Bab 23

2.6K 408 25
                                    

"Tugas bisa di kumpulkan minggu depan."

"Baik sir." Jawab semua orang yang berada di kelas, taehyung baru saja mengakhiri kelas nya. Semua segerombolan mahasiswa dan mahasiswi itu keluar dari kelas, jika biasanya taehyung akan keluar paling akhir karna menunggu sooya, tapi tidak sekarang. Gadis itu absen dari kelas nya padahal dia datang pagi pagi sekali.

Ketika sedang berjalan menuju ruangan nya, taehyung menoleh pada lapangan kosong yang berada di bawah.

Terlihat dari jauh seorang gadis mengikat rambutnya menjadi satu dan melempar bola basket tapi tidak masuk ke ring, bukan sekali dua kali tapi beberapa kali. Lenguhan lelah nya sangat terdengar di telinga taehyung padahal jarak tak terlalu jauh tapi sonya tidak sadar akan keberadaan taehyung. Bisa terdengar ucapan frustasi nya karna belum juga memasukan basket ke dalam ring.

Peluh membasahi pelepis hingga ke leher nya membuat wajah nya lebih terlihat sangat putih.

Taehyung berjalan menghampiri tanpa sooya sadari. Lelaki itu menaruh buku yang di bawa beserta tas nya di pinggir lapangan dengan senyum yang terus terlihat di bibirnya.

"Mau ku ajari?"

Sooya langsung menoleh ke belakang ketika mendengar suara yang sangat dirinya kenali. Terlihat taehyung yang sudah bersedekap dada melihat sooya yang sedang membungkuk memegang kedua lutut nya.

"Aku bisa sendiri." Jawab sooya jutek, seolah masih teringat akan kejadian kemarin yang melibatkan masalah cukup serius.

Taehyung terkekeh dan melangkah menghampiri sooya sehingga sudah berhadapan dengan gadis itu "Benar? Kenapa lemparan nya meleset terus?"

"Karna ada sir, menganggu."

"Yasudah aku pergi." Taehyung baru saja akan membalikan badan tetapi sooya tidak menahan nya, seakan ucapan taehyung hanyalah angin lalu.

"Kau tidak menahan ku?" Tanya taehyung yang kini malah berbalik dan berhadapan dengan sooya kembali.

"Sir bilang ingin pergi, yasudah pergi."

"Kau marah padaku?" Tanya taehyung namun tak ada jawaban hanya tatapan jengah yang terpancar di mata sooya. Sooya memilih pergi mengambil bola basket itu lagi, taehyung tidak tinggal diam namun mengejar nya hingga berdiri di hadapan sooya lagi. Wajah yang berseri itu berubah drastis ketika melihat sikap sang pujaan hati yang kini berbeda.

"Jawab sooya!"

"Apa aku bisa marah pada sir? Mau semarah apapun aku tetap saja aku harus menahan amarah ku untuk tidak keluar!"

Terlihat mata itu perlahan berkaca-kaca. Taehyung tahu bahwa kini sooya sedang sedih. Bukankah seharusnya keduanya bahagia karna kini tidak perlu sembunyi sembunyi lagi jika ingin bermesraan? Karna restu sudah di dapat?

"Kau ada masalah?"

Sooya lantas menggeleng "Aku sedang lelah."

Sooya melempar bola basketnya asal, berniat akan pergi namun di tahan oleh taehyung. Lengan nya di cengkram begitu kuat.

"Kau tidak pandai dalam berbohong sooya, dari cara sikap hingga ucapan itu sudah terlihat bahwa kau sedang tidak baik baik saja."

"Andai saja aku tidak memilih universitas yang sama dengan kak jennie dan kak rose, mungkin aku tidak akan ada dalam masalah serumit ini. Karna awal dari semua masalah ku adalah obsesi mu sir."

Taehyung melihat kesana kemari sembari terkekeh masam "Kau menuduh semua masalah mu padaku? Apa salahku jika aku menyukai mu?"

"Apa sir menyukaiku? Coba tanyakan lagi pada diri sir sendiri. Bagaimana cara memperlakukan seseorang yang di sukai, apa dengan cara memaksa? Apa dengan cara mengedap ngedap masuk ke kamar nya tanpa izin?"

Sooya melepaskan cengkraman itu namun harus di tahan lagi karna taehyung tidak semudah itu melepaskan sooya.

"Setelah semua usaha yang ku lakukan untuk mendapatkan mu kau anggap itu masalah? Kenapa kini kau seberani ini sooya?"

Sooya meremas tangan nya sendiri ketika menatap tatapan tajam taehyung yang sepertinya berusaha menahan amarahnya yang siap keluar. Sooya salah memancing amarah taehyung yang tidak tahu akan jadi apa jika lelaki itu meluapkan emosinya.

"A-aku hanya--"

"A-aku hanya.. kasihan dengan k-kak jennie."

"Aku merebut semuanya darinya, ibuku, kasih sayang ayahku, dan kini sir yang berstatus mantan tunangan nya."

"Itu nasib nya sooya, bukan salah mu."

Sooya di tarik ke dalam pelukan nya taehyung, detik itu sooya sesengukan karna merasa sedari tadi tangis yang dirinya tahan keluar. Sooya sengaja membuat dirinya lelah, merasa sebagai bentuk hukuman karna sudah menjadi masalah untuk kakak nya sendiri.

Sooya menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.

***

Taehyung membuka pintu kamar nya saat seorang maid mengetuk pintu kamar nya beberapa kali dan memanggil namanya dengan sebutan 'tuan muda'

"Tuan menyuruh tuan muda untuk makan malam bersama."

"Hm, aku akan kesana." Maid pergi setelah taehyung menjawab ucapan nya. Taehyung  memasuki kamar nya kembali dan memakai kaos oblong berwarna putih.

Taehyung berjalan ke lantai bawah, melangkah dengan santai ke meja makan yang sudah terisi oleh ayah nya dan sang ibu tiri. Taehyung duduk di salah satu bangku yang sial nya berhadapan dengan ibu tiri yang sudah memakan makanan nya dengan anggun.

"Semua nya sudah aku lakukan untuk mu, lalu kapan kau akan menjadi penerus ku?"

"Bisakah beri waktu aku sedikit lagi?"

Daejoo menghela nafas dan memotong daging nya, menggeleng jengah dengan taehyung yang terus mengulur waktu. Memang siapa yang akan menjadi sang penerus selain taehyung. Istri kedua nya itu tidak bisa lagi memiliki anak setelah keguguran dua kali, hanya taehyung lah sekarang yang daejoo punya.

"Jadi.. kapan aku dan sooya akan menikah?"

"Jika aku mempercepat pernikahan mu dengan nya apakah kau akan cepat menggantikan ku?" Bukan nya menjawab pertanyaan taehyung, daejoo memilih menjawab nya dengan pertanyaan kembali.

"Emmm.. mungkin iya."

"Baiklah, besok aku akan memanggil orang orang yang sudah ku percaya untuk membawakan semua pilihan gaun dan dekorasinya."

"Bukankah itu terlalu cepat? Bahkan kau mengulur waktu saat taehyung akan menikah dengan jennie." Sambar sang ibu tiri yang sedikit tidak terima.

"Demi putraku bahagia, apakah itu salah? Sudah waktunya aku pensiun." Daejoo mengusap bibir nya dengan sapu tangan yang sudah tersedia.

Taehyung tersenyum miring melihat wajah tidak mengenakan dari ibu nya, bisa terlihat wajah tidak suka dengan pembicaraan ini, mengingat ibu tirinya ini wanita karir jadi dia lebih menyukai jennie. Tapi apa peduli taehyung? Pendapat sang ibu tiri hanya bagai angin lalu bagi nya. Penolakan ataupun pendapat ibu nya tidak akan berdampak apa apa pada keputusan taehyung yang tetap akan menikah dengan sonya.

TBC*

Dari pada tae di perebutin mending buat aku ajh lah.

Aku udah pernah bilang di beberapa bab sebelumnya bahwa yang bocil harap skip atau menjauh. Karna di sini ada adegan 18+ jadi yg masih nerobos bukan salah ku ya.

Makasih yang udah nunggu.. kapan lagi ni next nya?

KAYA NYA PART NYA BAKAL DI KURANGI DEH. SOALNYA KAN CERITA NYA KU REVISI JADI BEDA BANGET AMA YANG DULU YA.

OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang