✩31. Batu Bulan✩

50 20 2
                                    

Erina berjalan lesu menuju parkiran sekolah. Niatnya ingin pulang, sembari memesan ojek online. Dia terkadang menendang batu kerikil, sebelum berhenti melihat ke arah ponselnya. Erina mendengkus, karena jaringan internet ponselnya mulai melambat. "Kuota gue udah ampir abis kayaknya."

"Gak bisa pesen ojol," gumam Erina. Gadis itu terdiam beberapa saat, lalu melihat ke arah ruangan klub teater. Terbesit ide di kepalanya untuk berjalan ke arah sana, kemudian menanyakan bagaimana persiapan untuk tampil. Apa mereka sudah mencari pengganti Erina dan Sabrina? Atau mereka tak jadi menampilkan drama putri bulan?

"Udahlah, gak usah dipikirin. Toh ini bukan masalah gue," kata Erina memilih untuk tak peduli. Namun, tetap saja rasa penasaran memenuhi benak Erina. Gadis itu akhirnya memeriksa pesan yang dikirim Febri.

Awalnya Erina berpikir, Febri akan menyalahkannya lalu membela Sabrina. Terlebih lagi, Sabrina merupakan teman dekat Febri di klub teater. Akan tetapi, Erina langsung tersentuh, membaca permintaan maaf Febri dan ajakan untuk kembali bermain peran. Erina mengentak-entakan kaki, dia mengomel pada dirinya sendiri, "Padahal Febri cuman mau minta maaf, tapi gue malah gak baca apalagi bales pesannya."

"Ini karena gue terlalu baper," gerutu Erina. Gadis itu berniat mengirim pesan pada Febri.

"Erina," panggil Nicholas yang tiba-tiba muncul di belakang Erina. Sontak, Erina tersentak kaget. Dia berbalik ke belakang, menemukan Nicholas dengan tatapan heran. Nicholas diam-diam mengintip ke arah layar ponsel Erina. Dia tersenyum, lalu berkata, "Lo ngapain berdiri di sini sendirian."

"Nungguin ojol?" tanya Nicholas.

Erina menganggukan kepala, lalu segera memasukan ponselnya ke saku.

"Kalo mau nungguin ojol, jangan di sini juga. Lo ngalangin jalan," kata Nicholas. Nicholas kemudian menunjuk ke arah sebuah sepeda motor yang ada di tempat parkir. Dia mengajak, "Mendingan pulang bareng gue aja. Gue bawa motor kok."

Erina menolak tawaran Nicholas,"Gak usah. Gue takut kena tilang, kalo motornya dibawa sama lo."

"Tenang aja, selain bawel, gue juga taat aturan lalu lintas kok," kata Nicholas percaya diri.

Erina merotasikan bola mata, dia menyilangkan tangan di depan dada lalu menjawab,"Emangnya usia lo udah berapa tahun? Udah delapan belas tahun 'kah? Punya sim?"

Pertanyaan Erina membuat Nicholas tersenyum kikuk. Cowok itu tanpa permisi, memegangi telapak tangan Erina. Dia mengajak, "Ayolah, tumpangan gratis jangan dilewatkan."

Erina yang mendengar kata gratis, langsung ikut berjalan bersama Nicholas. Dia tersenyum senang, mengingat uangnya aman tersimpan.   Namun, sebelum Nicholas memberikannya sebuah helm. Cowok itu tiba-tiba melirik ke sekeliling. Nicholas berbisik, "Erina, sebelum pulang ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo."

"Ngomongin apa?" tanya Erina.

"Pokoknya masalah penting," lanjut Nicholas.

Nicholas tak jadi memberikan helm pada Erina. Dia malah membawa Erina pergi menuju ruang klub teater. Erina langsung berhenti berjalan, dia belum siap jika harus bertemu dengan anggota klub teater. Perkataan mereka masih tertancap jelas di otaknya. Walaupun Febri sudah meminta maaf. "Erina, Febri minta lo, supaya meranin peran Putri bulan."

Erina tak terkejut mendengar perkataan Nicholas. Dia segera menolak, tak mau terlibat lagi dengan Sabrina. Pasti Sabrina akan marah, atau semakin membuat Erina tertekan. Erina masih belum bisa melupakan kejadian, saat Sabrina menuduh Erina dengan alasan dulu Erina mengincar posisinya.

"Enggak mau. Cari orang lain aja. Anggota klub 'kan banyak, bukan cuman gue doang," jawab Erina.

Nicholas berucap,"Peran penjajah punya lo, udah diperanin sama Naya. Karena dialog dan gerakannya gak serumit putri bulan."

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang