Setelah selesai interview Kana berencana sebelum pulang untung nongkrong di cafe sekitaran sana. Kana yang terlihat berjalan dengan penuh energi menuju cafe.
Rambut terurai nya terbawa sapuan angin kencang. Membuat matanya terasa pedih, tangannya terus mengucek matanya hingga matanya berwarna merah. Setelah matanya sudah mulai menghilang rasa perihnya,Kana mengerejapkan matanya beberapa kali.
"Perih banget..!!" Ujarnya, gadis itu terus menggerutu dengan tangan yang menutupi matanya sebelah.
Tangan kanannya membuka sebuah pintu kaca dengan bertuliskan open. Kana mencari tempat duduk yang membuat nyaman. Matanya tertuju pada kursi yang berada di pojok cafe,kursi itu tampak jauh dari kerumunan orang.
"Disitu kayaknya enak buat makan"
Tanpa berlama-lama karena dia sudah berjalan cukup jauh dirinya terduduk di kursi sambil membaca menu yang terpampang di sebuah banner. Satu persatu dia baca dengan pikiran yang membayangkan rasa makanan itu.
Setelah ia rasa sudah menemukan makanan yang enak ia mengangkat tangannya, seorang pegawai perempuan pun menghampiri Kana. Dari kejauhan rasanya perempuan itu sangat tidak asing.
"Mau pesan-" Pramusaji itu menggantung ucapan tatkala melihat Kana di depannya.
"Indira?!" Seru Kana,gadis itu merangkul pramusaji itu.
Kalian masih ingat tidak teman Kana yang mengirim pesan padanya pada chapter sebelumnya. Namannya Indira,teman masa SMA nya dulu. Dengan tidak sengaja ia bertemu rindu dengan sahabatnya. Setelah beberapa tahun dia tidak berjumpa, rasanya senang sekali.
"Miss you Kana.."
"Duduk dulu" Titah Kana pada Indira.
"Kerja di sini?" Lanjutnya, Indira mengangguk dengan air mata di pipinya yang ia usap dengan tangannya.
"Lo sekarang masih kuliah?"
"Enggak,baru aja selesai interview"
Kana memandang Indira menerawang, seingatnya Indira berasal dari keluarga berkecukupan. Kenapa penampilannya sekarang sangat berbanding terbalik dengan dia enam tahun lalu.
Dia ingat betul Indira itu anak satu-satunya dan sangat manja. Bahkan dalam berteman ia sangat pilih-pilih,apa lagi untuk kerja rasanya itu agak janggal.Kana tidak ingin terlalu mengorek informasi tentangnya,lagian baru ketemu. Kana juga tidak terlalu mempedulikan hal itu.
"Oh iya,mau pesan apa Kana?"
"Ahh,iya gue lupa apa aja deh yang jadi best seller di cafe ini" ucapnya, Indira pun menuliskan menu tersebut sebelum ia melenggang pergi.
Kana sedikit merenung sejenak tadi belum ada email yang masuk ke ponselnya. Ia sangat berharap secepatnya ia mendapatkan pesan dari perusahaan itu. Dia terus membuka tutup ponselnya.
Setelah beberapa saat hidangan yang di pesan pada nampan Indira tata di meja. Kana tersenyum,sambil melihat makanan yang terlihat mengiurkan. Plating yang begitu sangat cantik dan rapi.
"Sudah sejak kapan kerja di sini?" Kana memasukan satu suap cake pada mulutnya. Matanya masih setia menatap Indira di depannya.
"Eum, mungkin enam bulan"
"seriously?!"tangannya tak percaya.
"Ya,lo pasti gak percaya kan?" Kana mengangguk sambil terus memakan cake itu.
"Orang tua gue di tangkap KPK, perusahaan gulung tikar karena gak ada yang ngelola. Ibu juga sekarang mentalnya sedikit terguncang,jadi gue mau gak mau harus kerja" Jelas Indira,Kana mengangguk paham.
Ternyata benar, rata-rata anak yang terbilang kaya, akan merasa terpuruk tanpa orang tuanya. Memang tidak semua tapi, rata-rata memang seperti itu kenyataannya. Mereka hanya tahu meminta tanpa ada kata membantu.
Kadang Kana juga cemas, dirinya dulu seperti itu sama seperti Indira. Hanya tahu minta dan minta. Tapi cukup itu dulu, tidak untuk sekarang.
"Sudahlah,gimana kerjaan lo?" Pembicaraan mereka melenceng dari topik awal,tidak mau terlalu dalam membahas tentang topik itu. Kana pikir itu sama saja dia menyakiti hati Indira,sangat tidak sopan jika dia terus mengulik keluarganya.
"Tau,gue lagi nunggu email"
"Sabar dulu gue juga di panggil setelah satu bulan interview,gue juga sama seperti lo gelisah"
"Buset dah, lama bener?"
"Iya, emang lo kerja apa sih?"
"Lowongan nya sih manager,tapi katanya kalo emang kemampuan gue di bawah ya, terserah perusahaan itu katanya" Jelasnya, mau jadi OB sekalipun dia tidak keberatan.
"Susah bener ya"lanjut Kana, sambil menyeruput secangkir kopi panas di tangannya.
"Kenapa lo gak kerja di perusahaan milik ayah lo?"
"Ya kali,gak mau gue"
"Kenapa?"
"Lo pikir sendiri,gimana gue mandiri kalo gue kerja di sana." Dengan nada sedikit menekan,Kana menjelaskan bahwa dia sangat menolak keras kerja disana. Apa dia harus mengumumkan di seluruh dunia dia gak mau kerja di perusahaan milik ayahnya.
"Emang ayah lo gak usahain ke perusahaan temennya gitu?"
"Gak mau" singkatnya, Kana sudah kesal dengan pertanyaan itu.
"Ya udah usahain dong gue buat kerja di perusahaan ayah lo, ijazah gue nganggur dirumah"
"Ya,gue usahain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why should it be her ?
General FictionTak pernah terlintas di benaknya, dirinya harus berhadapan dengan orang yang dulu pernah bertemu dengan-nya. Bukannya kenapa, dia Keva selalu menyebalkan. Dan Kana,orang yang selalu dibuatnya pusing. Kenapa coba, harus lagi-lagi dia seolah tidak ada...