9). It's really?

28 10 8
                                    

Jemari lentiknya menari dengan ketukan berirama di atas meja kayu. Bibirnya tak berhenti mengucapkan bait demi bait lagu. Dia Kanaya tengah memandangi laptop di depannya. Sepertinya lagu Lenggang Puspita menjadi kesukaannya, entah dari mulai kapan selera musiknya berubah. Sebelumnya dia pecinta lagu hip-hop, rock, dan lagu-lagu lainnya yang terdengar menyenangkan. Bukan karena apa genre musik kesukaannya berubah, Kana terlalu sering mendengar lagu-lagu slow yang di putar disini. Mungkin sudah satu minggu telinga Kana tidak mendengar lagu-lagu Dewa-19 kesukaannya itu.

Dengan seragam hitam putihnya gadis itu tampak bersemangat setiap harinya. Sudah hampir satu minggu dia berkerja sebagai manager disini. Meskipun tidak mudah tapi Kana yakin jalan ini yang terbaik untuknya.

"Siang Kana! " Seseorang di depannya yang hanya nampak setengah dari pandangannya. Memberikan sebuah berkas yang tertutup oleh jilid berwarna hijau. Namun beruntungnya berkas itu nampak tidak terlalu tebal.

"Ada apa pak?" Tanya Kana penasaran, tumben pak Deva dengan sengaja datang ke ruangannya. Biasanya kalau ada apa-apa Kana yang harus mendatanginya. Maklum anak baru kepada senior.

"Enggak,mau ngobrol doang. Bisa minta waktunya sebentar?" Kana sedikit terkejut, degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada apa kali ini? Perasaan Kana tidak enak sekarang. Sekarang apa yang telah dia perbuat, tapi di tilik dari sisi mana pun hari ini Kana belum melakukan kesalahan.

"A-tap-kan"

"Jangan terlalu serius,hanya ngobrol biasa. Nanti pulang kerja anda bisa temui saya?" Tidak punya pilihan lain Kana hanya mengangguk pasrah sambil menelan ludahnya susah payah. Kana tidak bisa membayangkan jika dia menolak permintaannya bisa-bisa dia di pecat saat ini juga.

"Bagus,nanti temui saya di ruangan biasanya" Deva melenggang pergi dari pandangan Kana yang masih membinar tak percaya.

Setelah punggung pria itu sudah tak terlihat lagi, Kana berteriak keras sambil mengacak-acak rambutnya. "Ada apa lagi...!!"

Gadis itu berdiri kemudian membenarkan roknya yang terlihat kusut akibat terlalu lama duduk di kursinya. Kakinya kemudian mulai melangkah menuju keluar, untuk menghirup udara segar. Kana terduduk pada sebuah kursi panjang depan ruangannya. Tangannya mengusap kasar dadanya beberapa kali.


"Kenapa gue ngerasa gak enak hati ya?" Pikirnya sambil terus mengusap dadanya beberapa kali.

Setengah pikirnya dalam lamunan. Terlintas di pikirannya Kevandra Aarav, dia baru sadar setelah kejadian di lift itu PT. Aarav adalah miliknya. Dan dia merasa tidak aman sekarang,takut Keva ingat dengan kejadian waktu itu. Bagaimana bisa dia baru sadar? Mungkin Kana terlalu excited dengan pekerjaan pertamanya.

Dan Kana juga salah menanggapi Deva dia kira pria itu tidak tengil. Siapa sangka penampilannya yang terlihat seperti orang yang cool dengan rambut yang ia kuncir serta badan yang terbilang kekar. Tapi bukan Kana jika dia tidak tahu apa-apa. Dia harus tahu apa rencana selanjutnya dari kedua pria tengik itu.

Tangannya mengambil sebuah cermin kecil berbentuk lingkaran dengan belakang berwarna biru tua. Gadis itu mengatupkan kedua bibirnya dan merapikan lipstik di bibirnya yang mulai mengelupas. Hari ini sangat panas siapapun akan merasa kering. Setelah merasa riasannya cukup rapi ia kembali berdiri. Dengan cermin yang masih Kana pegang tidak terlalu erat di tangannya.

Brukk

Seseorang menabrak dirinya hingga cermin ditangannya terhempas begitu saja pada lantai dingin. Kana meringis saat mengambil serpihan kaca yang terlihat berserakan.

"Punya mata gak Lo...!" Sentak seorang wanita yang suaranya sudah sangat Kana kenali. Dia Ansel wanita yang cerewet menjengkelkan,super pick me. Setiap hari dia harus mendengar ocehan yang merasa dirinya adalah senior disini.

"Nihh mata gue, dua. Bagus kan?" Dia sudah mulai muak dengan sikapnya. Berharap secepatnya dia pergi dari hadapannya.

"Oh,lo berani sekarang?!"
"Lo tau gue disini sebagai sekertaris Keva..!!" Lanjutnya dengan nafas yang memburu,hidung Ansel yang kembang kempis membuat siapapun pasti akan tertawa.

"Gak nanya.." Ledek Kana dengan tidak mempedulikan Ansel di depannya. Bukannya tidak menghargai,tapi ada kalanya dia harus mengambil tindakan meskipun itu diluar batasan.

"Dan disini gue paling-" ucap Ansel menggantung langsung ditimpal oleh Kana."Terus gue harus bilang wow gitu?"

"Jelas... Lo anak baru, belagu." Dengan mata yang memutar sempurna hingga tidak terlihat bola matanya Ansel meremehkan Kana.

"Lo anak lama gaji gede masih belagu,kaya okb"

"Jaga bicara lo ke gue.. !"

"Lo juga, besok gue pakein resleting tu di bibir lo. Atau gue kasih lem biar bibir lo diem" Dengan nada yang sedikit lebih tinggi Kana menunjuk Ansel dengan jari telunjuknya yang sedikit ia tekan.

"Ngaca...!"

"Lah, gimana si lo?kan Lo udah buat cermin gue pecah gimana gue bisa ngaca?" Kana tertawa remeh di sela-sela ucapannya.

"Bener-bener...!!"

"Tuh kan muji gue bener"

Why should it be her ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang