"Semoga hari ini adalah harinya Kana" Gadis dengan baju hitam putih dengan amplop coklat besar di tangannya. Kana terus memandangi penampilannya dari atas sampai bawah.
Gadis itu tersenyum senang akhirnya ia akan menjalani kehidupan barunya. Rencananya kali ini ia akan pergi interview di suatu perusahaan. Malam tadi ia mengirim berkas lamaran nya melalui email,dan tidak pernah ia sangka akan di panggil secepat ini.
"Ayo Kana semangat!" Gadis itu menutup pintu kamarnya dan bergegas menuruni tangga, setelah menyemangati diri sendiri.
Di bawah sana sudah terdapat keluarganya sedang menikmati hidangan di meja makan. Ia terlihat sangat senang melihat Sila yang terlihat lahap memakan makanannya.
Malam tadi ia belum sempat mengantar Sila pulang. Dan Julia juga tidak mengizinkan untuk Sila untuk pulang. Akhirnya gadis kecil itu menginap di rumahnya,dan tidur bersama Sui. Mengingat keduanya tidak berbeda jauh umurnya.
"Cie anak ayah kerja nih. Ayah sadar anak ayah udah gede sekarang." Goda Yudo melihat anaknya yang berada di depannya berseragam seperti pekerja umumnya.
"Do'akan saja Kana bisa sukses seperti ayah"
"Tentu, sebuah permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan, demikian juga seseorang tidak akan menjadi sukses tanpa perihnya gesekan tantangan" ujar Yudo, Kana senang jika di nasehati oleh ayahnya. Kata-katanya yang ya, terbilang seperti anak senja gitu.
"Betul,jadi apapun itu kamu harus terus bersabar." Timpal Julia sambil mengoleskan selai cokelat pada roti milik Kana.
"Dan bersyukur...!" Ujar Sila sambil mengangkat garpunya tinggi. Membuat semuanya tertawa, sungguh ini adalah hal kecil yang selalu membuat Kana bahagia.
"Baiklah sarapanku udah habis,aku berangkat"
"Semangat kak Kana" ucap Sui dengan cara bicaranya yang menggemaskan. Kana mengangguk dengan telaten ia menyalami semua orang yang berada di rumahnya. Tanpa terkecuali, termasuk pembatunya. Kana yakin seratus persen yakin dia akan berhasil dan membuktikannya kepada semua orang, bahwa dia bisa mandiri tanpa seseorang yang menjadi backingan nya selama ini.
Kana berjalan riang menuju ke halaman depan, menunggu ojek online tentunya. Ia tidak mau terlihat seperti anak pertama dari keluarga Pangestu yang manja lagi. Ia ingin terlihat sederhana seperti yang lainnya.
Dua menit ia menunggu di depan gerbang, akhirnya datang juga. Ia menaiki motor itu dengan cepat, Kana tidak mau hari pertamanya sudah telat. Bisa-bisa dia akan di tolak mentah-mentah disana.
"Kakak mau ngelamar kerja disana ya?" tanya supir ojek online itu.
"Iya,emang kenapa pak?"
"Katanya bos disana masih muda, dan katanya galak loh. Saudara saya pernah kerja disana,cuma betah sekitaran satu mingguan. " Jelasnya, membuat Kana tertawa renyah.
"Aku gak peduli itu,yang penting aku kerja pak." Jawab Kana di iringi dengan kekehan kecilnya.
"Iya gak iya juga sih, saya juga sependapat. Gimanapun kerjaan kalo kitanya ulet,pasti bakalan berkah." Kana memberikan dua jempol untuk bapak ojol ini. Yap, keberhasilan itu memerlukan waktu yang sangat-sangat amat sangat panjang. Tidak mungkin menjadi seorang crazy rich dalam waktu singkat, kecuali dibantu tenaga botak. Alias tuyul. Atau enggak ngepet,tapi ngepet juga gak mudah.
Setelah beberapa menit lalu ia sampai di sebuah gedung yang menjulang tinggi di depan matanya. Kana menghela nafas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. Dengan jantung yang berdebar ia berjalan menuju ruangan HRD. Gadis itu terus berkeliling mencari ruangan itu.
"Kak maaf mau tanya." Kana memberanikan diri bertanya pada seorang pria yang berjalan di depannya.
"Ya?" Ketika pria itu membalikan badannya ia teringat dengan acara dua hari yang lalu. Pria ini adalah Deva yang duduk di sebelahnya saat itu.
"You oke?" Tanya Deva pada Kana yang masih melamun mengingat semuanya.
"Ah,iya Pak eh kak, kalo ruangan HRD di sebelah mana ya?" Tanya Kana dengan intonasi gelagapan.
"Oh, tuh di sebelah kanan yang pintunya putih" jelas Deva, Kana membalikan badannya mencari pintu berwarna putih itu. Dan pintu semua di sini berwarna putih,tapi memang benar di sana terdapat tulisan HRD.
"Ma-" Deva sudah menghilang entah kemana,tidak ia sangka ternyata pria gagah seperti dia bisa juga freak.
Gadis itu memutar bola matanya malas,dan segera bergegas memasuki ruangan itu. Sangat menegangkan,di dalam sana sudah terdapat dua orang satu perempuan dan satu laki-laki.Dirinya terduduk di atas kursi panas. Meskipun AC di ruangan itu cukup dingin,tapi saat ini rasanya belum cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why should it be her ?
General FictionTak pernah terlintas di benaknya, dirinya harus berhadapan dengan orang yang dulu pernah bertemu dengan-nya. Bukannya kenapa, dia Keva selalu menyebalkan. Dan Kana,orang yang selalu dibuatnya pusing. Kenapa coba, harus lagi-lagi dia seolah tidak ada...