Bab 3

3.9K 475 7
                                    

Berbagai hidangan tersaji di meja makan yang panjang itu, dari sayur, daging, dan buah. Hidangan nya sangat terlihat lezat dan enak. Tetapi berbeda kondisi dengan yang sedang memakan makanan nya. Ketiga orang itu tidak ada yang membuka pembicaraan.

"Sampai kapan kau akan jadi dosen? Menjadi pewaris adalah dirimu." Kata pembuka yang tidak enak di dengar bagi lelaki berusia 28tahun itu.

"Seharusnya kau menunggu putra mu siap terlebih dahulu. Benar begitu kan taehyung."

Suara perempuan yang amat taehyung benci sok memberi perhatian. Taehyung tidak suka ketika wanita itu berpura pura menjadi baik saat ada ayah nya saja.
Ucapan ayah nya maupun ibu tiri nya tak taehyung jawab. Ia tetap memakan makanan nya hingga habis.

"Apa kau mendengar perkataan ku taehyung?" Hardik ayah nya.

"Dengar." Hanya satu kata tapi mampu membuat ayah nya tersulut emosi.

"Sampai kapan kau akan seperti ini terus? Melawan pada ayah dan ibu mu--"

"Aku tidak punya ibu. Ibu ku hanya satu." Kembali lagi taehyung membalas ucapan ayahnya dengan santai tapi mata nya menatap tajam ibu tiri nya yang duduk berhadapan dengan nya.

Taehyung bangkit dari duduk nya karna sudah selesai lebih dulu dengan makanan nya "Aku hanya akan setuju saat aku sudah siap. Ingat, saat aku sudah SIAP." Ujar taehyung dengan menekankan kata di akhirnya kalimat nya. Menatap ayah nya dengan tatapan tajam seakan tak takut dengan kemarahan ayah nya. Memang nya ayah nya berani memukuli nya? Tentu tidak dia tidak akan berani melakukan itu terhadap putra semata wayang nya walaupun kelakuan anaknya jauh dari kata sopan pada ayah maupun ibu nya itu.

Taehyung berjalan menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Sebenarnya taehyung malas harus makan malam dengan mereka terlebih ada si ibu tiri yang selalu sok baik pada taehyung.

"Aku tidak suka dengan wanita gila harta itu." Gumam taehyung. Ia pun masuk ke dalam kamarnya sekaligus mengunci nya terlalu malas jika harus menerima orang untuk masuk ke dalam kamarnya.

Taehyung membanting tubuh nya ke ranjang king size nya itu, menumpukan kedua tangan nya di belakang kepala sebagai bantalan untuk kepala dirinya sendiri. Taehyung menatap langit langit kamarnya sembari memikirkan gadis nya sekarang sedang apa. Ini baru pukul sembilan malam, dia belum tidur mungkin dia sedang makan atau belajar? Tidak tahu tapi malam ini taehyung akan mengunjungi nya.

***

Biasanya jika sudah pukul sembilan malam sooya sudah ada di kamar dan sibuk dengan membaca buku, tapi kali ini tidak bisa.
Sekarang tepat pukul 11 malam sooya baru saja pulang sehabis berjalan jalan dengan ayah dan juga kedua kakak nya. Selama berjalan jalan di mall pun sooya tidak terlalu banyak bicara, tetapi ayah nya tetap merangkul nya di sisi nya.

Setelah membuka pintu balkon sedikit agar udara malam masuk, Sooya menaruh tiga paperbag dengan tulisan PRADA itu di meja belajarnya, siapa lagi jika bukan pembelian ayah nya. Kedua kakak nya itu banyak memilih ini dan itu sedangkan sooya tidak terlalu banyak memilih malah ketiga nya pilihan ayah nya.

Dari pada membersihkan dirinya sooya lebih baik duduk di bangku dan menaruh kepala nya di meja belajarnya. Di saat orang lain memikirkan nasib nya di masa depan berbeda dengan sonya yang memikirkan nasib nya di esok hari. Hari hari di jalani begitu berat, menjadi seorang introvert dan tidak punya teman itu sulit. Pada siapa harus bercerita dan bersama siapa mengobrol ria.
Lama merenung hingga akhirnya sooya memutuskan untuk membersihkan dirinya.

Pintu kamar mandi baru tertutup beberapa detik tiba tiba seseorang sudah ada yang sampai ke balkon sooya dengan nafas memburu siapa lagi jika bukan taehyung sang pelaku nya. Lelaki itu membuka tudung hoodie nya. "Kenapa di buka? Biasanya sudah tertutup." Heran taehyung. Tak ingin berlama lama taehyung memilih untuk masuk ke dalam kamar sang gadis. Netra nya langsung pada ranjang. Yang dimana ranjang itu masih rapih belum sama sekali di tiduri, tapi netra taehyung langsung berpindah pada pintu kamar mandi yang tertutup rapat dan terdengar suara percikan air.

OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang