Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______
Masih dengan kondisi yang sama, Meda belum sadar. Akan tetapi, Effendi berhasil menemukan siapa dalang yang akan menyelakai putranya dan berhasil membuat putrinya tak sadarkan diri.
Dia adalah lawan bisnis Ares sendiri. Ares berhasil menjadi kaum muda yang berpotensi sebagai milyader. Sehingga banyak yang iri dan akhirnya berusaha menjatuhkannya. Yah, seperti itulah dunia bisnis.
Para pebisnis saling bersaing, entah dengan cara yang sehat atau dengan menghalalkan berbagai cara.
"Tarik saham Debrowska darinya, jangan biarkan ada yang membantu mereka. Biarkan mereka tau, konsekuensi berurusan dengan kita!! Jangan lupa, seret dia hidup-hidup di hadapan saya." Pria paruh baya itu tak bisa menahan geramnya.
Effendi tidak main-main, mata elangnya menyiratkan kobaran amarah.
"Baik"
Meda sudah lelah dengan kondisinya, tapi disini dia bisa bertemu Mommy yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
"Pulanglah, kita akan bertemu lagi di lain waktu. Jika Tuhan mengizinkan"
Gadis itu menunduk, mereka berbeda alam. Tidak seharusnya ia memaksakan diri untuk terus bersama wanita yang telah melahirkannya itu.
Lagipula, ia masih harus mencari ayah dari ibunya itu, kan?
Cassandra bilang, ia harus menemukan Kristoff segera. Entah untuk, apa tapi ia juga ingin segera bertemu kakeknya itu. Astaga, kenapa jantungnya serasa berdebar-debar? Apa memang semenyenangkan itu bisa segera bertemu pria tua yang ada di bawah sadarnya itu?
Di ruang rawat, hanya ada Irgi yang baru bisa menjenguk gadis itu. Cukup lama rasanya ia tidak menemui Meda, terakhir mungkin sewaktu di streetfood waktu itu.
Jemarinya ia tautkan pada jemari lentik gadis yang sama sekali belum membuka matanya.
Jujur, ada rindu yang menyesakkan dalam dadanya. Meskipun raga Meda ada dihadapannya, tapi nyatanya gadis itu sama sekali tidak merasakan kehadirannya.
Cukup lama ia berdiam diri dengan mata yang terus tertuju pada wajah ayu gadis itu. Menunggu gadis yang terlelap itu lelah dari pejamannya dan memilih untuk bangun.
"Da, kamu tau, aku ada kabar baik. Ada seseorang yang mau mendonorkan jantungnya ke aku, karena dokter memvonis hidupnya tidak akan lama lagi."