Bagian 2 | Dunia Asing

2.2K 300 20
                                    

Kakashi termenung, menatap jalan raya lewat kaca jendela. Yang ia tumpangi sekarang adalah benda bergerak dengan roda empat yang berputar. Memiliki atap dan tempat duduk yang nyaman, suara desiran pelan dari atap membawa sedikit rasa dingin. Orang di sini menyebutnya sebagai mobil.

Kakashi masih mencerna. Memilah informasi. Dunia tempat ia berpijak adalah sebuah negara maju dengan penduduk yang sangat padat. Kedai-kedai yang berjejer di sepanjang jalan, papan reklame yang besar menampilkan sejumlah loli cantik berpakaian seksi.

Tempat ini agak jauh dari keramaian, sebuah pinggiran kota tokyo. Kakashi tidak pernah melihat kendaraan semacam ini. Ia seorang shinobi, setiap misi yang ia kerjakan tidak pernah melibatkan kendaraan. Ia terbiasa melompat dari pohon ke pohon, bersembunyi layaknya ninja assasin. Tidak dipungkiri, bahwa Kakashi merasa sedikit nyaman.

Dunia ini sangat moderen. Apapun yang dikerjakan manusia selalu terbantu dengan tekhnologi canggih yang mereka sebut A.I. kau bisa menemukan kendaraan yang beraneka bentuk dan warna, sebuah kereta kilat dan pesawat terbang. Kakashi tak mengelak, dunianya jauh tertinggal dan sangat kuno dibandingkan dengan dunia ini.

Mobil berhenti di depan gang. Keluar, Kakashi melihat sekeliling, tempat itu seperti perumahan yang ada di konoha. Ada tangga menuju puncak, di sisi kiri dan kanannya adalah bangunan sederhana dengan dua lantai. Terlihat sangat klasik dan modern.

"Kakashi-san, ayo masuk." Yoshino Nagi. Nama perempuan yang menolongnya. Wanita berusia tiga puluhan itu adalah wanita yang eksentrik, seringkali menggumamkan sebuah lelucon dan hobi meminum minuman keras. Wanita perokok yang periang, begitu orang mengenalnya.

Masuk ke dalam rumah, pria muda yang sekiranya berusia 14 atau 15 tahun menyambut mereka. Nyonya Yoshino memperkenalkan, anaknya, Yoshino Junpei. Rambutnya hitam legam, kepribadiannya tertutup. Kakashi menatap lekat Yoshino Junpei, sifat anak itu polos namun sekilas, pikirannya bisa saja dimanipulasi.

Sebagai seorang Shinobi, Kakashi selalu menerapkan peraturan yang mengharuskannya selalu waspada, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan tak membiarkan siapapun mengetahui kekuatannya.

Sebagai seorang Shinobi, Kakashi tahu, yang kuat adalah mangsa nomor satu yang harus dilenyapkan. Semakin kuat orang itu maka semakin banyak orang yang ingin membunuhnya. Takut orang itu akan menjadi penghalang nya. Alasan klise.

"Ibu. Orang ini adalah..." Junpei menatap Kakashi. Penasaran.

"Dia adalah Hatake Kakashi-san. Mulai sekarang dia akan tinggal dengan kita." Tepat ketika kalimat itu berakhir, Junpei terperangah. Tinggal bersama kita? Itu adalah kata yang sangat ambigu. Membawa seorang pria yang tidak dikenal untuk tinggal bersama bukanlah ide yang bagus.

Junpei mendesah. Bingung.

"Bu. Tidak baik membawa pria asing ke rumah, apalagi kau tidak memiliki suami." Yoshino Junpei hanya tak ingin orang lain mencibir hal buruk tentang ibunya.

Yoshino Nagi hanya tertawa. "Maa, dia hanya tinggal beberapa hari. Ibu akan mencarikan tempat tinggal lain untuknya."

"Hai. Salam kenal. Hatake Kakashi." Memiringkan kepala, punggung sedikit membungkuk dengan kedua tangan di saku, matanya terpejam sambil tersenyum.

Yoshino Junpei anak yang sulit berinteraksi dengan orang lain. Tatapannya begitu polos hingga siapa saja bisa membodohinya.

"Yoshino Junpei. Salam kenal Kakasi-san." Perkenalan singkat, tanda sebuah ikatan.
.
.
.
Kakashi menyebut dirinya sebagai pendatang baru di dunia ini. Sebagai seorang yang baru, dia tidak bisa hanya duduk diam tanpa membalas kebaikan orang. Jadi, hari ini, Kakashi berinisiatif keluar membeli bahan makanan menggantikan Nyonya Yoshino.

Parallel : Twin World-BL HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang