Pindahan

135 4 0
                                    

2 minggu kemudian

" Masih ada lagi gak barang-barangmu di dalam ? ", tanya Radit sambil menyusun barang-barang Nila ke dalam mobil pick-up yang sebenarnya sudah diboking kemarin.

" Udah gak ada lagi kok ", ucap Nila menggandeng tasnya, mengunci kamar kostnya.

" Kalo gitu saya pamit ya bu. Terima kasih udah ngizinin saya ngekost di sini ", ucap Nila menyalami bu Mirna, pemilik kostnya.

" Sama-sama. Tapi sering main ke tempat ibu ya, soalnya 'kan kamu yang biasanya nemani ibu di rumah kalo ibu gak punya teman ", ucap bu Mirna.

" Iya bu. Saya bakalan main-main kok ke sini kalo ibu gak keberatan ", ucap Nila.

" Ibu gak mungkin keberatan kalo kamu datang. Kalo gitu kamu hati-hati ya di jalan ", ucap bu Mirna.

" Iya bu. Saya pamit ya bu ", ucap Nila seraya bergegas naik ke mobil pick-up.

" Saya juga pamit ya bu ", ucap Radit menyalami bu Mirna.

" Iya nak. Hati-hati ya ", ucap bu Mirna.

Mereka pun meninggalkan bu Mirna yang masih berdiri di halaman kost-an Nila dan melambaikan tangan pada beliau.

Mereka pun sampai di rumah Radit. Rumahnya tidak mewah namun memberikan kesan elegan. Belum lagi ada berbagai macam tanaman di halaman rumah Radit yang membuat tampak lebih indah.

Mereka pun menyusun barang-barang dari mobil pick-up tersebut ke dalam kamar yang akan menjadi kamar Nila.

" Nila. Ya ampun, kamu tambah cantik aja ya. Apa kabar kamu sayang ? ", tanya mama Radit lembut seraya memeluk Nila.

" Baik tante. Kabar tante gimana ? ", tanya Nila.

" Baik juga. Kalo gitu kita susun barang-barang kamu dulu ya ", ucap mama Radit.

" Tante gak usah repot-repot ikut bantuin, entar tante capek. Mendingan biar kami aja yang beresin tante ", ucap Nila.

" Udahlah, gak apa-apa kok. Anggap aja olahraga ", ucap mama Radit.

" Ya sudahlah kalo tante nganggap gitu. Tapi jangan yang berat-berat ya tante ", pinta Nila.

" Iya anak bawel ", ucap mama Radit.

Urusan pindah-memindahkan barang-barang Nila dari mobil pick-up ke dalam kamar baru Nila pun selesai. Sekarang Nila hanya tinggal menyusun dan menata barang-barangnya.

" Tante terkejut banget saat dengar mama kamu.......... meninggal. Jujur tante benar-benar pengen ke Medan saat itu juga. Tapi saat itu tante opname di rumah sakit karena demam berdarah ", ucap mama Radit yang juga ikut membantu Nila menyusun barang-barang.

" Gak apa-apa kok tante. Yang penting proses pemakaman mama berjalan dengan baik. Tante gak usah mikirin itu lagi ", ucap Nila.

" Baguslah kalo begitu. Jadi selama ini kamu tinggal sama siapa ? ", tanya mama Radit.

" Ehm, ya tinggal sendiri tante. Karena yang Nila punya saat itu cuma mama. Dan setelah mama pergi, Nila gak punya siapa-siapa lagi. Mau gak mau ya Nila harus hidup sendiri ", ucap Nila yang mulai-mulai berkaca-kaca mengingat kejadian saat ibunya meninggal.

" Tapi sekarang kamu punya tante, om dan Radit, sayang. Kami semua sayang kok sama kamu ", ucap mama Radit memeluk Nila.

" Makasih banyak ya tante. Dari mama masih hidup sampai sekarang, tante selalu nolong kami. Nila berhutang budi sama tante ", ucap Nila yang air matanya mulai menetes.

" Udah dong acara peluk-pelukannya, nanti gak kelar-kelar nyusun barang-barangnya ", ucap Radit yang berdiri di ambang pintu dengan tangannya yang bersilang di depan dada.

" Ish ", Nila mendelik kesal. Bagitu juga mama Radit yang menatap Radit kesal.

Akhirnya mereka selesai menyusun barang-barang.

" Kalo gitu tante mandi dulu ya. Udah gerah banget ", ucap mama Radit.

" Iya tante. Makasih banyak ya tante udah bantuin Nila ", ucap Nila.

" Sama-sama sayang ", sahut mama Radit tang kemudian pergi meninggalkan Nila yang masih duduk di tempat tidurnya.

Tiba-tiba Radit masuk ke dalam kaar Nila membuat Nila terkejut.

" Capek bu ? ", tanya Radit jail.

" Gak capek, cuma lelah aja ", jawab Nila tersenyum masam kemudian membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya.

Radit nyengir dan menghampiri Nila dan ikut berbaring di samping Nila.

" Kamu hebat ya Nil ", ucap Radit yang memandang ke langit-langit kamar.

" Hebat apanya sih maksudmu ? ", tanya Nila menatap Radit bingung.

" Kamu bisa hidup mandiri tanpa menyusahkan orang lain hingga saat ini dari kota kelahiran kamu, sampai di kota lain. Aku aja belum tentu bisa ", ucap Radit tak melepas pandangannya.

" Ya, itu juga terpaksa. Mau gak mau aku harus bisa hidup sendiri. Karena saat mama hidup, cuma mama yang aku punya. Setelah mama udah pergi, aku gak punya siapa-siapa lagi ", ucap Nila yang mulai berkaca-kaca.

" Tapi sekarang kamu udah punya aku dan keluargaku Nil. Jadi kamu jangan sungkan minta sesuatu ", ucap Radit yang menatap Nila dan menariknya ke dada bidangnya.

" Makasih ya Dit. Kamu dan keluarga udah banyak bantuin aku. Dulu juga mama kamu bayarin uang sekolahku yang sempat nunggak 'kan ", ucap Nila.

" Udahlah, kamu gak usah ungkit masa lalu. Yang penting sekarang kamu tinggal sama kami, itu udah buat kami tenang. Kamu tahu gak, mama selalu khawatir dengan keadaan kamu ", ucap Radit.

" Astaga, tante segitu baiknya sama aku. Aku janji bakalan ngebalas semua budi tante selama ini ", ucap Nila.

" Caranya cuma satu. Kamu harus tetap tinggal di sini bersama kami. Jadi aku dan mama gak khawatir lagi ", ucap Radit yang disambut anggukan dari Nila.

" Tunggu tunggu, kok kita ngomongnya jadi 'aku-kamu' ? Jadi berasa aneh deh ", ucap Nila melepas rangkulan Radit.

" Udah deh Nil, doyan banget ya ngerusak suasana ", ucap Radit, sekilas mengacak-acak rambut Nila kemudian beranjak ke luar kamar.

" Kau juga doyan ngacak rambut orang ", teriak Nila.

---------------

Gimana ceritanya ? Gak seru ya ?

Bilang seru aja yaa

Votenya dungs, hhehe

Oiya, skalian aku mau minta follow juga. Boleh ya ? Boleh dong, ya ? Oke ? Jangan marah ya ?

Aduh, gak maksa kok. Kalian udah mau menambahkan ke perpustakaan kalian aja udah syukur

Thanks

I Wanna Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang