[24] • His Fear

3.3K 295 12
                                    

🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

Setelah berbicara dengan Tuan Park, Mark menghampiri Haechan yang sedang duduk menunggunya di sofa panjang ruang tamu. Namun entah kenapa setelah melihat Haechan yang duduk sambil menundukkan kepalanya, Mark jadi khawatir.

Ia pun mempercepat langkahnya menuju sang adik, dan setelah sampai dihadapannya terlihatlah tangan Haechan yang sedikit bergetar. Mark berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan Haechan, ia langsung meraih kedua tangan adiknya dan menggenggamnya erat guna menenangkan sang adik.

"Hey, what's wrong?", tanyanya lembut pada Haechan. Yang ditanya hanya terdiam tak menjawab, membuat Mark kembali berpikir apa yang terjadi pada adiknya ini.

Tangan Mark terangkat ingin mengusap kepala Haechan, namun Haechan dengan cepat menghindar dan semakin menunduk takut.

"J-jangan pukul." Lirihnya membuat Mark terkejut dan semakin khawatir.

"Hey ini kakak, Chan.. Kak Mark." Ucap Mark kembali mencoba menenangkan sang adik. Namun sepertinya belum berhasil.

"Bukan.. bukan aku.. jangan pukul." Haechan terus meracau dan mulai terisak, Mark pun akhirnya beralih duduk di samping Haechan dan menarik sang adik kedalam dekapan.

"Sst, tenang.. Ngga ada yang bakal pukul Echan, ada kakak disini, jangan takut.. Okay?" Mark terus mengucapkan kalimat-kalimat penenang untuk Haechan, tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap lembut kepala sang adik. Cukup lama keduanya berpelukan hingga dirasa isakan Haechan mulai sedikit mereda, Mark melepaskan perlahan pelukannya dan kembali menggenggam kedua tangan sang adik.

"Sakit.."

"Mana yang sakit? Bilang sama kakak."

Haechan memegang bagian dadanya dan kembali menangis, "Disini, rasanya.. sesek banget."

"It's okay, it's okay, kamu tenang ya.. Atur napasmu pelan-pelan aja okay?"

Mark terus berusaha menenangkan sang adik. Ia meminta Haechan untuk mengatur napasnya, karena jika dibiarkan, asmanya bisa saja kambuh. Untungnya beberapa menit kemudian, Haechan pun berangsur tenang. Mark menghembuskan napas lega.

"Kita pulang ya, kakak pamit dulu sama Serim." Ucap Mark lembut seraya mengusap bekas air mata di pipi Haechan.

Mark pun beranjak ke kamar Serim dan pamit undur diri, tak lupa ia ucapkan harapan agar Serim lekas sembuh dan bisa kembali bersekolah secepatnya.

🦋🦋🦋

Sesampainya didepan rumah, Mark membangunkan Haechan yang tertidur selama perjalanan pulang. Ia menepuk-nepuk pelan pipi adiknya.

"Hey? Bangun dek."

Yang ditepuk pipinya pun mulai terusik dan membuka matanya, "Oh, udah nyampe?" tanya Haechan dengan suara khas bangun tidurnya sambil melihat sekeliling.

Sorry • HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang