Aku posting cerita baru lho, judulnya Naik Ranjang (uhuk!) 😂 Tolong di dukung ya... and happy reading!
================================================================
Nara menatap dirinya di cermin washtafel di dalam kamar mandi. Dia ragu. untuk keseribu kalinya dirinya ingin mengganti apa yang dia kenakan, tapi untuk keseribu kalinya juga kata-kata Mimi terngiang dalam benaknya. Refan pasti gila setelah ngeliat!
Suara ketukan terdengar di pintu. "Kamu nggak apa-apa, Ra?" tanya Refan khawatir. Sudah cukup lama Nara di dalam kamar mandi.
"Iya, Mas, sebentar lagi keluar." Nara mengambil nafas dalam, kemudian dihembuskan perlahan beberpa kali, menenangkan diri. "Bisa, Nara!" bisiknya pada bayangan sendiri, sebelum membuka pintu dan keluar.
Refan sedang duduk di sisi tempat tidur, meminum segelas air putih, melirik Nara lalu tersedak. Dia terbatuk sambil memukul-mukul dadanya. Mencoba melepaskan pandangan dari Nara, namun seperti tidak menurut, kedua bola matanya terus kembali menatap Nara yang dibalut lingerie warna hitam.
"Mas nggak apa-apa?" Nara menghampiri untuk duduk di sisi Refan, menepuk-nepuk bahunya.
Lelaki itu sontak memiringkan tubuhnya, mencoba menjauh dari Nara. Dia memberikan isyarat dengan tangan bawa dia tidak apa-apa.
"Kamu tidur duluan deh, Ra." Refan menaruh gelas airnya di nakas. Terlihat sekali dia mencoba menahan batuk yang terkadang gagal, membuatnya terbatuk juga.
"Lho, bukannya mas Refan mau tidur juga?"
Refan berdiri, kemudian menyentakan kepalanya dengan kikuk saat sadar dalam posisi berdirinya, dia terlalu banyak melihat dada Nara yang mengintip dari belahan rendah baju tidurnya.
"Aku lupa, aku ada beberapa kerjaan yag belum kelar." Dia berjalan ke meja, mengambil laptopnya dari dalam tas kerja. "Biar nggak ganggu kamu, aku kerjain di ruang tamu, ya!"
Tanpa menunggu jawaban Nara, Refan buru-buru keluar dari kamar. Lelaki itu bahkan tidak berani menatap Nara lagi. Dan Nara justru tersenyum bahagia. Itu berarti, Refan lelaki normal! Dia tetawa kecil sebelum membaringkan dirinya.
Maaf, Mas, semua baru aja aku mulai.
"Semalem Mas tidur jam berapa?" tanya Nara setelah mereka ada di dalam mobil untuk berangkat kerja keesokan harinya.
"Aku nggak liat jam, tapi nggak lama kok aku di ruang tamu."
Nara membuang muka ke luar jendela di sisinya, menyambunyikan senyum. Dia tau Refan bohong. Sudah lewat tengah malam saat Refan kembali ke kamar dan langsung menyelimuti tubuh Nara rapat-rapat.
"Aku nggak tau, kalau kamu suka pakai gaun tidur."
Nara semakin berjuang untuk menahan senyumnya mendengar selidik yang halus itu. "Dari dulu sih aku suka pakai gaun tidur, terus pas kita harus tidur satu ranjang rasanya agak risih. Tapi karena sekarang kita berdua sudah dekat dan terbiasa satu sama lain, aku putusin buat pakai gaun tidur lagi." Nara menatap Refan sambil tersenyum gembira, tidak menutupi rasa senangnya agar Refan sadar, jika setiap malam nanti penampilan Nara nggak jauh beda dari semalam.
Refan berdehem, padahal tenggorokannya tidak terasa gatal. Yang gatal itu hormon-hormon lelakinya.
"Tapi kamu nggak kedinginan kalau pake gaun tidur pendek begitu?"
"Udara Jakarta mana ada dingin-dinginnya sih, Mas? Itulah kenapa aku pasang AC di kamar." Jawab Nara sok polos.
Refan terdiam, tapi otaknya terus mencoba mencari cara untuk meminta Nara berpakaian seperti sebelum-sebelumnya saja saat tidur, tanpa membuat wanita itu tersinggung. Celana pendek dan kaos longkar cukup aman. Refan tidak mau membuat kesalahan yang akan disesalinya. Tidak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI IDAMAN
RomanceNara Aurelia menikah karena terpaksa. Demi hargadirinya yang sudah terlanjur terkoyak karena penghianatan pacar dengan temannya sendiri. Tapi siapa yang sangka, Refan Alfarezi adalah lelaki yang sempurna, yang bisa menerima masa lalu Nara yang hadir...