Bab:3.Mimpi (2)

17 3 0
                                    

Oke sebelum lanjut ada baiknya kalian vote ⭐ & komen 💬 karena itu semua geratiss.

Ehh gak juga sih ding klo komen sih harus hiduppin data jdi klo males komen vote aja ygy. Lanjut ke cerita.

           ***

Brakkk

"Apa yang terjadi di sini."

Tanya Andi kepada kedua putranya. Setelah dia menendang pintu dan masuk

Iya melihat Ziko yang wajahnya sudah lebam akibat tinjuaan dari Ferno lalu dia melihat ke arah Ferno yang pakaiannya sudah lucek.

Dari perkelahian tadi ziko tidak melawan dia hanya menangkis serangan dari ferno saja.

Itulah mengapa wajah Ferno baik-baik saja.

"Mengapa kalian bertengkar." Tanya Andi dengan marah.

"Ziko apakah kau baik-baik saja." Tanya sang ibu kawatir saat melihat putra sulung nya itu babak belur.

"Aku baik baik saja bu." Jawab Ziko dengan nada menenangkan.

"Apakah ada yang sakit ditempat lain?" Tanya Andi sambil berjongkok di depan putranya.

"Aku baik baik saja ayah, ibu." Ziko tersenyum untuk meyakinkan orang tuanya bahwa ia baik-baik saja walaupun harus menahan rasa sakit di sudut bibirnya akibat serangan dari Ferno.

Ferno yang dari tadi memperhatikan tiga keluarga bahagia itu pun hanya bisa mengepalkan tangannya dengan nafas yang memburu.

Dia sangat kesal saat melihat orang tuanya hanya peduli pada kakak nya.

"Ferno mengapa kau memukul kakak mu." Tanya Andi sambil berdiri menuju ferno.

"Karena aku benci dia." Jawab ferno dengan menundukkan kepalanya.

"Bagus." Kata Andi sambil menahan marah "datang ke ruang kerjaku nanti."

Andi menhampiri istri dan putra sulung nya.

"Sayang bawa ziko untuk istirahat di kamar nya." Berjalan ke luar kamar.

Tapi ia merasakan tarikan dari lengan baju nya ia pun menoleh melihat siapa yang menarik nya.

"Ayah mengapa kau hanya menyuruh ferno ke ruang kerja mu." Tanya ziko.

"Kan yang berkelahi kami berdua jadi jika kau ingin menghukum, hukum kami berdua." Lanjut ziko.

"Ayah tidak akan menghukumnya, ayah hanya ingin menanyakan tentang hasil ujiannya saja." Sambil menepuk pelan kepala Ziko.

"Benarkah"

"Ya. Jadi kau istirahat dulu ya."

Diruang kerja Andi duduk di kursinya.

Tok
Tok
Tok

Terdengar suara ketokan melalui pintu.

"Masuk" Perintah Andi ke seseorang yang mentok.

Mendengar perintah Andi ferno pun masuk "ayah." Sambil berdiri di depan meja Andi dengan kepala menunduk.

Setelah Ferno masuk ruangan itupun sunyi untuk beberapa saat.

jarum jatuh pun bisa terdengar di dalam ruangan itu sanking sunyinya.

"Mengapa kau memukul Ziko."tanya Andi dengan hawa yang mengintimidasi.

" Karena aku kesal dengan nya, aku benci dia."jawab ferno walaupun ia merasa tertekan dengan hawa yang dikeluarkan dari tubuh ayahnya.

Mendengar jawaban ferno Andi berdiri mengambil cambuk yang berada di rak belakang dan berjalan menuju ferno.

Dia pun langsung men cambukan cambuk itu ke tubuh kecil ferno.

"AKU MENYURUHMU UNTUK SEPERTI DIA BUKAN MEMBENCINYA." Pekik Andi sambil terus mengayunkan cambuk nya ke arah ferno.

"Ah... Sakit ayah ampun." Kata ferno dengan menciutkan tubuh nya karena ngerasa sakit akibat cambuk sang ayah.

"Sakit kau bilang, apakah kau tidak tau seberapa sakit kakamu saat kau pukul."

"Biar ku bantu kau merasakan sakit yang sama." Sambil terus mencambuk ferno kadang sesekali ia menendangnya.

"Aku membesarkan mu untuk menjadi orang sukses bukan menjadi berandalan."

"Anak tak tau di untung."

"Kau bahkan berani memukul kakamu sendiri."

"Aku tidak akan mempermasalahkannya jika kau juga pintar dan berbakat seperti kakamu, tapi tidak kau bahkan tidak sebaik kakamu dan kau berani membencinya."

"Berdiri kau anak sialan." Kata Andi menaruh cambuk nya dan mengambil sebatang kayu di samping meja.

"Ayah ampun, aku tau salah aku tidak akan membenci kakak lagi dan aku akan belaja lebih giat lagi." Mohon Ferno sambil berusaha untuk berdiri.

Kini tubuh nya sudah lemah, baju yang dia kenakan sudah robek akibat cambukan dari Andi.

Dapat terlihat dari robekan bajunya, darah mengalir dari punggung kecil milik Ferno itu.

Tubuh kecilnya itu sudah penuh luka akibat cambuk kan dan tendang dari sang ayah.

Setelah dia berdiri Andi melanjutkan memukul betis nya dengan sebatang kayu yang dia ambil tadi.




"Heeheehee" Nafas memburu  dengan keringat dingin membasahi tubuh nya ferno pun langsung bangun dari tidur.

Melihat sekelilingnya memastikan dia masih di kamar baru ia mengusap kasar wajahnya.

"Huff.cuma mimpi." Katanya lalu berbaring lagi sambil menatap langit-langit kamar.

"Sial kenapa gue harus memimpikan itu lagi sihh." Sambil mengacak-acak rambut nya frustasi.

Mengingat masa kecilnya yang suram itu dia sangat kesal.

Karena menurutnya masa kecilnya itu telah menjadi duri yang bersarang di hati nya.

Apa lagi saat kejadian itu yang membuat ia mematahkan tulang rusuknya.

Dia bahkan demam namun orang tua nya tidak menhiraukanny.

Jika bukan karena pengurus rumah yang membawanya ke rumah sakit tepat waktu munkin nyawanya tidak tertolong lagi.

Dia merasa tertekan saat mengingat massa itu.

Biasanya jika anak kecil masih bermain main di usia nya 3 tahun tapi tidak untuk nya.

Karena sejak dia masih berusia tiga tahun saja dia sudah di tuntut untuk belajar.

Bahkan tidak ada hari libur untuk nya.

Sehari 24 jam  dan dia belaja salam 14 jam dalam sehari.

2 jam untuk makan dan 8 jam untuk tidur.

Dan jika dia telat dalam pelajarannya dia akan di hukum.

Bahkan hingga saat ini pun  itu masih sama.

"Tuan muda ferno anda sudah melewatkan 20 menit jam pelajaran."

Terdengar suara pengurus rumah dari luar kamar nya.

Dia pun bangun mencuci muka lalu keluar pergi menuju tempat pelajaran.

           ******

Sampai sini aja nanti lanjut....

Sampai jumpa di chapture selanjutnya

Bay Bay👋👋👋👋

the disappearance of the second young master (ferno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang