Biasakanlah untuk vote ⭐ sebelum membaca karena vote itu geratis dan muda cuman tinggal tekan bintang di ujung paaaaalinggggg bawah sebelah kiri atau kanan gk tau pokoknya di bawah.
klo mau komen juga gak papa tapi yang baik aja komennya okey lanjut ke cerita.
****
Sesampainya di rumah.
"Tuan muda." Sambut seorang pelayan sambil sedikit membungkuk an badannya.
"Hmm." Tanggapnya dan terus berjalan masuk kerumah.
Didalam rumah di ruang keluarga terdapat kakak dan ibunya yang sedang berbincang-bincang.
Melihat sosok yang di kenalnya masuk sang kakak pun berdiri menyambutnya.
"Ferno kau sudah pulang." Ucapnya sambil tersenyum.
"Ya" Balasnya sambil terus berjalan menaiki tangga.
"Apakah itu sikap yang pantas." Tegur Winda kepada putra keduanya itu.
"Kakak mu sedang berbicara dengan mu, dan kamu malah berjalan terus tidak menatap lawan bicara mu."
"Maaf kak." Menghentikan langkahnya dan menatap sang kakak dengan mata sayunya.
"Sudah lah mah tidak apa-apa mungkin adik sedang lelah."
Kata Ziko sambil memegang bahu ibunya untuk membimbingnya untuk duduk kembali.
Dia pun memberi isyarat untuk menyuruh sang adik untuk naik ke atas.
Setelah naik atas menuju kamarnya Ferno pun merebahkan dirinya di atas kasur miliknya.
"Huh" Menghela nafas sambil menatap langit langit dengan tatapan kosong.
Selang beberapa saat akhirnya dia tertidur.
***
"Ayah ibu lihat aku mendapatkan nilai 90." Teriak Ferno kecil melalui pintu masuk berlari sambil memegang kertas ujian nya.
Waktu itu Ferno masih berusia 8 tahun.
Mendengar teriakan dri Ferno kedua orang tuanya mengerutkan alisnya.
"Sebagai tuan muda kau tidak boleh berteriak seperti itu lagi lain kali." Tegur sang ayah.
Ferno langsung menghentikan langkahnya "baik yah."
"Ayah ibu lihat ini aku mendapatkan nilai 90." Ucapnya sambil tersenyum manis.
Andi mengambil kertas ujian milik Ferno dengan santai.
"90. kakakmu saja di usia sepertimu ini dia mendapatkan nilai sempurna." Kata Andi sambil membuang kertas ujian milik Ferno.
Senyum di wajah Ferno pun seketika langsung menghilang ketika mendengar perkataan ayahnya.
Padahal dia sudah belajar mati matian untuk ujian kali ini berharap mendapatkan nilai bagus.
Dia berharap mereka akan senang atau memujinya karena mendapat nilai yang tinggi.
Tapi semua tidak seperti yang dia harapkan.
Orang tuanya bukan saja tidak memujinya mereka bahkan membandingkan nya dengan kakaknya.
Ferno kecil pun mengepalkan tangannya dengan kesal.
Tapi dia tidak menujukan kekesalan nya di wajah nya.
"Kau seharusnya belaja lebih giat agar mendapatkan nilai sempurna seperti kakakmu." Ucap sang ibu.
Perkataan ibunya itu seperi bahan bakar yang membuat dirinya yang kesal menjadi semakin kesal dengan sang kakaknya.
'Mengapa selalu kakak, apakah kalian tidak melihat seberapa keras aku belajar untuk ujian kali ini. Kalian bahkan tidak melihatnya, di mata kalian cuma hanya ada Ziko.'ucap kesal Ferno dalam hati.
"Baik bu aku akan belajar lebh giat lagi agar mendapat nilai sempurna."
Lalu berbalik ingin menaiki tangga menuju kamar nya namun ia menghentikan langkah nya
"Ohiya ayah minggu depan semua orang tua murid di suruh hadir untuk membahas sesuatu."
"Ayah tidak bisa pergi biar pengurus rumah saja yang pergi." Kata sang ayah sambil terus mengerjakan pekerjaannya di laptop nya.
"Ibu bisakan kau datang." Sambil berbalik ke arah ibunya.
"Ibu juga tidak bisa pergi karna ibu ada urusan di luar negeri minggu depan." Kata sang ibu sambil menatap ke arah nya.
"Oh baiklah, kalau begitu Ferno naik keatas dulu." Meninggal kan kedua orang tuanya.
Di jalan menuju kekamar nya ferno bertemu sang kakak.
"Hai Ferno kau sudah pulang." Sapa sang kakak.
"Ya"
"Bagaimana hasil ujian mu?" Ziko bertanya kepada Ferno dengan senyuman.
"Tidak sebagus nilai punyamu." Jawabannya dengan wajah masam.
"Coba ku lihat" Sambil mengambil kertas yang ada di tangan Ferno.
"Hey, kau." Kaget dengan pergerakan Ziko.
"90 itu bagus loh." Kaya Ziko setelah melihat hasil ujian sang adik.
"Jika kau ingin mengejek ejek saja tidak perlu bersikap sok rendah hati dengan memuji." Katanya dengan marah dan lari masuk kekamar.
"Hei kau kenapa?" Tanya Ziko heran dengan reaksi berlebihan dari Ferno.
Ziko ikut masuk kekamar Ferno.
"Kenapa dengan reaksi mu itu, kan aku hanya memujimu mengapa kau marah?" Ziko menarik tangan Ferno sambil menanyainya.
"Heh memuji."
"Itu lebih seprti hinaan bagiku." Ucap Ferno marah sambil menghempaskan tangan nya.
"Kau hanya ingin mengejekku kan karena tidak dapat nilai sesempurna punya mu."
"Ferno apa maksud mu?"
"Apa kau tau seberapa lelahnya aku belajar mati-matian untuk ujian kali ini Aku bahkan tidak tidur tidak makan untuk mendapatkan nilai ini."Pekik Ferno dengan mata yang memerah karena marah.
"Dan kau tau apa yang mereka katakan padaku."
Ziko hanya menggelengkan kepalanya karena tidak tahu.
"Mereka membandingkan ku dengan kamu."
"Mereka bilang kau memiliki nilai lebih bagus lebih sempurna dari ku saat kau seusia dengan ku."
"Kau bahkan tidak bekerja keras sekeras aku tapi mengapa kau selalu lebih unggul dari ku KENAPA." Sambil menarik kerah Ziko.
"Itu kan hanya pendapat mereka, mengapa kau harus nelampiaskan amarahnya kepada ku." Mencoba melepaskan diri dari cengkraman Ferno.
"Aku membencimu kenapa kau harus jadi kakak ku." Sambil meninju wajah ziko.
"Mereka bahkan tidak pernah datang kesekolah ku untuk rapat orang tua murid."
"Tapi mereka selalu datang jika itu kamu." Sambil terus memukul ziko.
Ziko hanya bisa menangkis serangan Ferno denga tangan agar tidak terlalu parah melukai wajah nya.
Selang beberapa menit mereka berkelahi.
Brakk.
KAMU SEDANG MEMBACA
the disappearance of the second young master (ferno)
Short StoryMengisahkan cerita tentang kehidupan Ferno Alendra Zeuska. Yang mendapatkan perlakuan jauh berbeda dari kakaknya yaitu Ziko Alendra Dwi Sangga. Orang tuanya yang selalu membandingkannya dengan kakaknya membuat dia sangat membenci kakaknya. Bagaim...