BAB 02
Harusnya hari minggu Aminah sibuk mengurus makanan yang mau di jual besok paginya tapi minggu indahnya harus mendaptkan sebuah keributan kecil, seperti sekarang.
"Rud, Ibu mau ke pasar." Mirip monyet minta makan, Rudi bergelayut memeluk kaki Aminah, Ibunya masih engan mengajak Rudi, takut minta aneh aneh dipasar, dulu Rudi pernah bawa ikan mati buat dipelihara, katanya 'Kalau dipasar gak dikasih air si Beno pingsan makannya aku ceburin ke air Bu'. Kalau ikan untuk dimasak gak masalah tapi malah jadi bangkai buat pajangan ditangisin pula.
"Gak boleh, kalau Rudi gak diijinin ikut Ibu." Dahi Aminah sudam mencetak gambar perempatan urat menonjol.
"Iya, yaudah kamu bantu Ibu bawa belanjaan nanti," Aminah gak mau banyak cingcong bisa naik darah tingginya nanti.
Pasar tradisioal menjadi tempat paling nyaman dihati Ibu muda tersebut, Aminah. Rudi kecil sudah faham jika tiap belanja paling lama bukan belanjanya, tapi.
"Eh, Bu. Anak saya suka dengerin lagu kayak Ibu sampe heran saya itu lagu apaan," Aminah makin antusias mengibah soal hobbynya.
"Dukung aja Bu, anak Ibu perlu dukungan buat sukses dan kita dukung selama positif."
"Tapi dia suka kerasukan bu, makin aneh aja tingkahnya sampe saya bawa rukiyah," dahi Aminah naik sebelah menyimak pedagang sayur langannya.
"Habis masa kemarin malam joget di atas meja sampe teriak teriak," lanjut si pedagang.
Kalau udah kayak begitu Aminah makin yakin kalau si anak ibu memang kerasukan, iya kali nge-fans malah nge-reong.
"Terus kalau emang bener kerasukan dia ngomong apa tuh setan nya."
"Anu, dia bilang pali ... pali pa pa, gitu." Ucap si pedagang garuk garuk uban.
Rudi diam menyimak obrolan para penghuni planet lain, tentu terkecuali sang ibu Rudi tak mau dikutuk menjadi batu emas, walaupun sang ibu adalah raja pelanet wakiki. Ibunya tau dan cukup mengerti apa itu fashion serta lagu nge-hits dari negri gingseng tapi gak tau aplikasi tek-tok tengah ramai padahal siapa tau si anak Ibu itu pengen Fyp kaya artis kaya atta gluduk.
Bosan, tentu Rudi akhirnya memilih putar arah berjalan menyusuri jalanan pasar, toh. Rudi sudah hafal mati jalanan tak beraspal kalaupun ditinggal nanti numpang ojek biarlah nanti Ibu yang bayar.
Kumpulan anak anak dengan muka cemong bedak tengah asik berkumpul membuat Rudi menjadi penasaran, biasanya kalau ibu pasar ngajak anak tapi si bocil rewel akan di titipkan pada tukang mainan, dikira penitipan mungkin.
Rudi mencebikan bibir, permainan pancing ikan pakai kertas buat nangkep ikan biar untung juga si penjual kalau gak menang bakal nambah terus.
"Pak saya juga mau main, berapa pak?"
"Satu permainan sampe serok kertasnya sobek cuman seribu sampai dapat." Rudi menyangupi harga si penjual, di tengah permainan Rudi sudah menyiapkan pelastik bening guna menguatkan si kertas biar tak mudah sobek.
Sekali, dua kali. Anak anak menatap hebat Rudi, suara inggus kehijauan kembali di tarik kedalam lubang hidung, anak itu menatap dengan oandnagan kosong pada Rudi –kagum mungkin-membuat Rudi cepat cepat memasukan ikan tangkapannya dalam wadah sebelum si pedagang sadar sudah di jarah semua ikan cupangnya.
Lumayan, biasa di adu atau di jual nih. "Bisa untung banyak aku." Bangga Rudi menghitung tangkapan hasil nipu penjual.
"Nak, tolong kalau jaga adeknya diperhatikan ya, kasian ingusnya udah terjun payung."
Suara teguran Ibu berpakaian hijau daun membuat Rudi merotasikan pandangan nya, anak kecil dengan kaos ultraman dimasukan kedalam serta bedak mirip ketumpahan tepung di hiasi ingus hijau mentalic keluar masuk ke kedua lobang saling bergantian.
"Kamu kok ikut, balik sana ... hush, hush." Usir rusi mengibas tangan, si anak entah darimana asalnya tetap diam memandnag kosong Rudi, kalau Rudi diskripsikan mirip anak kena gundam, eh. Gendam ding, tapi Rusi sangsi kalau itu bocah kena Gendam tampang modelan tuyul kena busung lapar.
"Kamu balik sana ya." Tak diindahkan membuat Rudi membalikan badan si anak ke arah pedagang tadi di temui, biar sadar kalau dia salah ngikutin orang.
"Dah, sana pergi." Rudi berjalan agak cepat sayangnya si bocah mirip sinchan malah ikut lari larian, mungkin kalau Rudi bisa terbang dia bisa keliling dunia terpaksa dikejar bocah dibelakangnya, Rudi masih anak SD dia belum mau dikejar renternir.
Dadanya naik turun mengais pasokan udara pengap pasar, dia sudah menyerah sedang si bocah lebih muda nampak masih polos menatap Rudi tanpa rasa lelah walau napasnya juga putus putus.
"Kamu kenapa kejar aku, kamu mau apa?"
Pandangan si bocah asing itu menatap wadah ikan cupang Rudi, masih sama pandangannya melas dan kosng kayak gak punya harapan.
"Ini, yaudah kamu ambil nih." Rudi menyerahkan wadah dari potongan botol aqua pada si bocah, memilih kembali menjauh, mungkin itu yang dia mau.
Rudi berjalan mencari sang Ibu, tak nampak ditempat terakhir dirinya meningalkan si Ibu tercinta.
"Bu, mau tanya. Ibuku tadi apa sudah ke sini ya?" penjual ikan langanan Ibunya memberitahu jika tadi ibunya sudah sempat mampir, mungkin sekarang Ibunya tengah belanja di tempat lain.
Menyusuri jalanan mata bulat anak lelaki itu menemukan wanita dewasa dengan gambar muka penyanyi berbadan tambun, tentu cukup nyentrik dengan warna pinknya.
"Ibu kemana aja, aku pikir Ibu hilang."
"Loh, emang kamu dari mana? Bukannya emang di belakang Ibu ya?" jelas Aminah polos, Ibu muda itu nampak tak menyadari si anak sempat nyasar di kejar anak aneh lainnya.
Rudi kadang suka mikir, dia beneran anak kandung apa anak pungut kadang Ibunya lupa kalau dia bawa anak.
"Kamu punya temen baru ya, Rud. Namanya siapa," ujar Aminah menanyai si anak, Rudi terbengong bingung, sosok tadi masih dengan botol berisikan cupang warna warni setia mengintili Rudi, sudah mirip ketempelan.
"Bukan temanku Bu, serius. Rudi kayaknya ketempelan deh, ayok Bu rukiyah Rudi ... ." tangisan Rudi cukup menarik beberapa orang di pasar sekedar melirik ke arah mereka, Amianh di buat bingung, tadi penjual sayur anaknya kerasukan ini anaknya juga ketempelan temenya sendiri kayaknya, masa iya temennya diangap setan, batin Aminah heran.
Sebagai wanita yang baik hati tentu roll modelnya adalah Angelina jolie yang gemar sodaqoh serta berbaur anak yatim, Aminah membawa pulang teman Rudi, yang katanya bukan teman.
Kasian kalau ngintilin terus gak diangap mana Aminah dikira tak sayang anak pula.
"Jadi nama kamu Didin."
Si Didin menganguk meneruskan makanan tersedia, kalau begini si Didin nampak lebih manusiawi dari pada tadi.
"Terus kamu ngapain ngintilin aku."
"Mau minta ikan buat di makan."
"kan udah aku kasih."
Si Didin tersenyum, "Mau nanya masak ikannya gimana ya, keburu laper." Jawan Didin polos khas bocah 6 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aminin Aminah Nikah
HumorMenjadi emak-emak harus pakek daster serta berperilaku kalem? tentu hal itu tak berlaku pada Aminah, janda dengan satu anak. Bagaimana tidak, sebagai ibu modern walaupun janda dia tetap mengikuti perkembangan zaman bahkan sosok idolanya bukanlah ped...