"Pak Yudo,how are you?" Seorang laki-laki dengan jas berwarna hitam menghampiri keluarga Pangestu.
"Baik-baik, bagaimana dengan anda pak Jo?" Jawab Yudo dengan tangan membalas jabatan singkat. Kana yang merasa perutnya lapar, matanya mulai mencari makanan.
Keberuntungan, Kana langsung tertuju pada sasaran empuknya di sebrang sana. Berbagai hidangan penutup tertata rapi di atas meja bundar. Tapi dia bingung bagaimana dia kesana, sedangkan keluarganya tengah mengobrol. Dan sepertinya itu penting.
Perutnya yang sudah tidak tahan lagi meredam suara menggema di dalam. Suara itu bisa saja terdengar oleh keluarganya, memalukan sekali. Tanpa berpikir lama dia melangkah mundur dan berjalan mengendap-endap.
"Akhirnya, hufsss lapar sekali" Kana mengambil dua buah cake berukuran kecil dengan toping berry di atasnya. Setelah merasa cukup mengambil cake itu untuk mengganjal perutnya dia membalikan badannya riang.
"Shitt, apa anda punya mata?!" Satu cake itu mendarat pada jas seorang lelaki yang berada di belakangnya tadi. Sorot matanya seperti elang, tajam sekali. Kana menelan cake yang ada di mulutnya seketika, cake itu belum ia kunyah sampai halus sampai membuat tenggorokan kana sepertinya sakit.
"Sorry,aku gak tau." Pinta Kana,cake itu terbuang sia-sia mungkin ini akibat Kana yang mengendap-endap mengambil makanan sebelum waktunya.
"Apologies only, won't turn my suit clean" ujar pria itu seketika mata Kana membulat sempurna,tensi darahnya benar benar naik.
"Hallo? Terus aku harus gimana?"
"Cihh,sudahlah" pria itu membuka kasar jasnya dan memberikannya pada asisten di belakangnya. Tanpa tersenyum sama sekali pria itu langsung melenggang pergi begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa.
"Apaan sih,that doesn't make you cool?!" Teriak Kana yang gemas dengan kelakuan pria yang baru saja membuatnya darah tinggi.
Grekk
Gadis itu tidak sengaja menginjak sesuatu,dengan cepat Kana mengambil benda berbentuk persegi panjang yang menempel pada high heels nya.Benda itu seperti sebuah name tag, dengan cepat ia membaca nama yang tercantum. Mungkin itu milik pria yang sombong tadi,membaca jabatannya saja sudah jelas pasti milik pria itu.
Kevandra Aarav (CEO of PT.Aarav Creative).
"Pantas saja dia sombong, orang dia CEO" Kana terus saja menggerutu sambil menyentil name tag itu kesal. Kana memutar bola matanya malas dan melempar name tag itu ke sembarang arah.
Kana berjalan kearah keluarganya yang sudah duduk di kursi terdepan. Perut yang lapar itu pun sudah tidak terasa lagi,sudah terisi emosi. Mood nya pun sudah tidak full lagi.
Mengingat dia putri pertama dari Keluarga Pangestu,mau tidak mau ia harus mengikuti acara dari awal sampai akhir. Jika saja tidak melihat ayahnya pasti Kana sudah pulang. Acara ayahnya kali ini Kana ikuti dengan menahan emosi,di tambah dengan topik pembicaraan yang begitu berbobot sampai membuat obrolan itu terdengar membosankan.
"Kenapa Kana? Ada masalah?" Tanya bundanya,Kana terpaksa tersenyum menutupi apa yang baru saja terjadi dan menggeleng.
"Oke kalo gitu" Kana mengangguk kemudian mencoba fokus pada acara ini. Di depan sana terlihat ayahnya tengah menyampaikan informasi mengenai perusahaan. Kana hanya mengangguk-angguk meskipun dia sama sekali tidak mengerti apa yang di bicarakan ayahnya. Investasilah,sahamlah,labalah, semuanya Kana tidak mengerti.
Melihat ayahnya Kana merasa sangat kagum,ia juga ingin sepertinya yang berdiri sendiri membangun perusahaan dengan segala jerih payahnya. Tapi Kana sadar dia tidak sepintar itu untuk membangun sebuah bisnis besar.
Sorotan matanya teralihkan ketika seseorang berjas putih duduk di sampingnya. Pria itu berhasil membuat degup jantungnya berdetak kencang, pria sangat tampan.
"Astaga, ganteng banget." Batinnya, pria itu terlihat gagah dengan rambut yang di ikat membuatnya meleleh. Sebenarnya melihat pria tampan itu sudah biasa, banyak di luar negeri yang tampangnya sangat sempurna. Tapi minusnya adalah pergaulan bebas, Kana sangat benci itu.
"Dev,udah ini kita kemana?" Tanya seorang pria yang baru saja datang dan duduk di samping pria itu. Kana coba mencuri pandang pada kedua pria itu.
"Go home. " Jawab singkat salah satu pria itu. Kana yang berhasil menatap sedikit wajah salah satu pria itu menghela nafasnya panjang.
Sial,dia pria yang sudah ia tabrak. Kana yang masih gemas dengannya mencoba mengalihkan pandangannya. Gadis itu sedikit merasa tidak enak denganya. Bagaimana jika Kana ketahuan ada di sebelahnya.
"Kemana jas mu?" Tanya Dev pria di samping Kana. Kana yang tidak sengaja mendengar pembicaraan itu semakin besar kemungkinan dia ketahuan.
"Gue buang." Singkat Kevandra, dengan nada datarnya. Kana membuka mulutnya lebar-lebar,apa dia tidak salah dengar? dia membuangnya? Semudah itu dia membuangnya? Itu sama saja dia membuang uang uang.
"What happened?"
"Secret" singkat Kevan, membuat Kana yang sedang menguping percakapan kedua pria so cool itu menahan tawa. Bisa-bisanya dia bilang itu rahasia,apa dia malu?
"What ever Keva!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why should it be her ?
General FictionTak pernah terlintas di benaknya, dirinya harus berhadapan dengan orang yang dulu pernah bertemu dengan-nya. Bukannya kenapa, dia Keva selalu menyebalkan. Dan Kana,orang yang selalu dibuatnya pusing. Kenapa coba, harus lagi-lagi dia seolah tidak ada...