Jika dulu karyawan di kantor menatap Illyana dengan tatapan tak suka kini mereka tidak melakukannya lagi. Mereka kini menatap Illyana dengan tatapan ingin membunuhnya karena berani menikahi lelaki idaman mereka. apalagi para perempuan yang selalu mengidamkan Naushad untuk menjadi suaminya. Kini harapan mereka pupus seketika dan Illyana lah pemenangnya.
Tapi bukan Illyana namanya kalau tidak membuat mereka semakin kepanasan. Di pintu depan dia sudah menyadari kalau mereka sedang memperhatikannya. Apalagi ia datang bersama dengan suaminya dan hanya berjarak beberapa meter saja. Illyana langsung punya ide untuk membuat semua yang disana menjadi panas seketika.
"Aaaww...Duh kakiku sakit." Erang Illyana yang tiba-tiba menjatuhkan dirinya ke lantai. Mendengar hal itu, Naushad pun spontan berlari kearah istrinya.
"Illya, are u okay? mana yang sakit?" Tanya Naushad dengan nada khawatirnya. Dia belum tahu kalau istrinya itu hanya berpura-pura kesakitan saja.
"Kakiku keseleo. Aku tidak hati-hati ketika jalan tadi." ujar Illyana dengan nada yang dibuat-buat manja. Naushad pun sempat terkejut tapi tak berangsur lama.
"Baiklah. Kita obati setelah sampai di atas." Ujar Naushad menenangkan.
"Kenapa Illya?" Tanya Naushad lagi ketika Illya kembali merintih kesakitan setelah dibantu berdiri olehnya.
"Sepertinya kakiku akan tambah sakit jika dipakai berjalan." Ujar Illyana dengan nada lemahnya. Dia berharap bahwa Naushad peka dengan ucapannya itu.
Naushad pun langsung peka dan menggendong Illyana ala bridal style. Illyana puas melihat tatapan iri dan dengki dari karyawannya itu. dia memamerkan senyum termanisnya kepada semua karyawan wanita yang sedang menatap kearahnya sekarang.
Illyana baru menyadari bahwa sekarang dia sedekat itu dengan Naushad. Dia bisa melihat rahang kokoh Naushad dari jarak sedekat itu. Illyana masih tak percaya lelaki itu sudah menjadi suaminya sekarang. Hatinya selalu berdebar dan menghangat ketika mengingat hal itu.
"Udah, turunin!" Ujar Illyana secepat kilat sebelum ia jatuh terlalu dalam dengan pesona suaminya itu. Mereka sudah di dalam Lift dan untungnya tak ada seorangpun disana.
"Kakimu udah gak sakit?" Tanya Nausahad pada istrinya itu.
"Aku hanya berpura-pura. Cuma mau manas-manasin karyawan kamu tadi tuh. Kamu lihat tadi muka mereka udah kayak udang rebus pas kamu gendong aku." Ujar Illyana sembari tertawa puas. Naushad hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah istrinya itu.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Aku mencemaskanmu." Ujar Naushad membuat jantung Illyana berdebar seketika. Entah kenapa setiap perkataan yang keluar dari mulut suaminya itu selalu terdengar tulus dan hal itu berhasil membuat hati Illyana menghangat.
Perhatian sekecil apapun yang diberikan oleh Naushad kini berhasil membuat pertahanan Illyana sedikit demi sedikit runtuh. Namun perempuan itu selalu berusaha untuk menutupinya dan bertahan sekuat tenaga untuk tidak terpengaruh dengan lelaki itu.
"Illya, kamu tidak mau keluar?" Tanya Naushad membuat Illyana tersadar dari lamunannya itu. dia baru sadar kalau sudah sampai di lantai tempat mereka bekerja. Illya pun bergegas keluar dan berjalan mendahului suaminya.
Ketika sudah memasuki ruangan mereka tetap bekerja dengan profesional seperti biasa. Toh pernikahan itu juga tak pernah dianggap serius oleh Illyana. Sekarang dia pun sudah jarang melihat perempuan gila yang selalu mengganggunya itu. dia berharap tak akan bertemu dengannya lagi.
Illyana sudah banyak belajar sekarang. banyak hal yang ia dapatkan selama bekerja bersama Naushad. Lambat laun dia semakin paham mengenai bisnis yang dijalankan sang Ayah itu. dia optimis akan cepat menguasainya dan mengakhiri semua secepatnya.
"Aku ada rapat di luar dan itu akan lama. kalau jam pulang nanti aku belum pulang kamu pulang sendiri ya pakai mobilku. Aku nanti pergi pakai mobil kantor saja." Ujar Naushad sembari menyerahkan kunci mobilnya kepada sang istri.
"Emang jauh banget ya tempat rapatnya?" Tanya Illyana penasaran.
"Iya cukup jauh dan ada beberapa klien juga yang akan aku temui. Tolong kamu hubungi aku kalau sudah sampai rumah. Jangan mampir ke tempat aneh-aneh ya." Pesan sang Suami sebelum pergi.
"Iya bawel banget dah." Ujar Illyana kesal. namun hal itu membuat Naushad tertawa kecil karena melihat raut wajah cemberut sang istri yang menggemaskan.
"Kenapa?" Tanya Illyana bingung ketika sang suami masih berdiri di hadapannya.
"Salim dulu dong sama suami." Ujar Naushad sembari mengulurkan tangan kanannya pada sang istri.
"Gak mau ih. Udah sono pergi. Ribet amat dah." Tolak Illyana cepat. Tapi Naushad tak menyerah dia tetap berdiri di tempatnya sampai Illyana mau mencium tangannya. Illyana pun akhirnya menyerah dan menyalami tangan suaminya itu. baru lah Naushad tersenyum puas.
"Aku pergi dulu ya. Assalamualaikum." Pamit Naushad yang hanya dijawab deheman oleh sang istri.
"Jawab atuh. Kenapa Cuma dehem doang sih." Protes Naushad membuat Illyana kembali dibuat kesal olehnya.
"Iya, Waalaikumsalam. Dah tuh puas." Jawab Illyana dengan nada kesalnya. Naushad senang bisa menjahili istrinya sampai marah seperti itu. Kini menjahili sang istri adalah kegiatan favorit untuknya. Walaupun yang ia dapatkan hanya wajah cemberut dan omelan tapi dia suka dengan hal itu.
"Eumm. Sepertinya ada satu lagi yang kurang." Ujar Naushad tiba-tiba membuat Illyana menghela napasnya panjang.
"Apalagi sih.." baru saja Illyana mau mengomeli suaminya, tapi kata-katanya terhenti ketika sang suami sudah mendaratkan bibirnya di kening Illyana. Perempuan itupun terdiam membeku ketika menyadari bahwa Naushad menciumnya.
"Itu bayaran untuk akting tadi pagi. Bye istri, see you at home." Ujar Naushad dengan sumringahnya.
Sebelum Illyana mengamuk dia pun memanfaatkan waktunya untuk segera pergi dari sana. Illyana tak bisa berkata-kata lagi, dia hanya merasakan pipinya panas sekarang dan jantungnya pun berdebar tak karuan.
***
Thanks for reading guys :))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enemy ( END ✅️ )
RomanceIllyana Labiqa Kabysa, seorang perempuan cantik yang terpaksa menikah dengan seorang lelaki yang ia benci. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah kakak angkatnya sendiri. Entah apa yang dipikirkan kedua orangtuanya hingga selalu ingin menikahkan...