Chapter 7 : Si Penembak

155 32 11
                                    

Baru Juga Bisa Menjadi Lama
"Si Penembak"
.
.
Boboiboy Galaxy ©Animonsta Studios
Mechamato ©Animonsta Studios

Boboiboy Fanfiction ©Sei Eonni

•••

Sebelum insiden penculikkan itu terjadi...

'Gue gak bisa jemput kalian. Maaf.'

Notifikasi pesan yang tampil di layar kunci ponsel itu mengatakannya, helaan nafas lolos dari mulut seorang pemuda bernetra biru pudar. Tidak sekali dua kali dia mendapat balasan yang sama, jadi tidak ada alasan untuknya protes.

"Gimana, Bang?" tanya seorang pemuda lainnya yang berdiri di samping pemuda bernetra biru pudar itu.

Yang terpanggil pun menoleh dan menggeleng. Dia tak banyak bicara, tapi pemuda dengan netra berwarna hijau itu sepertinya paham maksud gelengan tadi. Diapun memasang wajah cemberut.

"Padahal katanya hari ini Bang Hali mau buatin susu goreng," cicitnya.

Tentunya pemuda bernetra biru pudar itu merasakan hal yang sama, tapi dia mengerti keadaan ini. Dia yang mereka sebut 'Bang Hali' harus pergi bersama sang Ayah lagi untuk suatu tujuan. Tangan yang tersembunyi di balik kantung jaketnya terangkat untuk menepuk pucuk kepala yang termuda.

"Kita buat berdua aja." Orang itupun bersuara.

"Eh, emang Bang Ice tau cara bikinnya?"

"Lihat tutorial."

Seketika wajah cemberut yang termuda berubah cerah kala sang Kakak; Ice namanya, menyarankan solusi demikian.

"Boleh deh! Yuk Bang, kita cepet pulang!" serunya senang sembari menarik tangan Ice guna mempercepat jalannya.

"Gak usah tarik-tarik, Dur, gue capek," pinta Ice.

"Kalau kita gak cepet, nanti Ayah sama Bang Hali keburu pulang. Susu gorengnya kita bikin kejutan aja buat mereka."

"Mereka baru pergi beberapa menit yang lalu padahal."

Bagaimana adiknya yang bernama Duri itu masih kuat berjalan sambil menggendong tas gunung yang beratnya seperti menanggung dosa? Ice tidak habis pikir. Mereka baru saja kembali dari kegiatan kemah sekolah, tak heran kenapa mereka membawa tas gunung. Juga Ice yang kurang tidur karena kegiatan tersebut membatasi waktu tidurnya hingga membuatnya sangat lelah.

Cukup lama mereka berjalan dan tenaga Ice sudah terkuras habis. Kemudian dia meminta Duri untuk berhenti dan memilih duduk di kursi terdekat. Duri menatap cemas pada kakaknya, namun Ice segera meyakinkannya dengan mengatakan dia baik-baik saja.

"Ada minimarket dekat sini, Bang. Mau Duri beliin minum?" tawar Duri.

Ice mengangguk, "boleh, sekalian beliin ciki."

Setelah memberi beberapa lembar uang pada Duri, Duri pun melengos pergi menuju minimarket yang disebutkannya tadi, sementara Ice menunggunya di kursi sambil memejamkan mata sejenak. Tanpa dia sadar, ada dua orang lain yang juga ikut duduk di kursi yang sama.

Terdengar sound game dari ponsel milik orang yang duduk di sebelah Ice, suara itu berhasil membuat tidur Ice terganggu. Dia sedikit membuka mata dan melihat siapa yang membuat suara berisik itu. Visinya yang buram harus dikedipkan beberapa kali agar cahaya yang masuk ke matanya dapat disesuaikan. Usai dapat melihat dengan jelas, kelopak matanya melebar dengan manik birunya membulat kecil. Tidak akan ada yang menyadari dirinya sedang terbelalak karena tertutupi lidah topinya yang turun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baru Juga Bisa Menjadi Lama | Boboiboy FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang