Beasiswa

95 4 0
                                    

Apa iya aku cemburu ? Aah, gak mungkin. Aku aja baru kenal, batin Nila bimbang.

" Nil, lo kenapa ? Masih pagi udah melamun. Ada masalah ? Cerita aja ", ucap Niken.

" Hah, eh, gak kenapa-napa kok ", ucap Nila berbohong.

" Kalo ada masalah, cerita aja. Jangan sungkan sama gue. Anggap aja kita ini saudara ", ucap Niken.

" Iya Niken, kalo aku punya masalah aku bakalan cerita kok ", ucap Nila memegang tangan Niken.

" Nil, sebaiknya lo ubah bahasa lo deh. Coba lo biasakan pake 'lo-gue'. Masa' lo udah tinggal di Jakarta masih pake 'aku-kamu' gitu. ", saran Niken.

" Oke, bakalan aku, eh, maksudnya, gue coba ya ", ucap Nila yang masih kurang terbiasa.

" Nah, kayak gitu 'kan lebih enak didengar. Lo harus biasakan, biar terasa lebih nyaman ngomongnya, jadi gak kaku ", saran Niken.

" Iya Nik. Aku, eh, maksudnya gue bakalan biasain ngomong 'lo-gue'. Makasih ya ", ucap Nila.

" Iya, sama-sama Nil ", ucap Niken.

" Nil, lo dipanggil ke TU sekarang ", ucap salah satu mahasiswa sekelas Nila.

" Oh, thanks ya ", ucap Nila pada temannya itu.

" Nik, gue ke TU dulu ya ", ucap Nila.

Nila pun berjalan menuju TU. Namun ia juga bertanya-tanya dalam hati ' kira-kira ada apa '

Tok Tok Tok

" Permisi bu. Ibu manggil saya ? ", tanya Nila lembut.

" Iya. Silahkan masuk ", ucap Bu Reni, salah satu staf TU.

" Ada apa ya bu ? ", tanya Nila dengan sopan.

" Jadi begini, kampus ini akan memberikan beasiswa kepada setiap mahasiswa yang berprestasi. Nah, kamu adalah salah satunya. Jadi saya harap kamu besok membawa semua berkas sesuai dengan persyaratan ini ", ucap bu Reni memberikan selembar kertas kepada Nila.

" Beneran bu ? Makasih banyak ya bu ", ucap Nila menyalami tangan bu Reni.

" Iya, sama-sama. Jadi kamu harus tetap rajin belajar. Jangan punya masalah apapun di kampus ini agar beasiswa kamu tidak dicabut. Mengerti 'kan ? ", ucap bu Reni menasihati.

" Iya bu, saya mengerti. Terima kasih banyak ya bu ", ucap Nila menyalami bu Reni.

" Kalau gitu, saya permisi ya bu ", ucap Nila meninggalkan ruangan tersebut.

Dengan semangatnya Nila berlari ke kelasnya. Namun saat berada di depan kelasnya, ia sengaja memasang wajah datar.

" Lo kenapa Nil ? Staf TU-nya ngomong apa sama lo ? ", tanya Niken beruntutan.

" Aku, eh, gue.......ehm.... gue ", ucap Nila yang masih menampakkan raut wajah yang datarnya.

" Gue apa Nil ? Gak usah buat gue penasaran deh ", ucap Niken mulai kesal.

" Gue dapat beasiswa Nik ", teriak Nila kegirangan.

" Serius ? Lo gak lagi bercanda 'kan Nil ? ", tanya Niken masih tak percaya.

" Gak Niken. Aku, eh, gue serius. Gue gak bercanda. Bu Reni, staf TU kita nyuruh gue bawa berkas-berkas sesuai syarat yang ada di kertas ini besok ", ucap Nila memperlihatkan kertas yang diberikan tadi.

" Congrat ya Nil. Berarti bakalan ada yang traktir gue dong ", ucap Niken menaik-turunkan alisnya.

" Apaan sih lo Nik. Iya, iya, besok gue traktir deh ", ucap Nila.

" Yeah, dapat makanan gratis deh gue besok. Oh iya Nil, pulang ngampus ini, gue ikut ke rumah lo ya. Udah sebulan sejak lo pindah, gue gak pernah mampir ", ucap Niken.

" Mau sekedar mampir ke rumah atau mau lihat pemilik rumahnya ? ", tanya Nila yang lebih ke nada menggoda.

" Ck, Nila ", Niken berdecak kesal.

-----

" Pelajaran sudah selesai. Selamat siang semuanya ", ucap pak Jack, dosen yang baru saja masuk di kelas mereka kemudian meninggalkan ruang kelas mereka.

" Yuk, Nil ", ajak Niken yang sudah memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.

" Oh iya, hari ini gue gak bawa mobil, jadi kita naik bis aja ", ucap Niken.

" Ya udah kalo gitu ", ucap Nila.

Akhirnya mereka pun sampai di rumah tempat tinggal Nila sekarang, yakni rumah Radit.

" Wah, rumahnya bagus ya. Gak mewah sih, tapi kelihatan elegan gimana gitu ", ucap Niken yang kagum melihat rumah Radit.

" Iya. Dalamnya juga lebih bagus loh Nik. Apalagi di belakang rumah ini ada taman. Tante suka banget sama tanaman, jadi di taman belakang banyak jenis tanaman. Tapi gak semak kok, soalnya tante selalu ngerawat tanamannya. Udah yuk masuk ", ucap Nila.

" Oh, iya iya. Yuk ", sahut Niken masih terkesan melihat rumah tersebut.

" Kamu mau minum apa ? ", tanya Nila.

" Apa aja deh ", jawab Niken sekenanya, masih sibuk melihat-lihat foto-foto yang terpajang di ruang tamu.

Ya ampun, ternyata waktu kecil Radit segendut itu ya. Tapi dia imut banget. Jadi pengen nyubitin pipinya, hhehe, batin Niken yang sedari tadi memperhatikan foto Radit.

" Beda banget 'kan Radit waktu kecil dengan sekarang ? ", tanya Nila yang tengah membawa minuman dan makanan ringan ke ruang tamu.

" Iya Nil. Dulu dia lucu banget ya. Jadi gemes gue lihatnya. Pengen gue cubit pipinya ", ucap Niken duduk di sofa.

" Kalo sekarang pipinya mau diapain ? Masih mau nyubit pipinya atau ...... ", ucap Nila yang terpotong oleh Niken.

" Nila. Lo doyan banget ya ngisengin orang ", ucap Niken kesal, yang membuat kesal hanya nyengir.

" Ke kamar gue aja yuk ", ajak Nila, disertai anggukan dari Niken.

" Ini foto-foto lo waktu kecil ya Nil ? Kok lucu banget. Pipi lo kaya' bakpau tahu gak sih ", ucap Niken saat melihat album foto Nila di kamar Nila.

" Ini mama kamu ya Nil ? ", tanya Niken.

" Ehm, iya. Itu mendiang mama aku ", ucap Nila.

" Astaga, maaf ya Nil. Gue gak maksud buat....", belum sempat menyelesaikan omongannya, Nila sudah memotong.

" Gak apa-apa kok. Lo 'kan emang belum tahu banyak tentang gue ", ucap Nila.

" Pasti berat banget buat lo. Lo harus kuat. Gue bakalan tetap ada di samping lo apapun yang terjadi ", ucap Niken memeluk Nila.

" Makasih ya Nik. Lo emang baik banget ", ucap Nila.

---------------

Thanks ya buat yang udah setia baca ceritaku.

Kalo rada-rada bingung, tanya aja melalui comment atau pesan.

Kalo mau boleh kok comment ke akun-akun aku. Kalo mau difollow juga boleh, hhehe.
Namanya sama dengan nama akun wattpad aku.

Thanks

I Wanna Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang