"AAAAH! Ngapain Lo ada disini? pergi gak Lo! Sejak kapan Lo ada disini?" Teriak Illyana di pagi harinya. Dia baru saja membuka matanya dan mendapati wajah tampan Naushad berada dekat di wajahnya.
Illyana begitu terkejut hingga berteriak seperti itu. Naushad pun tak kalah terkejutnya mendengar teriakan Illyana itu. apalagi perempua itu juga menambahkan pukulan dengan bantal ke tubuh Naushad.
"Apakah kamu tidak ingat semalam? Kamu yang memanggilku karena ketakutan ada petir dan guntur? Kamu sendiri yang menangis disana dan memelukku?" Ujar Naushad mencoba mengingatkan kembali Illyana tentang kejadian semalam. Dia pun langsung terdiam ketika mengingat apa yang terjadi.
"Ya kan, Lo bisa langsug turun setelah gue tidur. Kenapa malah ikut tidur disini?" Protes Illyana lagi tak mau kalah. Naushad memijat kepalanya yang terasa pusing karena bangun secara tiba-tiba itu.
"Istriku, aku sudah lelah semalam jadi aku juga ketiduran disini dan satu lagi tolong ingat kamu tidak boleh memanggilku dengan sebutan gue elo lagi. tolong ingat perjanjian kita ya. Sekali lagi kamu melanggarnya aku akan beri hukuman untukmu." Ujar Naushad membuat Illyana membeku.
Mendengar Naushad memanggilnya seperti itu membuat bulu kuduknya meremang. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang sekarang berterbangan di perutnya. Illyana begitu tertegun hingga tak menyadari bahwa Naushad sudah beranjak dari hadapannya.
"Illya kenapa kamu tidur lagi? Sudah waktunya subuh, lebih baik kamu bangun dan ambil wudhu." Peringat Naushad ketika lelaki itu selesai dari kamar mandi. dia mendapati istrinya kembali bergelung nyaman di bawah selimut.
"Gak mau. Ini masih terlalu pagi bagiku untuk bangun." Jawab Illyana dengan nada malasnya.
Mendengar hal itu Naushad pun hanya menghela napasnya pelan. Sebagai suami tentunya dia wajib untuk mengajak istrinya untuk beribadah kepada Allah. Dia memiliki tanggungjawab untuk menuntun istrinya ke jalan yang benar. Tapi Naushad sadar jika istrinya bukanlah orang yang gampang patuh terhadap orang. Naushad akan menasihatinya secara perlahan dan bukan memaksanya.
Naushad pun membiarkan istrinya kembali tidur dan melanjutkan langkahnya menuju masjid. Lelaki itu akan membiarkan Illyana kali ini namun untuk selanjutnya dia akan pastikan Illyana akan melaksanakannya walaupun terpaksa. Toh ibadah memang harus dipaksa terlebih dahulu sebelum mereka menjadi terbiasa.
Sepanjang perjalanan ke masjid Naushad berbincang dengan pak Hasan mengenai rencananya untuk tinggal mandiri di apartemen bersama Illyana. Beliau pun setuju dan mendukung keputusan Naushad itu. memang sudah seharusnya mereka tinggal mandiri disana.
Walaupun pak Hasan awalnya meragukan jika Illyana akan langsung betah tinggal di apartemen Naushad. Tapi Naushad berhasil meyakinkan beliau.
"Jika itu sudah keputusanmu, Aku menyetujuinya. tapi harus kamu ingat Shad. Bahaya bisa datang kapanpun. Sekarang semua orang tahu jika Illyana adalah istrimu. Memang masalahnya hanya padaku saja tapi aku khawatir jika orang itu akan ikut menyerangmu juga. Jadi Ayah mohon kalian jaga diri baik-baik ya. Tolong jaga Illyana baik-baik." Ujar Pak Hasan dengan nada sendu. Naushad pun mengangguk paham mendengarkan hal itu.
"Istrimu belum bangun Shad?" Tanya bunda Arumi pada Naushad ketika mereka sedang sarapan. Hari sudah terang namun Illyana tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya. Padahal hari ini Naushad ingin mengajak Illya untuk pindahan ke apartemen.
"mungkin dia masih capek Bun usai acara kemarin. Nanti dia juga akan bangun kalau sudah lapar." Ujar Naushad dengan santainya. Bunda Arumi menggeleng pelan.
"Gak bisa gitu dong Shad. Dia tuh udah jadi istri jadi harus berubah dong. Malu dong sama kamu nantinya. Biar gak kebiasaan. Kamu tuh suaminya Shad, kamu berhak mengingatkan istrimu." Nasihat bunda Arumi pada putra angkat sekaligus menantunya itu.
"Iya bun, tapi pasti bunda tau sendiri gimana sifat Illya. Aku akan menasihatinya perlahan. Kalau dipaksa pasti dia tak akan mendengarkan apapun."
"Bener kata Naushad bun.Kamu tenang aja deh. Dia pasti udah tahu kok apa yang harus dilakukan. Merekatuh udah punya rumah tangga sendiri jadi biarlah mereka menjalani dengan caramereka sendiri." Ujar pak Hasan ikut menasihati sang istri. Bunda Arumi punakhirnya mengangguk mengerti dan tak ikut campur lagi urusan Naushad danIllyana.
***
Annyeong yeorobunn.. Haiiihelloo everyone :)
Minal aidzin wal faidzin yaa semuaa..
belum telat kan yak ini ngucapinnya, selama masih lebaran sah-sah aja yekann :)))
Thankyou for reading yaa...semoga suka dengan ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enemy ( END ✅️ )
RomantizmIllyana Labiqa Kabysa, seorang perempuan cantik yang terpaksa menikah dengan seorang lelaki yang ia benci. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah kakak angkatnya sendiri. Entah apa yang dipikirkan kedua orangtuanya hingga selalu ingin menikahkan...