Bel tanda istirahat telah berbunyi. Seorang gadis berambut sebahu keluar dari kelas 11 IPA. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Dia menarik dan mengeluarkan napas lega. Setelah pelajaran fisika telah selesai. Jujur saja, fisika adalah salah satu pelajaran yang kurang dia sukai.
Nama gadis itu adalah Erina. Dia berdiri tepat di depan kelas, dengan kedua tangan yang memegangi kotak bekal makan siangnya. Sudut bibirnya tak henti-henti terangkat. Apalagi ketika dia memikirkan siapa yang akan dia temui saat ini. "Arga pasti suka, nasi goreng buatan Mama," gumam Erina.
Sebelum melangkahkan kaki menuju kelas pacarnya. Erina sempat merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel. Dia membuka aplikasi kamera, berniat bercermin. Di kamera ponsel, menunjukkan wajah putih mulus tanpa noda. Erina bisa melihat, seorang gadis berambut sebahu dengan hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah muda. Tanpa sadar, senyuman terbit di wajah Erina.
Padahal, kenyataannya tak sesuai kamera ponsel. Wajah asli Erina dihiasi dua mata panda. Dia juga memiliki beberapa bekas jerawat, ditambah dengan pipi tembam, dan kulit kusam. Setidaknya hal yang benar dari ponsel itu adalah, rambut, hidung dan bibir tipis Erina. "Rambut udah rapi. Urusan wajah kentang gak usah dipikirin. Lagian Arga gak pernah masalahin soal wajah," monolog Erina.
Sinar matahari menyinari langkah kaki Erina. Tak jarang, Erina bersenandung kecil, tak sabar bertemu Arga. Siapa gadis yang tak bahagia, jika bertemu dengan pujaan hatinya?
Hanya saja, ketika Erina melirik ke arah lapangan basket. Sudut bibirnya langsung turun. Dia merasakan hatinya memanas, dengan tatapan tak bersahabat. Penyebabnya bukanlah matahari yang bersinar terang di atas langit. Melainkan, rasa cemburu yang menjalar ke hatinya.
Bagaimana tidak? Bola mata Erina melihat langsung orang yang berstatus sebagai pacarnya, sedang bersama dengan gadis populer satu sekolah. "Tenang, tenang, gak usah cemburu. Mungkin mereka lagi diskusi," batin Erina.
Ya! Mereka memang sedang berdiskusi, dan topik diskusi mereka adalah Erina.
Jujur, sebenarnya Erina tak keberatan jika Arga berdekatan dengan teman perempuannya. Namun, entah kenapa Erina tak suka Arga dekat dengan Sabrina. Mungkin karena Sabrina mempunyai wajah cantik yang selalu berhasil membuat para siswa jatuh hati. Berbanding terbalik dengan Erina, yang keberadaannya bahkan seperti makhluk tak kasat mata. Erina takut, Sabrina akan membuat Arga berpaling.
"Erina? Yakali gue suka sama cewek kayak dia," ucap Arga pada Sabrina.
Erina langsung berhenti melangkah, mendengar ucapan Arga.
"Gue macarin cewek itu cuman karena kalah taruhan. Selebihnya, gue gak pernah punya perasaan lebih sama dia," lanjut Arga.
Jantung Erina berdetak kencang, sementara tangannya bergetar hebat. Tanpa sadar, Erina memegang erat kotak bekal makan siangnya. Dia baru tahu, jika Arga tak pernah tulus menjadi pacarnya. Kenapa Erina baru menyadarinya sekarang?
Sabrina menganggukkan kepala, dia kemudian berkomentar, "Gue kira lo beneran suka sama Erina. Kalian pasangan paling unik di sekolah soalnya."
"Seorang pangeran sekolah, pacaran sama siswi biasa. Udah kayak di drama-drama yang gue tonton aja," lanjut Sabrina.
Arga tertawa kecil. Dia menggeleng-gelengkan kepala kemudian berucap, "Sebenernya pacaran sama Erina itu banyak untungnya. Dia biasa gue jadiin babu dadakan. Lo tau? Semua yang gue suruh pasti dia turutin."
KAMU SEDANG MEMBACA
BYE BYE MY NIGHTMARE ☑
Teen FictionTentang Erina, yang merasa dirinya seperti kentang. Lalu ditantang menjadi bintang, oleh cowok berhidung mancung, yang pantang berutang. · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · "Gue cape, dihina dan direndahin. Gue juga gak mau, terus jadi beban kedua orang tua. Hi...