Selamat pagi. Udah mau berangkat kerja?
Setiap pagi, Adnan selalu mengirimkan chat yang sama. Dan kalau Nara membalas, obrolan akan berlanjut sampai malam, ketika Nara bilang dia mau tidur. Komunikasi mereka bahkan lebih intens dari saat mereka masih pacaran.
Pagi juga. Iya nih mau berangkat kerja. Balasnya.
"Maafin aku ya. Aku ada meeting soalnya." Refan keluar dari kamar mandi, sibuk dengan dasinya di depan cermin meja rias. Biasanya lelaki itu tidak memakai dasi, tapi karena harus meeting dia terpaksa mengenakannya.
Nara memasukan ponselnya ke dalam tas dengan gugup. "Iya nggak apa-apa, Mas, aku bisa naik ojek."
"Naik taksi aja, ya!"
"Ih sayang uangnya! Kalau naik ojek cuma dua puluh lima ribu sama tip. Kalau naik taksi bisa lebih dari enampuluh!"
"Uang yang aku kasih kurang? Nanti aku tambahin..."
"Nggak! Bukan itu maksud aku... duh iya deh, nanti aku panggil taksi online." Ujarnya mengalah. Dari pada nanti Refan transfer uang lagi, yang kemarin dikasih juga belum kepake sama sekali.
Refan berbalik dari cermin meja rias, tersenyum sambil membelai lembut rambut Nara. Udah beberapa hari sih, Refan berani skinship. Karena menurut Nara masih wajar dan dalam batasnya, Nara tidak masalah. "Good girl. Aku berangkat duluan yah, kamu nanti hati-hati di jalan."
"Mas juga hati-hati. Aku udah siapin roti yang Mas bisa makan di jalan. Nanti Mas ambil aja kotak di meja makan. Aku mau pakai lipstick dulu."
"Iya, makasih ya." Refan menyodorkan tangannya, dan Nara meraihnya untuk dicium. Kemudian lelaki itu keluar dari kamar setelah sebelumnya mengelus kepala Nara lagi.
Ponselnya berdenting. Nara menggigit bibirnya, melihat kearah pintu yang sudah menutup dari tadi, kemudian mengambil handphone dari tas.
Adnan : Hati-hati di jalan. Kamu jangan lupa sarapan.
Nara : Aku udah sarapan kok tadi.
Adnan : Bagus, kalau aku lagi sarapan. Nasi goreng, dibikinin si mbak. Abis ini aku mau berangkat ke kantor juga. Btw kamu berangkat sama siapa? Dianter suamimu lagi?
Nara : Nggak, dia mau meeting. Aku lagi nunggu taksi online.
Adnan : Kenapa nggak bilang aku, aku bisa jemput.
Nara : Nggak usah. Ngerepotin.
Adnan : Nggak lah! Udah cancel aja. Aku jemput, ya?
Nara : Udah mau sampai, kasihan lah kalau di cancel.
Adnan : Ya udah, lain kali bilang aku kalau kamu berangkat sendiri. Nanti aku jemput.
Nara tidak membuka pesan yang terakhir itu. Hanya membacanya dari layar depan. Dijemput Adnan sama aja cari mati. Tapi sebenernya lelaki itu ngerti nggak sih, kalau mau nggak mau mereka nggak bisa lagi sedekat dulu.
Handphone Nara yang masih ditangan berdering, dan hampir saja jatuh karena Nara terkejut. Ternyata sopir taksi online yang ngabarin kalau dia sudah sampai.
Nara sama sekali nggak ngerti gimana ada orang yang bisa selingkuh dengan nyamannya, sementara cuma chatingan sama mantan pacar aja, Nara seperti dikejar-kejar dosa.
***
Hari demi hari terus berlalu. Yang awalnya Nara selalu was-was kalau sedang chatingan sama Adnan, sekarang rasanya biasa saja. Mungkin benar ya, segala sesuatu tuh bisa karena terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI IDAMAN
RomanceNara Aurelia menikah karena terpaksa. Demi hargadirinya yang sudah terlanjur terkoyak karena penghianatan pacar dengan temannya sendiri. Tapi siapa yang sangka, Refan Alfarezi adalah lelaki yang sempurna, yang bisa menerima masa lalu Nara yang hadir...