11. Business

573 41 3
                                    

Hari pertama bekerja bagi Choi Beomgyu tidak begitu memberi kesan bagus. Sebaliknya, hari pertama bekerja membuatnya muak mendengar namanya sendiri dipanggil-panggil. Pekerjaan menjadi asisten karyawan ternyata tidak semudah yang dia kira; apalagi karyawannya berjumlah 20 orang. Asisten karyawan hanya berjumlah lima orang. Apalagi yang sering dipanggil Beomgyu, karena dia cukup cekatan dalam menyelesaikan satu pekerjaan dan lainnya.

"CHOI BEOMGYUU!!! KEMARI, AMBIL KERTAS INI ANTER KE PIMPINAN!!"

"CHOI BEOMGYU! KOPI!"

"CHOI BEOMGYUUU!! SINI, FOTOKOPIIN DOKUMEN INI!"

"BEOMGYU! CHOI BEOMGYU!! CEPET KE SINI! BENERIN INI! TEMENMU SALAH FOTOKOPI!"

Lagi-lagi Beomgyu kembali di depan mesin fotokopi. Sudah hampir lima kali dia bolak-balik ke tempat mesin fotokopi kantor berada. Kalau saja mesin fotokopinya bisa berbicara, pasti dia sudah muak melihatnya terus.

"Halo lagi, mesin fotokopi. Kerja ya, kerja." sapa Beomgyu pada mesin fotokopinya, sebagai hiburannya. Selagi menunggu mesin fotokopinya bekerja, Beomgyu memandang ke arah kanan dan kirinya, dimana mesin fotokopi lain berada sedang digunakan asisten lain.

Asisten lain, Beomgyu belum terlalu mengenal mereka. Pada dasarnya, keempat asisten karyawan lainnya sangat individualis atau malah sebaliknya mereka berpikir Beomgyu saingan berat untuk bisa menarik perhatian pimpinan mempertahankannya. Akan tetapi, ia tidak ambil pusing. Kalau tidak mau bergaul, tidak apa-apa, selagi dia tidak diganggu ketika bekerja. Bersama tumpukan kertas di tangannya, Beomgyu berjalan kembali ke ruangan dimana bilik-bilik karyawan berada. Ia berjalan membawa tumpukan dokumennya pada salah satu bilik milik seorang karyawan perempuan.

"Dokumennya." ucap Beomgyu singkat, memanggil karyawan tersebut secara tersirat memberitahunya bahwa dokumennya sudah jadi.

"Oh, ya, makasih, Choi Beomgyu. Taruh aja situ." ujarnya sambil menunjuk bagian meja kerjanya yang kosong dengan dagunya.

Pekerjaannya terhenti sejenak waktu istirahat makan siang. Beberapa karyawan keluar menuju restoran terdekat untuk makan bersama, meninggalkan sisanya di kantor. Termasuk para asisten karyawan. Mereka berlima berkumpul pada ruang tempat membuat kopi dan lemari pendingin berada; di sana juga terdapat meja dan kursi. Sebenarnya, waktu istirahat makan siang ini adalah waktu tepat untuk menjalin hubungan dengan asisten karyawan lainnya. Tetapi, cuma ada keheningan dalam ruangan tersebut. Maka, Beomgyu berusaha memecah keheningan.

"Hei," ucap Beomgyu dengan nada sedikit berbisik. Sikunya menyenggol asisten karyawan yang duduk di sampingnya, wajah sumringahnya tidak lupa dipasang demi memberi kesan menarik, "Makan apa lo? Bawa bekal sendiri, ya?"

"Lo mau?" balas si asisten karyawan itu dengan mulut penuh.

"Eh? Nggak, nggak." jawab Beomgyu cepat sambil mengangkat tangannya, menolak tawaran asisten karyawan tersebut. "Makan aja. Gue penasaran aja, kok."

"Kalo mau lo boleh minta, kok." balasnya lagi setelah menelan makanan yang sudah dicernanya. Beomgyu melihat kotak bekal berwarna kuning teman seperjuangannya itu; ada kimchi, telur, sup, dan nasi merah. Keempatnya terpisah dalam sekat-sekatnya tersendiri. "Lo juga nggak keliatan bawa makanan, jadi mau buat berdua?"

"Hehehe." Beomgyu cengengesan. Dia memang kelaparan, perutnya sudah mulai keroncongan begitu melihat makanan bekal tersebut. Jari telunjuknya perlahan diangkat, ditunjukkan pada teman seperjuangannya ini, "S--Satu suap, ya?"

Dengan senyuman, teman seperjuangannya itu menyendokkan nasi bersama masing-masing lauknya. Sesendok nasi dan lauk lengkap itu disuapkan pada Beomgyu. Sembari mencernanya di mulut, Beomgyu tidak lupa memberi anggukan sebagai ucapan terima kasihnya. Tempat keduanya yang duduk berdekatan, memudahkan mereka berbicara dengan suara berbisik. Diam-diam tanpa diketahui tiga asisten karyawan lainnya.

Tied (SooGyu/YeonGyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang