Lanjut langkah 2, dimulai

8 1 0
                                    

Udah keliatan gaya happy boy yang udah move on kaya gitu belum?
.
.
Bab 11
.

Dengan kecepatan 80 km/jam, Darrel mengendarai motornya menuju rumah Farla. Ia terlihat tergesa-gesa serta gelisah karena satu hari ini mereka tidak bertemu. Bahkan sebelum pulang, ia memberanikan diri ke kelas Farla untuk mencarinya. Teman-temannya yang memanggilnya bermain voli di lapangan sekolah pun ia hiraukan.

Sesampainya di halaman rumah Farla, ia mendapati pagar terbuka dan mamanya yang sedang menyiram bunga. Agar terlihat sopan, ia melepas helmnya dan turun dari motor. Kakinya melangkah untuk memanggil mamanya yang sangat asyik dengan dunianya. Menyanyi sambil menggerakan selang air.

"Permisi tante," sapa Darrel yang sangat memperhatikan tingkah mama Farla. Dengan sigap, ia refleks menghalang tubuhnya menggunakan kedua tangannya karena tiba-tiba melihat selang air yang dibawa mama Farla malah diarahkan padanya.

"Eh, iya. Cari siapa?" Dugaan Darrel salah, ia memperhatikan tubuhnya masih utuh, tidak terkena siraman air. Sedikit malu, sih.

"Cari Farla, tante," jawabnya usai mencium tangan mama Farla.

"Dia belum pulang, nak."

"Oh, ya? Tante tau dia kemana?" Suara motor berhenti tepat di depan rumah Farla, terparkir di belakang motor Darrel. Kedatangannya menghentikan percakapan mereka.

"Makasih, mas!" seru Farla sembari melepas helm milik ojek online yang ia tumpangi.

"Eh, Darrel?" tebak Farla ketika memasuki area teras rumah.

"Farla, habis dari mana mbak?"

"Posesif amat sampe nyari aku ke rumah," jawab Farla kemudian mendekati mama untuk mencium tangan.

"Kamu dari mana, nak?"

"Aku habis jengukin Gavin, ma." Kedua mata mereka membelalak tak percaya.

"Dia sakit apa?" tanya mamanya yang mulai penasaran.

"Dipukul sama temennya."

"Kok bisa?"

"Gak tau, tiba-tiba aja dipukul. Kayanya kepukul." Darrel menahan diri, tidak ingin menggabungkan diri terlibat percakapan. Ia tahu Farla memang sedang berbohong.

"Lah, kok bisa. Terus parah banget Gavinnya?"

"Ya gitu, ma. Mukanya biru-biru sama gak bisa duduk lama-lama karena perutnya juga ketendang."

"Jangan-jangan dia di begal." Farla berpikir sejenak, mengapa tidak terpikirkan alasan itu.

"Gak tau, ma. Yang penting aku jengukin."

"Ketemu mamanya?"

"Iya, ma."

"Dia bilang kangen? Maksudnya kangen mama gitu," terka mama menyenggol siku anaknya itu.

"Gak ada, kalau mama mau temu kangen sama mamanya, chat aja," suruh Farla dengan nada ketus. Darrel yang terdiam sedari tadi tidak menyangka hubungan erat kedua orang tua mereka.

"Oh, iya. Nanti ajak Gavin sama kamu juga."

"EH! Gak usah, ma!" potong Farla berteriak menganggetkan dua manusia dihadapannya.

"Iya, iya. Mama kebelakang dulu. Kalian masuk aja ke ruang tamu, sana!" Keduanya pun mengikuti perinta mama dan duduk di sofa.

"Ngapain, bro?" tanya Farla to the point.

"Makan, yuk! Pengen bakso."

"Ha? Cuma mau ngajakin itu sampai gak ngabarin?"

"Cek hp lo sekarang!" suruh Darrel yang sedikit lagi bersiap untuk menerkam Farla.

Dua lembar kertas kusutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang