuhan secepat kedipan mata. Menghasilkan efek serupa setruman listrik jutaan kwh. Tiga detik yang sangat gila berlalu. Prisha nyaris lumpuh saat Gavin melepaskannya dengan kasar.

Sementara tiga wanita di ruangan itu, menyaksikan perbuatan tersebut dengan perasaan campur aduk.

Nalini ternganga dan merasa penglihatannya berkunang-kunang. Selama satu tahun menjalin hubungan rahasia dengan Gavin, tak satu sentuhan pun ia terima. Pemuda itu terlalu alim untuk ukuran anak muda milenial.

Gavin mengaku, sangat menghargai wanita dan tak berani menyentuh jika belum halal, karena ingat kalau ibunya juga wanita. Itulah yang membuat Nalini merasa tersanjung, karena dicintai bukan semata karena kecantikan fisik.

Namun, hari ini, detik ini, tepat di depan mata kepalanya, Gavin melayangkan sentuhan tak terduga terhadap putri Nalini sendiri! Wanita mana yang tak terbakar hatinya? Nalini merasa seluruh darahnya mendidih, sampai ke urat paling kecil. Ia jadi merasa ingin amblas ke dasar bumi atau menjedotkan kepala ke tembok dengan sekuat tenaga.

Setengah mati wanita itu mengendalikan diri. Sepasang tangannya dikepal ketat sampai kuku-kukunya melukai telapak tangan. Tapi ia mengerti, tak boleh memperturutkan emosi. Adalah keputusannya, yang membiarkan semua kesalahan itu terjadi. Gavin mungkin hanya ingin membuatnya cemburu.

Gavin mengusap bibirnya, sebelum melemparkan sepasang buku nikah ke pembaringan.

“Tandatangani sekarang!” perintahnya pada Prisha, dipenuhi aura intimidasi.

Setelahnya, ia berlalu keluar sambil menyumpah-nyumpah dalam hati. Tadi itu, pertama kali dalam hidupnya menyentuh wanita. Sengaja ia lakukan saking marahnya pada Nalini yang ia anggap bersekongkol dengan ibunya.

Sayang sekali, ia lupa memprediksi dampaknya. Ternyata sangat berbahaya. Sensasinya merusak degup jantung. Adrenalinnya mengalir deras dan terasa ada tuntutan yang mengganggu kinerja otaknya. Gavin jadi membenci diri sendiri. Sejak kapan ia memandang Prisha sebagai wanita? Gadis itu tadinya calon anak tirinya!

Prisha kalap meraih buku nikah, hendak melemparkannya, tapi tertahan oleh Nenek Sarah. Ditatapnya mata basah dan wajah murung dari nenek yang telah mengurusnya sejak bayi itu. Tubuh Prisha pun lunglai.

Nalini tak kuasa berkata apa-apa lagi. Parasnya sepucat kertas saat tubuhnya tersandar ke dinding.

“Nenek tidak tau duduk masalahnya. Tapi tak peduli siapa yang benar atau salah, semua sudah terjadi. Terima takdirmu dan kasihani ibumu, Nak. Betapa pun marahnya Nenek, dia putri Nenek. Ingat pengorbanan ibumu. Ini juga tak mudah baginya.” Lembut suara Nenek Sarah, setengah menghiba.

Meledaklah tangis Prisha, yang telah ditahan-tahannya sejak terpaksa mengenakan pakaian pengantin. Tanpa menyadari kerlip harap campur bahagia di mata sang nenek, ia menggapai pulpen, lalu mulai mencoretkan tanda-tangan ke buku nikah. Persis di sebelah tanda-tangan Gavin Davendra.

Sejak hari itu, Prisha Lavani sah menjadi istri Dokter Gavin Devandra, Chief Executive Officer Devandra Hospital, yang prosesnya hanya dalam hitungan jam.

***

Bersambung

Kandangan, Kalsel, 03.05.2022

Revisi, 30.04.2023
Bersambung

Kandangan, Kalsel, 03.05.2022

CERITA INI BERLANJUT EKSKLUSIF DI GOOD NOVEL

Terpaksa Jadi Pengantin Pengganti IbukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang