Bagian 3 : Perkara Di Jalan

220 40 1
                                    

Baru Juga Bisa Menjadi Lama
"Perkara Di Jalan"
.
.
Boboiboy Galaxy ©Animonsta Studios
Mechamato ©Animonsta Studios

Boboiboy Fanfiction ©Sei Eonni

•••

Sepulangnya dia dari makan malam di luar, Taufan sendirian. Amato bilang dia menyewa kontrakan tak jauh dari tempat jejeran jajanan malam yang mereka kunjungi tadi. Sebelum berpisah, Taufan sudah menawarkan Amato untuk tidur di rumahnya, tapi karena Ayahnya memutuskan untuk menginapnya besok, jadi mau bagaimana lagi. Taufan sudah sampai di depan pintu rumahnya, kemudian dia membuka pintu yang tidak dikunci seperti yang dipintanya sebelum pergi.

"Assalamu'alaikum."

Tidak ada sahutan setelah Taufan masuk, lalu pintu ditutupnya lagi dan dikunci. Ketika Taufan akan melewati ruang tengah, langkahnya jadi terhenti begitu atensinya menangkap figur Gempa tengah terlelap di sofa. Taufan mengerjap bingung, lalu dia mendesah pelan begitu mengerti.

Kemudian Taufan lanjut melewati ruang tengah menuju lantai 2. Namun tidak lama, dia kembali menuju ruang tengah seraya membawa dua buah selimut dan satu tilam. Tilam tersebut dibentangkannya di dekat sofa yang ditiduri Gempa. Setelah tilamnya digelar rapi dengan selimut dan bantal yang diambilnya dari sofa, Taufan menghampiri Gempa lalu membentangkan satu lagi selimut untuk menutupi tubuh adik kembarnya itu.

"Udah gue bilang jangan nungguin juga," cibir Taufan, walau begitu dia tersenyum.

Setelah itu dia duduk di atas tilamnya sambil menyalakan HP yang lama tidak disentuhnya seharian ini. Di samping ikon baterai yang menunjukkan seperempat energinya terkuras, tertera empat angka yang menunjukkan waktu sekarang. Sudah pukul sebelas kurang duapuluh lima menit, berarti sudah dua jam lebih dia di luar tadi.

Taufan merebahkan tubuhnya sambil masih menatap kosong layar lockscreennya. Inginnya dia memainkan satu permainan saja jadi batal karena membayangkan Gempa terbangun dan menciduknya bergadang bermain game lebih ampuh membuat bulu kuduknya meremang ketibang diperhatikan diam-diam oleh penghuni pohon nangka milik tetangga yang hobi bergelantungan sambil menangis.

Eh tidak, tidak! Keduanya sama-sama nyeremin!

Taufan meringis seraya menggeleng kepalanya. Daripada dia dibuat tidak bisa tidur oleh pikiran tabu tentang penghuni pohon nangka itu, lebih baik dia segera tarik selimut lalu bobo manis saja.
.

.

"Kak Ufan, bangun, Kak!"

Matahari masih belum terbit dan Gempa sudah terbangun. Tidak kaget karena dia sudah menduga akan ketiduran saat menunggu Taufan pulang, tapi dia tidak mengira dia akan terlonjak menemukan Taufan sudah pulang dan tidur di lantai dengan tilam di ruang tengah bersamanya.

Kelopak mata Taufan akhirnya terbuka sedikit. Dilihatnya visual seseorang yang nampak buram, tapi dia bisa langsung tahu siapa orang itu. Taufan bangun terduduk dengan malas, juga tangannya reflek terangkat menutup mulutnya yang terbuka lebar tengah menguap.

"Kenapa, Gem?" tanya Taufan setengah sadar, lalu dia menepuk-nepuk pipinya sendiri guna mendapat kesadaran penuh.

"Melek dulu!"

"Nih."

Lalu Taufan semakin melebarkan kelopak matanya dengan ibu jari dan jari telunjuknya menahan. Kini dia seperti sedang melotot. Namun bukannya risih, Gempa malah tertawa garing.

"Tadi pulang jam berapa? Kok gak tidur di kamar?" tanyanya.

"Jam sebelas kurang. Lu ketiduran di sini, gue jadi gak enak. Lagian gue dah bilang jangan nungguin," jawab Taufan.

Baru Juga Bisa Menjadi Lama | Boboiboy FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang