"Aku lulus..."
"di London."
• • • • •
Aku terdiam beberapa saat. Mencerna kata-kata yang ia lontarkan barusan.
"A-apa? Kamu apa tadi?"
"Aku, aku bakal lanjut ke London."
Hening yang dirasakan sekarang.
Setelah mendengar penjelasannya dua kali, pikiranku tiba-tiba tidak bisa berfungsi dengan baik.
Apa katanya tadi? London?
Kamu baru saja merasakan euforia menyenangkan setelah berhasil lolos ke kampus impianmu, dimana hari itu adalah hari kamu genap menginjak 18 tahun, dan sepertinya sekarang saatnya Tuhan memberikan cobaan untukku.
Menjauhkan dirinya denganku saat kami belum lama mengetahui masing-masing perasaan terhadap satu sama lain.
"Ily.. jangan nangis.." Ucap Yunho dengan suara yang terdengar saat lirih.
Aku hanya bisa diam. Mencoba menormalkan segalanya yang ada didalam tubuhku, menahan bulir-bulir air mata yang hampir jatuh.
Yunho masih memegang telapak tanganku dan terasa hangat.
Ya, sebentar lagi musim panas akan segera tiba.
"Kapan berangkat?"
Keadaan yang beginipun aku masih bisa bertanya kapan dia akan pergi? Haha lucu sekali, Lily.
"2 hari. Jadwal penerbanganku 2 hari lagi.."
Dan disinilah aku sekarang. Berada ditengah-tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang sambil membawa barang bawaan masing-masing.
Aku masih tetap setia duduk diruang tunggu, dengan Yunho yang baru saja selesai check-in lalu ikut duduk disampingku.
Ayah dan Bunda pergi untuk mencari makanan disekeliling bandara.
"Ily, "
Aku masih diam sembari meminum jus strawberry yang dibuat oleh Bunda Yunho.
"Ily, jangan diemin aku kek gitu. Aku mau berangkat ini, nanti gak ada yang pelukin sambil pukulin kepalaku lagi pas disana."
Sambil mengelus pucuk kepalaku dengan lembut.
Tidakkah dia paham bahwa aku sekarang sedang bersedih?
"Jangan sedih sedih, nanti aku beneran gak bisa pergi."
"Kalo gitu jangan pergi." Ucapku ketus.
Dia menghela napasnya.
"Kalo aku gak pergi berarti aku harus ngerelain impianku dong? Tapi kalo mau kamu gitu yaudah aku gak jadi."
"Ish! Jangan!" Aku menoleh dengan memperlihatkan raut wajah marah dihadapannya.
"Kamu udah susah payah dapetin beasiswa itu. Sia-sia aja perjuangan kamu kalo berakhir cuman gara-gara aku doang."
"Pffttt!"
Dia tiba-tiba tertawa.
"Aku lagi marah tau gak. Gak mau kamu pergi, tapi itu impian kamu. Kenapa jadi ketawa?!"
Dia tertawa semakin kencang sampai wajahnya benar-benar memerah hingga orang-orang disekitar melihat kearahnya. Orang aneh.
"Hahaha Ily marah kenapa ya selalu lucu banget?"
"Mana ada!"
Akupun berusaha memukulnya dan dia berusaha menangkis diselingi dengan tawa.
Tak lama setelahnya terdengar suara pemberitahuan, jika pesawat dengan kode yang ada di tiket Yunho pegang sekarang akan segera berangkat.
Oh.. sudah waktunya ya..
Langsung aku dengan perlahan menurunkan tanganku dan yunho juga menghentikan aksinya.
Dia segera bangkit lalu mengambil beberapa tas yang akan ia bawa ke cabin.
Ayah Bunda pun segera mendatangi kami, berbicara sebentar, lalu memeluk putra bungsu mereka itu sekaligus berpamitan.
Aku masih tetap diam dibangku sampai Yunho menoleh kearahku dan tersenyum.
Dia mengajakku untuk jalan sampai berada didepan pintu pemeriksaan dan di ikuti oleh kedua Ortu Yunho.
"Nah.. habis ini aku bakal masuk kedalam dan sayangnya kamu cuman bisa nganterin aku sampai sini aja."
Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu. Sebuah gelang berbentuk manik-manik beruang kecil.
Itu gelang yang dibeli waktu mereka lari pagi pas acara festival kemarin, dan gelang itu ia pakaikan di pergelangan tangan kananku.
"Ini sebagai tanda kalo aku bakal balik. Aku udah ngomong sama Mama buat awasin dan jagain putrinya yang cerewet ini. Aku juga udah ngomong sama Bunda buat selalu jenguk perempuan aku yang bernama Lily ini."
Ia mengelus punggung tanganku dan mengecupnya.
Mataku mulai memanas.
"Ayah juga bakal nyusul kesana kok, sekaligus nemenin aku selama study, jadi kamu gak perlu khawatir ya."
Dia pun merentangkan tangannya,
"Mau peluk?"
Tanpa aba-aba aku langsung saja menerjang tubuhnya dan Yunho mendekapku dengan sangat erat. Aku sudah tidak tahan dan mulai menangis disitu.
Yunho mengelus kepalaku untuk sekian kalinya, berusaha menenangkanku dengan kecupan yang ia beri dipucuk kepala, justru yang seperti itu membuatku semakin menangis keras.
Aku berusaha mengeluarkan semua emosiku dan meremas ujung jaketnya yang berwarna coklat pudar itu hingga kusut.
"Hey hey coba liat aku sini."
Yunho berusaha melihat wajahku dan menangkupnya. Aku masih terisak saat dia menghapus air mata yang terus mengalir di pipiku.
"Setelah aku balik, aku bakal langsung ngelamar kamu saat itu juga. Jadi pegang janjiku ya."
"Ja-jangan lama lama. A-aku gak bisa.."
"Kamu fokus sama impianmu gak bakal kerasa kok, dan aku janji bakal secepatnya nyelesainkan study aku."
Selanjutnya ia mencium keningku cukup lama, lalu menyatukan kedua kening kami.
Aku bisa melihat tatapan tulus yang ia berikan dan itu semakin membuat dadaku terasa sesak.
"Demi Lily, aku bakal secepatnya kembali. Aku sungguh mencintaimu, bunga putihku."
Dan saat itulah terakhir kali aku melihat Yunho, terakhir kali juga merasakan pelukan hangat dari tubuh besar itu.
Tidak ada lagi candaan dan keributan yang aku alami dirumah, tidak ada lagi si bayi besar yang selalu merengek dihadapanku, tidak ada lagi yang setiap hari dimanja oleh Mama, dan tidak ada lagi yang tersenyum menenangkan yang membuatku berdebar seperti Yunho.
Hingga tidak tahu kapan akan bertemu dengannya lagi.
Aku harap dia memegang apa yang sudah ia ucapkan kepadaku.
Sampai jumpa dan sampai bertemu kembali, beruang serta puppy manis kesayangan.
"Aku juga mencintaimu, Yunho."
• • • • •
31/05/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilium | Jeong Yunho
FanficVibes Series : [Season 1 of Spring] -N- ⚜️Ini adalah cerita masalalu dari Lily dengan sahabatnya yang terbaik 2022✔ [Complete]