⚜️6 : Pentas Seni⚜️

18 8 1
                                    

• • • • •

Hal yang mungkin membuat semua orang bahkan aku sendiri cukup kaget, Yunho bisa berakting.

Betul. Yunho diterima ikut dalam Drama Musikal yang akan diselenggarakan untuk menyambut ulang tahun Sekolah.

Bukan hanya itu saja, hal yang paling mengejutkan adalah dia akan menjadi pemeran utama laki-lakinya.

Sangat waw sekali bukan :)

Anak berbadan besar tapi bermental bocah 5 tahun itu bisa menjadi pemeran utama dalam pentas ini? Seberapa banyak lagi talenta Yunho yang ia sembunyikan?

Sekarang aku sedang duduk didepan teras rumah bersama Yunho yang asik membaca naskah sekaligus menghafalkannya.

Mulutnya yang penuh akan donat sembari berkomat-kamit sambil melihat keatas langit. Sangat gigih sekali.

"Makan ya makan dulu. Jangan menghafal sambil makan. Kesedek baru tau rasa."

Air liurku belum kering tiba-tiba dia langsung terbatuk akibat menelan sambil bernapas.

Aku hanya bisa merotasikan bola mata dan memberinya minum untuk menghilangkan sesak di kerongkongannya.

"Ugh! Jangan ngomong gitu dong. Kan beneran!"

"Ya habis kamu makan pipi penuh kiri kanan, mana sambil muncrat lagi. Dikira gak risih apa liatnya!"

"Jangan liat kalo gitu!"

"Aku punya mata!"

Dia hanya membalas menatapku dengan sinis. Dasar bocah.

Tidak lama setelahnya dia menutup kertas naskah dengan kasar, lalu beranjak pergi menuju rumput hijau di halaman rumah.

Kukira dia hanya ingin berdiam diri saja sambil menadahkan tangannya keatas seperti orang minta sedekah.

Tidak waras. Pikirku.

Setelah puas berlari kesana-kemari, iapun kembali menuju teras rumah dan kembali duduk dengan napas yang sedikit berat akibat terlalu banyak lari.

"Hah... Capek."

Aku tidak ingin merespon karena itu hanya akan membuatku pusing dengan kelakuannya sekarang.

"Ily.."

"Hmm?"

"Kata bunda kalo kita sudah dewasa nanti bakal menjalani kehidupannya masing-masing, kuliah, bekerja, beli rumah, beli mobil, terus cari jodoh."

Tetap diam, sambil membaca novel yang sebenarnya akupun tidak fokus pada bacaan tersebut.

"Tapi keknya opsi terakhir gak bakal aku lakuin."

"Kenapa gitu?"

Dia menoleh.

"Buat apa mencari kalo jodohnya aja udah ada disamping aku?"

Anak ini benar-benar.

Tidak bisakah mulutnya sehari saja diam untuk tidak melontarkan kata-kata yang bisa membuat jantungku berpacu lebih cepat?

"Ngaco banget."

"Dih? Lebih ngaco mana aku sama kamu yang tiba-tiba ngajakin pacaran waktu makan siang kemarin?"

Skakmat.

"Lagian aku belum jawab iya apa enggaknya aja udah main kabur duluan. Kamu beneran mau aku seriusin gak sih?"

Wajahnya mulai menandakan frustrasi akibat memikirkan ulah yang kuperbuat, tapi dimataku dia tetap lucu.

"Jangan serius-serius dulu, yu. Pikirin dulu kita satu bulan lagi bakal seleksi masuk kampus."

Dia masih marah bersama wajahnya yang berubah menjadi cemberut itu. Kadang aku berpikir ini yang lebih tua aku apa dia?

"Ily, kalo semisalnya tiba-tiba aku gagal masuk kampus kayak kamu, apa kamu bakal tetep mau temenan sama aku?"

Pemikiran konyol macam apalagi itu?

"Kayaknya kamu makin melankolis aja aku liat. Efek naskah yang kamu baca kayaknya ya?"

Tiba-tiba saja dia tersenyum layaknya anak kecil yang ketahuan ibunya sedang menyembunyikan permen dikantong.

"Hehe. Aku lagi ngeperagain diri aku yang bikin janji sama tuan putrinya, janji bakal nungguin si pangeran pulang dari perang. Bagus gak? Kan feelnya harus berasa."

Terserah, yu. Aku iyakan asal kamu bahagia.

Setelah itu dia memunculkan senyuman yang teduh dan tidak bisa aku deskripsikan, sembari mengusap pucuk kepalaku.

Jujur, tiba-tiba saja tingkahnya membuatku sedikit takut.

• • • • •

26/05/2022

Lilium | Jeong YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang