Tzuyu menarik kopernya dengan langkah berat, sebelum pergi ia menyempatkan diri berpamitan dengan kedua orangtuanya. Tapi ia sedikit was-was karena sejak kedatangan Jungkook sikap Seunghoon mulai berbeda, pemuda itu seakan belum bisa percaya sepenuhnya dengan apa yang Tzuyu dan Jungkook katakan. Terbukti dengan tatapan itimidasinya saat Tzuyu berjalan mendekat padanya.
"Aku harap Nuna tidak menyembunyikan apapun yang mengecewakan kami" Lirih Seunghoon seraya memeluk tubuh Tzuyu, membuat wanita itu menengang di tempat. Ia tak tau apakah sifat kepekaan sang adik menurun darinya, tapi sepertinya pria itu memiliki firasat yang kuat pada situasi saat ini.
"Nak, Ibu titipkan Tzuyu padamu. Ingatkan dia jika dia lalai atau tekadang bersikap ceroboh," Pertuah Nyonya Chou pada Jungkook yang ditanggapi pria itu dengan anggukan dan senyuman ramah.
Namun Tzuyu yang melihatnya hanya memutar bola matanya jengah, ia tak habis pikir mengapa pria itu bisa menjadi dua kepribadian yang berbeda saat bersama dengan dirinya dan orang tuanya. Benar-benar keterampilan manipulasi yang apik untuk mengelabuhi orang.
"Apakah aku harus benar-benar ikut pergi denganmu?" Tanya Tzuyu saat keduanya kini sudah berada dalam sedan hitam Jungkook.
"Lalu kau ingin kembali sekarang?"
Tzuyu menatap kedua orang tua dan adiknya yang saat ini melambaikan tangan padanya, rasanya ia belum puas bertemu dan melepas rindu dengan mereka saat pria ini malah datang dan merusak semuanya.
"Kau masih ingat bukan jika kau tak ingin mereka curiga dengan kita. Lalu aku sudah menuruti permintaanmu, apakah salah?" Jungkook mulai menjalankan mobilnya pelan meninggalkan pelataran rumah Tzuyu.
"Tapi bukan seperti ini," gerutu Tzuyu dengan dengusan kecil yang mengundang atensi Jungkook.
"Jika begitu belum terlambat untuk kembali dan mencari alasan lain,"
"Atau kau mau opsi kedua yang ku tawarkan sebelumnya?"
Mendengar jawaban enteng Jungkook Tzuyu menatap pria itu sengit. Menurutnya baik dulu ataupun saat ini Jungkook adalah rival paling tepat untuk menguji tingkat kesabarannya. Namun malangnya ia dulu yang malah terpikat dan tak berdaya dengan sosok lelaki sepertinya.
"Ku pikir kau sudah merencanakan semua sedari awal, bahkan semua ini sesuai dengan alur yang kau ciptakan, bukan?"
"Bagus jika tau, aku suka pikiran cerdikmu"
Tzuyu kembali menghembuskan napasnya dan memilih mengalihkan pandangan untuk menetralkan kadar kemarahannya yang sudah akan mencapai level tertinggi. Berbicara berdua dengan lelaki itu di saat seperti ini sama saja mencari alternatif lain untuk menaikan tensinya. Jungkook memang sosok mengangumkan namun juga paling menyebalkan yang pernah Tzuyu temui. Dan apa jadinya jika nasibnya kini akan terus terikat dengan seseorang sepertinya.
Bertemu kembali dengan Jungkook saja adalah hal buruk yang belum pernah ia bayangkan. Gambaran tentang bagaimana ia harus bersikap, bagaimana cara mengatasi rasa canggung, dan kekhawatiran dengan perasaannya yang mungkin akan kembali tumbuh sebagai tunas terus menghantui. Namun pada kenyataannya takdir tak pernah berjalan seperti yang kau inginkan, dan sebaliknya malah mempertemukannya dengan sosok yang dihindari itu. Menyatukannya dalam ikatan tak menentu yang nantinya akan penuh dengan kepalsuan.
Tzuyu terus memikirkan bagaimana harinya kelak jika harus terus berhadapan dengan pria ini. Mampukah ia menyesuaikan diri kembali dan mengikuti permainan ini sampai akhir.
'Sepertinya aku membangun kuburanku sendiri'
.
Setelah hampir satu setengah jam perjalanan, Tzuyu berhasil mendarat di Seoul saat matahari sudah kembali pada peraduannya. Udara dingin kota Seoul mulai menusuk tulangnya saat kakinya berjalan menuntun koper biru tua miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE TIME
FanfictionAku memang pernah menyukainya, tapi itu dulu. Setidaknya sampai beberapa tahun yang lalu. Namun aku mulai mengerti, bahwa dalam hidup ada beberapa hal yang kau inginkan tapi tak harus kau miliki, dan dia adalah salah satunya. Dia memang cukup sulit...