12. Hit

602 39 9
                                    

Hari demi hari berlalu setelah Beomgyu mendapatkan saran dari sahabat dekatnya, Taehyun. Saran darinya masih ragu untuk dilakukannya. Banyak hal alasannya. Diantaranya termasuk; 'ngomong doang gampang'. Melakukannya sulit. Semua kenangan buruk tentang apa yang akan dilakukan Choi Soobin jika tidak.mendapatkan keinginannya, terputar di kepalanya. Dia ingat tentang Jake. Salah satu teman Soobin yang berakhir di RSJ, entah bagaimana kabarnya sekarang. Bagaimanapun, Beomgyu tidak ingin berakhir seperti dia.

Kilat cahaya mesin fotokopi menyinari wajahnya. Dokumennya sedang diproses mesin untuk menghasilkan lebih banyak. Beomgyu tetap berangkat bekerja, meskipun pikirannya sedang berperang dengan satu sama lain; uang lebih berharga daripada kejujuran dalam kehidupan ini.

Tumpukan kertasnya yang telah bertambah dibawanya kembali. Pada salah satu meja karyawan, Beomgyu meletakkan tumpukan kertasnya. Satu tugasnya selesai.

"Choi Beomgyu!" seru seorang karyawan yang memiliki bilik paling ujung belakang. Dengan berlari kecil, Beomgyu merespon panggilannya.

"Ya, senior?"

"Belikan kopi. Ada kafe belum lama buka dekat sini." Ucap karyawan laki-laki tersebut, "Dua ice americano dan dua caramel macchiato panas, ya?" Beomgyu menerima uang yang diberikan padanya. Lalu, langsung berlari menuju lift untuk turun ke lantai bawah dan melaksanakan tugasnya.

Lumayan, pikir Beomgyu, dalam waktu seperti ini bisa termasuk istirahat. Sesampainya di kafe yang dimaksud, Beomgyu memesankan kopi yang diperintahkan. Sebuah penanda pesanan berbentuk lingkaran diberikan padanya; jika pesanannya sudah jadi, bendanya akan bergetar. Saat sedang menunggu, sebuah panggilan masuk ke ponsel pintarnya. Di layar ponselnya tertulis nama 'Soobin'. Panjang umur, pasti dia mau membicarakan soal artikel ayahnya yang tidak kunjung terbit. Tangannya gemetaran, begitu pula dengan jarinya. Tombol telepon hijau pun digesernya ke kanan.

"Ya, Soobin?" sapanya begitu tersambung. Telapak tangan Beomgyu sangat dingin, dia ketakutan. Bahkan dalam berbicara sekalipun, Beomgyu berusaha keras untuk tidak terdengar gagap.

"Artikel ayah gue, Beomgyu! Mana?!! Berapa lama lagi gue harus nunggu?! Sampe ayah gue kebukti bersalah dan masuk penjara, baru terbit????!" bentak Soobin tidak sabaran di telepon. Beomgyu sempat terperanjat karena teriakan itu. Suara Soobin terdengar sangat marah. Janji Beomgyu akan membuatkannya artikel untuk menyelamatkan ayahnya, tidak pernah ada perkembangan. Alasan demi alasan Beomgyu berikan, hingga Soobin habis kesabaran. "Lo sebenernya mau bantu gue nggak, sih?!!! Kalau nggak, bilang dari awal!"

Tangan Beomgyu mengepal mendengar bentakan demi bentakan dari Soobin. Mulutnya seakan tersegel erat, tak mampu merespon. Dadanya sakit mendengar makian dan umpatan yang ditujukan kepadanya.

"Lo tuh emang, dari SMA, nggak berubah! Ngelakuin hal sesuka lo sendiri, omongan nggak bisa dipegang!!" Nafas Beomgyu terasa sesak. Pita suaranya seolah ingin melolong meminta tolong. Perlahan, Beomgyu menenangkan nafasnya melalui pernapasan mulut. Namun, hasilnya sama saja, bernapas melalui mulut hampir kesulitan dilakukannya. Napasnya tercekat di tenggorokan. Air matanya mengalir di pipi; mendapat segala ucapan semacam ini dari orang yang begitu dicintainya, dari orang yang juga menyakitinya.

"Oh iyaaa! Gue baru inget! Yang bisa dipegang dari lo itu cuma video lu!" seru Soobin dari telepon diikuti tawa penuh kejahatannya. "Lo pasti inget soal video yang lo suruh Yeonjun sebar, kan? Gue dikecualiin?!! Dasar jalang! Lo pikir gue nggak tau?!!"

Beomgyu dibuat terkejut karenanya. Kejadian lama itu, bagaimana bisa Soobin masih mengingatnya dengan baik? Apalagi kejadian itu hanya perlakuan sepele, sebuah tindakan sebagai balasan pada Soobin. Mendengar suara Soobin semakin keras, Beomgyu mengecilkan volume panggilannya. Dia tidak ingin Soobin dihardik siapapun, di kala semua itu salahnya, dosanyalah yang selama ini membuatnya menderita. Bukan Soobin sendiri.

Tied (SooGyu/YeonGyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang