🦋
Kedua mata itu perlahan terbuka, Haechan terbangun dari pingsannya. Keningnya mengernyit dalam, terheran karena dirinya terbangun dengan keadaan terduduk di kursi kayu, kedua tangannya pun terikat ke belakang.
"Dimana ini..?" Lirihnya pelan. Seketika ingatannya kembali pada saat dirinya sedang menunggu Renjun di depan toko buku tadi. Haechan ingat, ada seseorang yang tiba-tiba membekapnya dan setelahnya ia tak ingat apapun karena kesadarannya menghilang, sepertinya orang itulah yang membawanya ke tempat ini.
Gelap, itu kata pertama yang dapat mendeskripsikan tempat ia berada saat ini. Ini buruk, tempat ini sangat berdebu dan usang. Belum lagi ventilasi udara yang sangat kecil, membuat siapa saja yang ada di dalam ruangan tersebut akan merasa pengap.
"Huft, sesak.." Setelah mengucapkan itu, Haechan terbatuk pelan. Udara kotor yang ia hirup masuk dengan cepat ke saluran pernapasannya dan membuat dadanya terasa sesak.
Haechan mencoba untuk melepas tali yang mengikat kedua tangannya, tapi tidak semudah itu. Talinya mengikat dengan sangat kuat. Saat dirinya mencoba melepas, tangannya terus bergesekan dengan tali tersebut dan malah menimbulkan bekas kemerahan yang terasa perih di pergelangannya.
Haechan menyerah, tenaganya yang memang sudah terkuras karena efek bius tadi kini semakin terkuras.
"Ya Tuhan, gimana ini..?" Haechan berucap lirih.
Di tengah keadaan itu, sebuah pikiran melintas di otak Haechan. Ia mengalihkan pandangannya pada kedua saku celananya—tidak ada, kemudian mencoba meraba-raba saku celana bagian belakangnya, namun harapannya itu pupus seketika saat ia tak menemukan ponselnya juga disana. Haechan menghela napas putus asa, kalau begini ceritanya ia tak bisa menelepon seseorang untuk meminta bantuan.
Sementara dirinya sedang meratapi keadaan, seorang pria dan pria lain dibelakangnya membuka pintu dan masuk ke ruangan tersebut dengan langkah perlahan.
"Wah, sudah bangun, anak manis?" Ucapnya dengan suara lembut yang dibuat-buat.
Dengan pencahayaan ruangan yang remang-remang, Haechan terus mengamati sosok itu, hingga ia tepat berhadapan dengan Haechan. Wajah itu, Haechan tak ingat pernah mengenalnya, siapa sebenarnya orang ini? Dan lagi, Haechan baru menyadari, pria paruh baya dihadapannya ini merokok. Bisa-bisanya dia merokok di tempat sempit seperti ini, pikirnya. Asap itu membuat udara yang ada di ruangan ini semakin tidak bagus untuk Haechan hirup.
"Om siapa? Kenapa om bawa aku kesini?" Haechan memberanikan diri untuk bertanya. Kepalanya ia palingkan sedikit ke samping, berusaha untuk tidak menghirup langsung asap rokok itu. Namun sepertinya percuma saja, asap rokok itu tetap masuk ke dalam saluran pernapasannya dan itu membuat dadanya bertambah sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry • Haechan
Fanfiction"Gue benci sama lo! Berhenti bersikap sok baik sama gue!" "Kak, please! Sampai kapan kakak mau benci sama adik kakak sendiri?!" "Dia bukan adik gue!" "Maaf.." ______________________________________ Cast : • Lee Donghyuck (Haechan) • Lee...