15. Reconcile

243 19 1
                                    

Dua hari berlalu setelah kejadian hebat di kamar inap Beomgyu. Pihak rumah sakit akhirnya melepaskannya dari "kurungan". Beberapa barangnya dikemasi sendiri, sebelum akhirnya meninggalkan kamar inapnya. Lorong putih yang hampa mengingatkannya pada nasibnya. Semua orang meninggalkannya; sahabatnya, ibunya, orang yang begitu peduli kepadanya, dan Choi Soobin.

Beomgyu berjalan hingga sampai destinasinya, meja administrasi. Sebelum keluar, dia perlu mengonfirmasi kepergiannya. Seorang wanita muda berjaga di sana, matanya melirik sinis kepadanya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sinis, tidak terdengar ramah sama sekali.

"Saya..." Beomgyu menjeda, memikirkan kalimat selanjutnya apa, "...mau mengonfirmasi kalau sudah diperbolehkan pulang hari ini."

"Siapa namamu?"

"Choi Beomgyu."

Tampak perawat wanita itu mengeluarkan buku catatan pasien. Sembari menunggu, Beomgyu sesekali menengok ke arah pintu masuk. Pintu otomatis tersebut selalu membuka dan menutup sendiri setelah seseorang melewatinya. Pemandangan bermacam-macam ditangkap oleh indera penglihatannya selagi menunggu berkasnya selesai diurus.

"Tuan. Sudah selesai." ucap si perawat wanita tadi.

"Iya?"

"Semua sudah lunas. Tidak ada resep obat juga." Si perawat sambil menyerahkan secarik kertas total tagihan biaya rawat inapnya.

Lalu, tiada angin tiada hujan, tiba-tiba saja perawat nyeplos,

"Memangnya walimu ke mana, Choi Beomgyu? Kenapa mengurusnya sendiri?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Beomgyu langsung mengernyitkan dahi menatap balik sinis perawat tadi. Meskipun dalam batinnya, ia merasa tertohok.

"Terima kasih." balas Beomgyu ketus dan langsung mengambil kertas tagihannya kasar, tanpa menjawab pertanyaan bodoh si perawat.

Pelayanan tidak ramah, tidak memikirkan privasi; dengan berpikiran demikian Beomgyu buru-buru meninggalkan gedung. Angin dingin berhembus kencang menusuk ke tulang, membuatnya langsung memeluk tubuhnya sendiri.

"Dingin banget,... bulan apa sekarang..?" gumamnya. Ia mendongak, langit di atasnya sudah gelap akan awan mendung--yang siap mengguyur dan membasahi bumi tempat Beomgyu berpijak kapan saja. "Gue harus balik, rumah sakit mana mau nerima gue lagi..."

Bersama kopernya, Beomgyu berjalan cepat semakin menjauh dari bangunan rumah sakit. Takut hujan deras sebelum sampai tujuan pulang. Akan tetapi, langkahnya seketika terhenti begitu mengingat dia tidak punya tujuan pulang lagi.

Dia tidak punya rumah sekarang.

Pikiran tentang kesedihannya kembali. Seiring dengan hujan yang turun perlahan demi perlahan, kakinya berjalan menuju halte bus terdekat, berteduh dari hujan yang kapan saja bisa membuatnya basah kuyup. Beomgyu meraih ponsel pintarnya, dimana ternyata telepon dari seseorang sudah menumpuk pada notifikasi pop-upnya. Dia tidak lain adalah Choi Yeonjun.

Sebelum berspekulasi macam-macam, panggilan dari nomor Yeonjun kembali masuk. Merasa ini kesempatan, Beomgyu langsung menerima panggilannya.

"Halo?" ucap Beomgyu cepat sembari meremat gelisah pegangan kopernya.

"Beomgyu?!" jawab suara familiar di ujung lain telepon. Beomgyu berdeham meresponnya. "Akhirnya lo jawab teleponnya. Maaf, gue telat jemputnya. Lo di mana sekarang?"

"Gue..." Beomgyu menjeda ucapannya, dia memikirkan lagi keputusannya ini.

"Halo? Beomgyu, apa malah lo udah pulang?"

Tied (SooGyu/YeonGyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang