Permasalahan yang terbelit belit tanpa ada penyelesaian.
Menghindar adalah solusi yang tepat, bisa dianggap diam menjadi sesuatu yang baik.
"Capek" ujarnya bermonolog.
Simple di ucapkan.
Satu kata yang menjadi toxic bagi orang yang mendengar.
🌼Y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#Selamat Membaca#
.
.
.
Ring ring
Suara ponsel membangunkan Yeonjun dari tidurnya yang lebih nyenyak dari biasanya.
Pagi ini juga ia terbangun dengan suasana hati yang berbeda. Begitu tenang dan tentram bagai tak ada masalah apapun yang sanggup mengikutinya yang telah bangun melihat dunia.
Tanpa ia sadari ada sebuah lengan melingkari lehernya serta wajah yang begitu damai menelusup di bagian dadanya. Yeonjun bertanya tanya, apakah ia sedang tidur bersama si bungsu?
Mengingat terakhir kali Beomgyu yang juga tak ada di rumah, makanya si bungsu Choi jadi manja pada Yeonjun.
Wangi bayi yang menyeruak membuat ia yakin bahwa di dalam dekapannya adalah Sunoo.
"Dek! Bangun! Waktunya sekolah... Nanti bang Jun antar ke sekolah"
Panggilan itu berlalu begitu saja tanpa jawaban. Yeonjun mengernyit, adiknya baik baik saja kan?
Ah iya, Yeonjun lupa tadi ada yang menelponnya. Dengan segera ia menggapai nakas tanpa bergeser agar adiknya tak terbangun.
"Oh ternyata paman sekretaris, ada apa ya?" Monolognya menatap layar ponsel yang menampilkan kontak tak terjawab.
Lagi. Ada sambungan yang terhubung
"Iya gimana paman?"
"..."
"Oh iya, nanti saya segera ke sana"
"..."
"Jam delapan? Baiklah terimakasih paman"
"..."
"Sampai jumpa juga paman"
Sambungan terputus. Yeonjun memutuskan untuk bergegas segera bersiap menjalani aktivitas.
Sebelumnya ia bergerak ke kamar mandi membersihkan diri dan..
'bukan Sunoo?!' Yeonjun membatin kaget, siapa lelaki yang memeluk dirinya semalaman?
'ah dia ingat, pemuda yang berada dekat taman sungai han'