Mari mulai prosesnya!

7 0 0
                                    

.

.

Bab 14

.


06.30

Derap langkah kaki Darrel sudah berada di koridor sekolah dengan tingkatan afeknya yang berada pada nilai sempurna, bahagianya sedang meluap-luap. Bersiul menjadi penandanya yang ia ekspresikan melalui lagu favoritnya. Tangan kanannya menggendong tasnya dan tangan kirinya memegang kotak bekal yang telah ia janjikan kemarin untuk nona cantiknya. Sebelum menuju kelasnya, ia masuk ke kelas Farla yang sedang membaca novel di tempat duduknya.

"Selamat pagi, nona. Sesuai janji saya, nasi putih dan telur orak-orik serta tahu bakso pedas manis," sapa Darrel sambil meletakan kotak bekal tersebut di meja Farla kemudian memperagakan tangannya seperti para pramusaji di restoran.

Hari ini Farla manis, dengan cardigan ungunya dan jepit rambut dengan hiasan pita ungu di tepi poninya yang ia sama ratakan dengan helaian rambutnya. Darrel tidak bisa menghentikan senyum sumringahnya.

"Wah, terimakasih chef!" Tepuk tangan yang meriah dari Farla menggambarkan senangnya ia hari ini mendapatkan rezeki nomplok. "Emang bangun jam berapa, sih? Masih sempat dan ini masih pagi banget, loh." Laki-laki yang dipertanyakan jam kehidupannya itu, mulai duduk menyamping di kursi depan Farla dan memutar sembilan puluh derajat badannya menghadap ke belakang.

"Jam 5, sih. Dimakan ya, La! Bikinnya susah. Bayangin, jam 12 malam aku keliling nyari kecap. Gak ngerti juga kenapa otak aku tiba-tiba ingat kalau kecap udah habis," curhat Darrel yang membuat Farla tertawa ternahak-bahak.

"Eh, pas sampai warung, aku baru ingat lagi kalau tahu juga habis. Syukur pedagangnya juga jual tahu, tuh. Hampir gagal resep saya, nona." Pukulan tangan Farla meleset ditangan Darrel.

"Gak usah panggil gue nona, ih!"

"Kalau princess?" Farla melongo lalu menggeleng kasar. Darrel memangku dagunya dengan posisi sikunya di meja Farla.

"Queen, bisa?"

"Lebay banget! Panggil nama aja goblok!"

"Oke, deh. Kalau begitu aku balik ke kelas dulu, bye! Nanti balik sama aku karena aku mau ajak berdestinasi." Tanpa menunggu balasan, Darrel langsung bangkit dari kursinya lalu berbalik arah dan berjalan untuk keluar kelas. Namun langkahnya terhenti, mendapati Fhina yang mematung di depan papan tulis kelas.

"Ih, gak jelas banget!" dengus Farla yang hampir saja akan mengamuk. Tetapi pandangannya berubah seiring Darrel yang melangkah jauh perlahan sesekali terdiam di tempat seperti linglung. Bersamaan dengan itu, terlihatlah Fhina yang sedikit lagi akan berhadapan dengan Darrel.

Fhina mematung di depan papan tulis kelas seperti menunggu Darrel beranjak pergi dari tempat duduknya. Tatapannya ia coba alihkan ke luar kelas ketika Darrel lewat begitu saja berjarak 5 cm di hadapan Fhina dengan rentang waktu 3 detik tanpa sapaan, tanpa ekspresi, seperti orang yang tidak pernah saling kenal. Terlihat sekilas raut wajah Darrel yang songong dan tegas sedangkan Fhina menampakan dirinya yang mudah ditebak semua orang, menahan agar tetap tegar padahal ingin juga untuk saling sapa.

Usainya pemilik rambut belah dua itu pergi, Fhina langsung menuju tempat duduknya yang bersebelahan dengan Farla. Cepat-cepat Farla menyembunyikan kotak sarapan yang diberikan tadi dibawah laci meja. "Pagi, Fhin!" Farla membuka percakapan dengan harapan suasana tidak menjadi canggung.

"Sok nyapa! Curiga PR fisika lo belum nih," terka Fhina yang sempat membuat Farla syok dengan jawaban awalnya. Ternyata suasana sedang dibawa menjadi lolucon oleh Fhina.

"Sorry, kali ini gue rajin," seru Farla sembari mengibas rambutnya.

"Oh, kirain nonton pertandingan basket tadi malam," singgung Fhina namun Farla sibuk memainkan ponselnya.


Darrel XI MIPA 4

Gitu caranya memulai proses yang kamu bilang?

06.55

Gitu caranya anggap dia sebagai manusia?

06.55

Gitu caranya yang katanya jangan ada dendam sama mantan?

06.56


"SMA Wismagama main?" Selesai mengetik chat, Farla langsung menanggapi informasi yang ia terima. Fhina mengangguk malas mendengar temannya ini yang kurang update dan hampir kesal karena singgungannya cukup lama direspon.

"Menang?"

"Menang, seperti biasa masuk babak semifinal, gak tau kalau nanti final. La, kemana aja? Pertandingannya udah berjalan 5 hari, loh."

"Ya, aku kan gak tau dan gak ada yang ngasi tau."

Fhina menopang kepalanya dengan tangannya yang sikunya tertempel di meja, lalu menatap Farla, "instagram punya, kan? Masa gak lewat diberanda atau story orang gitu. Terus gak nonton mantan?". Makin menjadi menggodanya, Farla menaikan alisnya meminta jawaban.

"HIHHHHH!" teriakan Farla membuat satu kelasnya terdiam dan menoleh ke arahnya, sedangkan Fhina kaget hingga menutup kedua telinganya. "Maaf, maaf, maaf," lanjutnya bermohon ke sisi kanan, kiri, belakang.

"Lebay banget! Cuma nanya juga," balas Fhina dengan suara yang meninggi juga.

"Instagram untuk sementara aku hapus demi kelancaran mental agar tetap damai. Tapi...," henti Farla dengan tatapan penuh harap.

"Apa?" tanya Fhina meninggi.

"Temenin gue."

"Kemana?"

"Ke semifinal, kapan tuh?" Fhina yang mendengar permintaannya sedikit tercengang.

"Apa tadi? Kelancaran mental, ya? Biar damai, ya?" Farla mengangguk pada setiap pertanyaan. "Gue boleh kasi saran gak, sih?"

"Apa?"

"Kalau masih peduli, kenapa nolak dia kemarin buat balikan, bego?" Tatapan maut keduanya saling beradu.

"Kenapa? Lo juga masih sayang juga kan sama Darrel?'

"DIH, apa buktinya?" balas Fhina semakin meninggi nadanya. "Yaudah, katanya lusa tandingnya. Gue udah dapat bocoran sedikit dari panitianya."

"Oke, nanti gue jemput lo!"

"Jemput pake apa?"

"Sepedahhh." Tawa Fhina meledak membayangkan mereka berdua berboncengan menaiki sepeda.

"Serius aku," tegas Farla.

"Ke sekolah aja lo antar jemput, La."

"Eh, tapi yang tau rencana ini cuma lo, janji?" Farla langsung mengacungkan jari kelingkingnya dengan wajahnya yang mengancam.

"Iya, janji," balas Fhina dengan jari kelingkingnya. Lalu dibalas lagi dengan Farla yang semakin kuat mengeratkan jari kelingking mereka.

"Ah, tayang!" Farla langsung memeluk Fhina sangat erat kegirangan. 


---------------------------------------------------

Bingung kan move on nya tarik ulur

Jangan macem-macem, deh :')

Cukup mereka ber4 aja

Dua lembar kertas kusutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang